Seakan-akan tidak akan ada habisnya, hujan masih belum berhenti sejak tadi. Kaki ku sudah lemas, energi ku seperti terkuras habis.
Berjalan sendirian seperti orang gila, namun sampai saat ini Jaemin belum berhasil ku temukan. Tubuhku bergetar. Rasanya aku seperti akan mati kedinginan disini.
Dengan langkah tertatih, aku menyeret langkah ku dengan pelan menuju ruas-ruas zebra cross yang sepi. Saat aku ingin menyebrang, mataku tidak sengaja melihat sosok laki-laki yang duduk bersimpuh di pinggir jalan, di tengah hujan.
Mataku membulat, laki-laki itu--dia Na Jaemin!
Tanpa buang-buang waktu, aku segera berlari menghampirinya.
"Jaemin!" panggil ku setengah berteriak.
Jaemin mengangkat kepalanya, laki-laki itu tampak kaget saat melihat ku. Wajahnya pucat pasi dan matanya tampak sembab.
"Jaemin, kenapa kamu bisa ada disini? Kenapa kamu kabur? Kenapa kamu pergi dari rumah sakit diam-diam?" rentetan pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulutku saat aku tiba di depan Jaemin.
Tubuhnya yang kurus menggigil kedinginan. Jaemin terlihat sangat menyedihkan dengan kondisinya yang seperti ini.
"K-kenapa nuna disini..." Jaemin tampak kaget saat melihatku.
Bodoh, Jaemin masih bertanya kenapa aku ada disini?!
"Ayo kita pulang, kamu bisa sakit karena kehujanan disini.."
Jaemin langsung menepis tangan ku dengan kasar saat aku ingin membantunya berdiri.
"Aku nggak mau kembali ke tempat itu! Jangan bawa aku ke tempat itu lagi!" teriak Jaemin. Ia menggeleng memegangi kepalanya.
"K-kenapa? Jaemin---"
"Cepat pergi dari sini sekarang juga!" teriak Jaemin.
Ucapan ku terpotong saat Jaemin tiba-tiba mendorong ku dengan kasar. Tubuh ku ambruk hingga payung terlepas dari tangan ku.
Saat Jaemin ingin pergi, ku tahan pergelangan tangannya dengan cepat. Bahkan aku sudah tidak peduli lagi kalau aku akan basah kuyup setelah ini.
"Jangan pergi...aku ada disini," aku mulai terisak.
"Aku bilang cepat pergi dari sini! Cepat lari! Nuna nggak boleh ada di dekat ku!" erangan Jaemin terdengar pilu di telinga ku.
Aku menggeleng cepat, "aku nggak mau ninggalin kamu sendirian, aku mau tetap disini dan aku nggak lari kemanapun."
"Nuna jangan bodoh! Cepat lari! Lari dari sini sekarang juga!" Jaemin lagi-lagi mendorong ku, tapi kali ini lebih kuat.
Tidak ku pedulikan sekuat apapun tenaganya, ku tarik Jaemin ke dalam pelukan ku. Memeluknya dengan erat hingga akhirnya Jaemin berhenti berontak. Tubuhnya langsung lemas.
"Jaemin kamu yang bodoh! Jaemin bodoh! Kamu bodoh!" teriakku frustasi. "Kenapa aku harus lari? Kenapa?!" isakku pelan.
Jaemin tidak menjawab, tubuhnya bergetar hebat di dalam pelukan ku.
Kenapa Jaemin menyuruh ku lari?
Dari siapa aku harus lari?
"Aku bilang cepat lari dari sini...kenapa nuna nggak lari...." ucap Jaemin lirih. Suaranya tidak jelas karena teredam oleh suara hujan yang makin deras.
"Aku nggak akan pergi dari sini," geleng ku pelan, "nggak akan, Jaemin.."
Sementara air hujan jatuh terus-menerus menusuk kulit ku, rasanya perih dan menyakitkan. Aku tambah takut saat tubuh Jaemin semakin bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] You Who Come To Me
Fiksi Penggemar❝Kim Jiyeon terpaksa menerima tawaran pekerjaan sebagai perawat disalah satu rumah sakit jiwa karena faktor keuangan. Namun setelah itu, ia bertemu dengan Na Jaemin, salah satu pasien rumah sakit jiwa yang harus Jiyeon rawat karena gangguan mental...