33. Na Jaemin Diary

974 175 59
                                    

Setelah berbicara banyak dengan Tuan Nam, kami berdua kembali ke kamar tempat Jaemin di rawat. Saat aku sampai disana, hanya ada yangyang dan ibunya. Herin dan Mark harus kembali ke rumah sakit katanya.

Dan Jaemin, dia langsung di pindahkan ke ruangan VIP oleh Tuan Nam.

Sebelumnya, aku masih belum bisa percaya kalau Jaemin masih punya keluarga. Setelah bertahun-tahun berlalu, Tuan Nam dan keluarganya tiba-tiba datang. Mereka seperti penyelamat yang datang saat aku sudah sangat putus asa dan tidak bisa apa-apa.

Setidaknya aku tidak sendirian lagi sekarang, tuhan sudah menjawab doa-doa ku.

Ruangan inap Jaemin tampak sepi, Tuan Nam dan istrinya sudah pamit pergi karena ada urusan. Hanya tinggal aku dan Jaemin yang masih belum siuman.

Aku duduk di kursi samping bangsal, memandangi wajah Jaemin yang tampak tenang seperti biasanya.

"Jaemin, aku punya kabar baik," aku membuka suara. "kamu tahu? Ternyata kamu masih punya keluarga. Tuan Nam, dia adik dari ibu kamu. Mereka datang buat bantu kamu."

Hening, hanya bunyi mesin pendeteksi jantung yang terdengar.

Tangan ku terulur mengusap rambut Jaemin dengan pelan, "kamu harus sembuh. Ayah sama ibu kamu pasti sedih disana karena kamu nggak mau bangun. Bukan cuma mereka, tapi aku juga."

Rasanya aku ingin menangis tapi aku sadar kalau itu semua akan sia-sia. Jaemin tidak akan bangun meskipun aku menangis meraung-raung sekalipun.

Cklek

Pintu kamar opname Jaemin tiba-tiba terbuka. Saat aku menoleh, rupanya Yangyang. Dia sedikit kaget saat melihat ku.

"Jiyeon?" katanya.

"H-hai, Yangyang," sapa ku awkward.

Bagaimanapun juga aku masih sangat canggung pada Yangyang. Kami berdua baru bertemu kurang dari 24 jam yang lalu.

"Eng, aku nggak tahu kalau kamu ada disini, maaf," Yangyang menggaruk kepalanya tidak enak.

"Nggak apa-apa, kok. Ayah sama ibu kamu...kemana?" tanya ku sekedar basa-basi.

"Mereka baru aja pergi. Ibu ku ada urusan sedangkan ayah ku harus ngurus soal penuntutan Park Hansu," jawab Yangyang.
"Secepat itu?" aku sedikit kaget.

Yangyang mengangguk, tatapannya beralih pada Jaemin. "lebih cepat labih baik, kan? Sama kayak Jaemin yang harus mendekam di rumah sakit jiwa selama tiga tahun, Park Hansu juga harus mendekam di penjara."

Aku terdiam di tempat ku. Ucapan Yangyang benar. Park Hansu harus menebus semua kesalahannya.

"Ngomong-ngomong, tadi teman kamu nitip sesuatu," ujar Yangyang.

"Siapa? Herin sama Mark?" tanya ku.

Aku belum sempat bicara banyak pada mereka berdua. Tapi kurasa Herin dan Mark sudah banyak mengobrol dengan Yangyang tadi.

"Iya, mereka berdua," Yangyang berjalan menuju laci di samping bangsal Jaemin dan mengambil sesuatu dari sana.

Sebuah buku ---mirip seperti buku diary dengan sampul warna cokelat tua.

"Tadi Herin nitip buku ini, dia bilang suruh kasih ke kamu," Yangyang menyodorkan buku itu pada ku.

"Ini...Buku apa?" tanya ku.

Yangyang menggeleng, "aku juga nggak tahu itu buku apa. Mungkin ada sesuatu yang penting."

"Oke, makasih," jawabku pelan.

 [✔] You Who Come To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang