***
Suasana hening yang pertama sekali gue rasakan sejak membuka mata. Tetesan air infusan menemani gue di kesepian gue kali ini. Badan lemas yang tadi gue rasakan sedikit berkurang tapi sakit kepala gue masih terasa. Entah sudah berapa lama mata gua tertutup.
Saat gue terkejut karena kondisi ruangan yang berbeda dari kamar gue, melainkan kamar rumah sakit. Kejadian menjadi pertama gue sakit dan berakhir di rumah sakit. Sejauh gue sakit, ngga pernah sekali pun di rawat.
Namun ada yang aneh dengan tangan gue, kenapa berat banget ya. Gue menoleh untuk memastikan apa yang terjadi, ternyata ada sosok lain yang sedang tidur dengan posisi duduk disamping gue.
Gue mencoba menggerakkan tangan gue untuk membangunkan makhluk Tuhan yang satu ini."Oii" panggil gue sembari menggerakan tangan gue, bukannya terganggu malah dia semakin merapatkan tubuhnya.
Dih si kampret pikir gue.
Gue yang sudah cukup kesal dengan tingkah laku anak ini memilih menggerakkan tubuh gue dengan kuat sehingga membuat pangeran tidur di sebelah gue terbangun. Habisnya, dia harusnya sadar gue lagi sakit. Ini malah menempel sama gue. Bukannya sembuh yang ada gue jadi sakit.
"Kenapa?" Tanya Alvano dengan suara seraknya. Suara Vano persis seperti dirinya yang keren. Ada kalanya orang keren suaranya jelek atau cempreng. Namun Vano sangat berbeda, karena suaranya sekeren suaranya.
Jantung gue berdetak ngga karuan. Pikiran gue bertanya-tanya Apakah gue punya riwayat penyakit jantung. Apa gue akan mati muda.
"Lo udah sadar "
Pertanyaan Alvano membuat gue tersadar dari pikiran jelek gue. Alvano berdiri di samping gue dengan mencondongkan badannya ke arah gue.
"Lu liat gimana? gue udah bisa ngomong kan " sinis gue sembari mendorong wajahnya agar menjauh dari tubuh gue. Bukan apa, hanya saja gue merasa risih.
"kok lu bisa disini?"
Gue menatap matanya untuk menuntut jawaban atas pertanyaan gue. Bisa dilihat, Alvano sedikit gelagapan namun bisa diatasi dengan baik. Raut tegangnya berubah menjadi santai.
"Jagain Lo lah!"
Saat mengetahui wajah santai Alvano yang baru saja menjawab pertanyaan gue. Gue mencibir Vano, sebab bukan itu jawaban yang gue inginkan.
"Lah? kok lu nyolot sih. Kan gue ngga minta lu buat jagain gue "
"Tunggu sampai keluarga lu datang"
"Gue ngga papa, lebih baik lu pulang. Nanti Mama lu nyariin lagi" suruh gue.
Gue bukan ngga mau dia tetap disini, hanya saja gue ngga mau orang tuanya sampai mencari keberadaan Alvano. Karna ngga lucu sekali kalau sampai orang tuanya tau anaknya pulang sore hanya menunggu anak perempuan orang yang lagi sakit. Ah tidak boleh.
" Tapi yang jagain lo nanti siapa kalo gue pulang" ucap dia dengan nada khawatir.
"Lah? Tenang aja gue bisa pulang sendiri kok. Jadi lu bisa pulang" bohong gue dengan nada santai. Jujur saja, gue agak ragu bisa sendiri disini karena ini pertama kalinya gue sakit sampai masuk rumah sakit. Gue memang berharap Alvano bisa menemani gue disini.
"Gue udah kabarin Mama. Jadi Gue akan jagain lu disini "tolak dia dengan suara tegas. Dia kembali terduduk namun bukan di samping gue lagi, tapi agak jauh dari gue.
"Kenapa? maksa banget sih lu mau ngejaga gue. Lu bukan siapa siapa gue tau nggak " ucap gue kesal.
"Gue teman lu"

KAMU SEDANG MEMBACA
Let's you love me, Twin crazy
Casuale^^SELAMAT MEMBACA ^^ Kisah saudara kembar yang kadang sama sama sableng,gila dan kadang melankolis. Mencintai laki laki yang sama. Namun bernasib berbeda. #let's you love me , twin crazy