****
Pagi ini terasa berbeda dari biasanya. Alvano datang menjemput menggunakan motor hitam yang mengkilap. Sejak kami menjadi teman dekat, Alvano memang menegaskan bahwa menjemput gue dari rumah sudah menjadi tanggung jawabnya. Meskipun ini baru terjadi beberapa hari terakhir, karna gue selalu menolak tawarannya. Lagipula, gue punya motor sendiri. Namun, pagi ini berbeda, keadaan ini sudah direncanakan dan untuk pertama kalinya, gue menerima ajakannya tanpa ragu.
Dalam hati gue membatin saat melihat tampilan Alvano yang menurut gue cukup berbeda dari biasanya dan dari sana gue merasa keputusan Alvano hanya mengendarai mobil menjadi keputusan yang tepat. Sebab, gue yakin akan banyak ciwi-ciwi yang akan menghampiri dan mengejar Alvano secara terang-terangan setelah Angel.
Dor
Alvano tersentak kaget saat gue berhasil mengagetkan dirinya. Habisnya dia terlalu fokus gue dengan telepon genggamnya sehingga tidak menyadari keberadaan gue yang sudah berdiri disampingnya.
"Eits, tidak bisa. Mau apa lo?"
Gue dengan gesit menghindar dari serangan Alvano yang gemas ingin mengacak rambut gue. Lengan panjang dengan ringannya ingin menyentuh rambut badai gue yang sudah capek gue tata dengan rapi.
" Gak adil banget, lo bisa iseng sama gue tapi gue ngga bisa"
"Lupakan. Lebih baik kita langsung berangkat saja."
Sebelum menaiki motor hitamnya, Alvano dengan penuh perhatian menawarkan gue sebuah helm yang bisa gue tebak baru di beli olehnya. Terlihat dari cap helm yang belum dicabut.
Dan anehnya, gue merasa tidak suka dengan warna pilihan Alvano. Apakah tidak ada lagi warna lain selain warna ini? Dengan sedikit kesal, gue cabut saja cap helm lalu menempelkannya di pipi Alvano.
"Nah, maem tuh cap" kata gue setelah berhasil menempelkan cap barcode tepat di lesung pipinya.
"Apasih"
Alvano dengan cepat menarik cap tersebut dan membuangnya ke segala arah.
''Lagian lo milih helm kok warna pink sih''
''Sudah, ngga usah banyak protes, jadi jalan gak nih''
Akhirnya dengan ogah-ogahan gue menaiki motor Alvano dengan helm pink yang sudah terpasang di kepala gue.
Sepanjang perjalanan hampir saya nyawa gue melayang. Buset, Alvano bawa motor berasa bawa sendiri. Apa dia lupa ada gue yang numpang di belakang jok motornya gak sih. Mana pake segala mepet mempetin mobil yang ada di depan kita lagi.
''Alvano, sinting ya lo'' teriak gue tidak terima dan berharap Alvano menurunkan kecepatan motornya.
''Pegangan yang erat'' katanya dengan menambah kecepatan laju motornya.
''Alvano babi''
Gue hanya mampu mengumpat dan mengencangkan pegangan gue di pinggang Alvano. Namun tangan gue dengan cepat memberikan pukulan ringan di perut Alvano sebagai tanda bahwa gue merasa tidak tenang.
''ANAK BABI''
Gue teriak sekencang-kencangnya setelah sampai di parkiran sekolah. Rambut gue sudah berantakan acak adul. Sumpah, gue udah gak perduli dengan penampilan gue karena yang ada di otak gue adalah keselamatan nyawa gue.
"HAHAHAHA''
Alvano tertawa begitu kencangnya seolah tidak perduli dengan kondisi gue yang pucat dan memprihatinkan. Gue bersumpah, ini kali terakhir gue akan menaiki motor Alvano.
"Udah ketawanya? "
"Sorry. Habisnya kita udah telat tadi."
''Gue lebih milih nyapu halaman dari pada mati. Gue masih mau nikah ya bego''
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's you love me, Twin crazy
Random^^SELAMAT MEMBACA ^^ Kisah saudara kembar yang kadang sama sama sableng,gila dan kadang melankolis. Mencintai laki laki yang sama. Namun bernasib berbeda. #let's you love me , twin crazy