Part 7

45 2 0
                                    

*****

Langkah kaki gue melambat saat berada di depan pintu ruangan kepala sekolah. Gue bisa mendengar suara orang tua Angel yakni Mama Angel berteriak tidak terima dengan keadaan Angel. Sepanjang malam gue ngga bisa tidur untuk menebak apa yang akan terjadi besok. 

Maka jawabannya adalah sekarang. 

Mama Angel tidak terima jika anaknya terluka. Berlagak seorang penguasa, Mama Angel berhasil membuat kepala sekolah tidak terusik dengan perilaku Mama Angel. Bahkan gue bisa lihat muka panik dan khawatir dari kepala sekolah gue. Cih, gue yakin pasti dia takut Mama Angel akan melepas donasinya untuk sekolah ini. 

" Akhirnya kamu datang juga Reyna. Maka jelaskan apa yang terjadi antara kamu dan Angel. "

Gue bisa melihat tatapan tidak suka dan mimik wajah mereka, meski begitu gue ngga takut. Gue hanya bisa membatin tentang keberuntungan Angel yang memiliki orang tua yang kaya raya dan juga sangat di sayang sekali orang tuanya, sampai menjadi anak mami seperti ini. Cukup di sayangkan, kasih sayang Mama Angel mengajarkan hal yang salah. 

Gue yang baru sampai memilih untuk malah duduk tenang di hadapan Angel dan Mamanya. Gue menjelaskan apa yang terjadi yang menurut gue itu sia-sia. Bahkan Pak Heru sebagai wali kelas gue ngga membela gue sama sekali. 

"Saya rasa pembicaraan kita cukup sampai disini Pak Heru" ucap Mama Angel mengakhiri percakapannya. Ingin sekali rasanya menjabak rambut Mama Angel tapi apa daya gue masih memikirkan harga diri dan juga nasehat orang tua gue. 

"Baik bu. Kamu sudah tahu kan, sudah keputusan bersama kalau kamu akan di skorsing dari sekolah selama tiga hari. Dan untuk Ibu saya ucapkana terima kasih " ucap kepala sekolah dengan menunduk sopan. 

"Dan kamu, sekali lagi kamu menyentuh anak saya maka saya akan melakukan hal yang jauh lebih parah dari skorsing ini" ancamnya. 

Cih. 

Gue hanya bisa menerima dengan dada yang lapang, eh lapang dada maksudnya. Kalian ish, pasti overthinking kan?

"Anak nggak tau sopan santun" ucapnya sembari berjalan. 

Gue memutuskan untuk tidak mau lagi meladeni Mama Angel dan Angel. Sekarang gue malah stress, gimana caranya gue akan beralibi ke emak gue tentang masalah ini. Bukan apa, bisa saja Mama gue datang ke sekolah dan bela gue. Tapi gue ngga mau, karena gue rasa gue bisa menghadapi masalah gue sendiri. Dan, Goodbye my school, only three day. 

***

"Kakak " 

Wah, sungguh panggilan alam. 

Suara teriakan Mama gue layaknya TOA masjid yang mampu membangunkan semua orang. Gue kasihan sama tetangga gue yang harus mendengarkan suara Mama gue. Mama gue terdiam setelah mendapati gue dan Rayne dengan penampilan yang berbeda. Bagaimana tidak, gue dengan baju olahraga gue sedangkan Rayne lengkap dengan seragam sekolahnya. 

Yap. Semalaman gue sudah merencanakan apa apa saja kegiatan yang akan gue lakukan selama skorsing ini berjalan. Maka salah satunya adalah olahraga pagi keliling komplek. Mama gue menatap gue bertanya-tanya kenapa pakaian gue berbeda dengan Rayne. 

"Lah, kok kamu ngga pake seragam sekolah?" tanya yang terlihat kebingungan. 

"Libur Mak" bohong gue dengan cengiran khas gue. Dan hebatnya, jantung gue sudah berdetak cepat. Apakah ini yang dinamakanya celaka? Gue sudah risau dengan tatapan mata Mama gue. Mata beliau layaknya sabit yang bersiap ingin melesat ke arah gue. 

Let's you love me, Twin crazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang