Part 6

48 2 0
                                    

***

"Kok Lo mau aja sih anterin kita pulang?" Tanya Rayne membuka topik sehingga keheningan yang sebelumnya terjadi di antara kita terpecahkan.
Sungguh, gue sangat bersyukur dengan jiwa friendly Rayne karena dengan begitu gue ngga mengharuskan diri untuk mengeluarkan energi sosial gue.

"Karna gue mau berteman dengan kalian" balas Vano dengan melirik kaca depan yang mengarah ke gue.

Kenapa bisa gue tahu Alvano melihat kaca depan, itu karena tanpa sengaja gue dan Alvano saling tatap. Sedangkan Rayne sudah memilih fokus ke arah ponselnya yang bergetar.

"Berteman?"

Wah, begitu berpengaruhnya ucapan Alvano tadi sore sampai membuat anak perawan susah tidur begini. Bukannya apa, bayangan Vano serasa berada di depan muka gue. Demi apa, ucapan Vano terngiang di otak cantik gue.

Gue dan Alvano ngga harus sedekat itu, dan menjadi teman, teman gue udah banyak. Gue ngga butuh teman seperti dia. Bukannya nambah happy yang ada gue makin di galakin sama Angel anak setan.

Big no.

Lebih baik gue ngga kenal Alvano sama sekali. Dari pada hari-hari gue selalu kacau. Gak ya.

*******

Paginya gue dikejutkan dengan kehadiran Alvano didepan gue. Dengan tingkah lakunya yang menurut gue sangat bukan dia banget. Dia menghampiri gue dengan senyum ngga jelas dan menghalangi gue.

"Kenapa sih?"

Heran, gue mau lewat di halangin. Gue dengan cepat mendorong Alvano menjauh dari gue.

"Awas ah, gue mau lewat" ucap gue saat sudah mulai kesal.

Bukannya menyingkir dia malah melambaikan tangannya untuk menyapa gue. Terkesan idiot ya. Tapi sayangnya Alvano murid yang sangat pintar. Maka don't judge book by the cover.

" Hai " katanya membuat gue dengan cepat memukul kepalanya gemas. Dikira dia anak bocah apa ya, tingkahnya buat malu sekali.

"Hmm, minggir ngga Lo" ucap gue padanya. Alvano yang mendengar itu langsung berpindah dan gue masuk kedalam kelas di ikuti Alvano dari belakang.

"Kok Lo nggak balas sapaan gue" tanya dia.

"Balas kok" elak gue.

"Enggak. Lo balas apa coba?" Ucapnya menuntut pembenaran dari gue.

"Yang penting gue balas "

Usai itu, gue memilih diam serta memasang earphone lalu menikmati indahnya alunan musik yang terputar di ponsel gue. Sungguh, suasana ini yang sangat gue harapkan. Gue begitu menikmatinya tanpa ada gangguan dari Vano.

Proses belajar berjalan dengan baik. Seperti biasa proses belajar akan dipenuhi dengan keributan dan candaan Dodit selaku bad boy dikelas gue.
Bukannya bertanya seputar pelajaran dia malah menggoda guru yang mengajar.

Akhirnya, bel istirahat berkumandang. Semua murid di kelas gue bergegas menuju kantin untuk mengisi perut mereka yang kelaparan.

"Eh, gue ingatin sama Lo ya, jauhin Al" ucap Angel emosi serta memukul meja yang ada di depan gue.

Marah nggak jelas sudah menjadi kebiasaan dari Angel. Seperti sekarang, bukannya ke kantin dia malah dengan percaya diri menghampiri gue hanya untuk meminta gue agar menjauh dari Alvano.

Let's you love me, Twin crazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang