***
Semalam gue terkena hujan saat pulang hingga membuat meriang dan badan gue sakit semuanya. Bahkan untuk bangun pun sangat susah sampai Rayne yang tidak biasa bangun lebih dulu membangunkan gue pagi ini.
"Ren " ucap Rayne membangunkan gue yang sedang berbaring di balik selimut. Rayne yang tidak tahu apa yang terjadi pada gue mencoba membangunkan gue dengan cara menggoyangkan badan gue dengan kasar.
"Iya. Gue udah bangun" lirih gue mencoba bangun dari tempat tidur gue menuju kamar mandi.
Setelah selesai mandi dan bersiap berangkat sekolah, gue turun dengan keadaan lemas tidak berdaya. Mama dan Papa yang melihat gue aneh hari ini bertanya-tanya. Gue rasa mereka sadar kalau gue sedang tidak enak badan karena gue sadar wajah pucat gue pasti ketara sekali.
Mama adalah makhluk pri bumi yang memiliki tingkat kepekaan yang tinggi apalagi itu tentang kesehatan anaknya. Saat gue berhasil mendaratkan pantat gue di kursi, Mama langsung bertanya dengan wajah khawatirnya.
" Kamu kenapa Nak?" Ucapnya sedikit khawatir. Tanganya dengan cekatan terulur menuju kening gue untuk mengecek suhu tubuh gue. Setelahnya gue menarik kepala gue menjauh dari tangannya karena gue ngga mau Mama khawatir sama kondisi gue.
"Rena ngga papa Ma, Demam biasa kok" ucap gue mengurangi khawatir yang dirasakan Mama gue.
"Badan kamu panas Ren" beritahunya setelah lengannya mendarat di kening gue.
"Kamu ngga usah sekolah dulu ya?" lanjutnya lagi menawarkan untuk tidak sekolah hari ini. Gue yang orangnya memang tidak betah dirumah dengan cepat menolak tawaran Mama untuk tidak pergi ke sekolah. Tapi bukan apa, hanya saja gue ada ujian hari ini sehingga mengharuskan gue untuk ke sekolah
"Rena ngga papa mak, Rena harus sekolah soalnya ada ujian hari ini, masa Rena absen?" bujuk gue penuh harap. Dalam hati gue sedang takut Mama kekeh tidak mengizinkan gue masuk sekolah.
" Dengerin Mama sesekali bisa ngga Ren?" Ujar Rayne mencoba untuk mempengaruhi Mama Gue langsung saja memberikan tatapan tajam padanya.
" Ya udah. Asal jangan nyusahin aja nanti di sekolah" Kata Rayne pasrah.
Gue memilih membawa bekal karena pagi ini sarapan gue ngga habis karena selera makan gue hilang. Gue rasa alat pengecap gue bermasalah sehingga apa yang gue makan berasa hambar.
" Berangkat ya Mak?" pamit gue mengulurkan tangan pada Mama gue.
"Jangan lupa obatnya di minum ya?" pesan Mama sebelum kita berlalu meninggalkan halaman rumah.
Dua puluh menit kemudian, kita akhirnya sampai di sekolah. Dari arah parkiran mobil, gue dapat melihat Alvano yang sedang duduk di bangku taman ditemani oleh Angel. Gue tidak peduli dengan apa yang mereka lakukan lalu memilih untuk berlalu dari sana menuju kelas. Sayangya, gue tidak bisa menghindari mereka karena Alvano malah berjalan menuju ke arah gue dan di ikuti oleh Angel.
Gue sedikit harap- harap cemas dengan kehadiran keduanya. Entah kejadian apalagi kali ini.
"Hello Reyna" panggil Angel dengan suara centilnya yang terkesan dibuat. Gue melihatnya malas dan memilih tidak meladeninya. Gue melirik sekilas dan berlalu dari hadapan mereka.
"Punya mulut kan, harusnya lo bisa balas sapaan gue" ucap dia kesal.
Gue dapat mendengar Alvano mencoba melarang Angel supaya tidak mengganggu. Tapi Angel tetaplah Angel. Dia perempuan keras kepala yang tidak bisa dilarang dan selalu membantah. Dengan malas, gue kembali melihat Angel namun kali ini tidak hanya melirik tapi membalikkan badan menghadap Angel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's you love me, Twin crazy
De Todo^^SELAMAT MEMBACA ^^ Kisah saudara kembar yang kadang sama sama sableng,gila dan kadang melankolis. Mencintai laki laki yang sama. Namun bernasib berbeda. #let's you love me , twin crazy