WELCOME BACK!!
TERIMAKASIH SUDAH BACA SAMPAI PART INI!
WARNING!!!!!!!!! PART PALING GAK JELAS!⚠️⚠️⚠️
ENJOY!!
***
"Karina,apa kamu setelah ini ada kelas?" ucap Leo memandang sekertaris barunya itu.
"Sebenarnya ada,tapi saya mau bolos pak." ucap Karin,yang terlihat termenung.
Leo mengernyit. "Kenapa? Kamu mau kerja saja?"
Karin menoleh kearah Leo. "Bukan gitu pak,saya ada urusan,dan itu nggak bisa ditunda," ucapnya kembali melamun.
"Karin,kamu baik-baik saja,kan?" Leo melambai-lambai kan tangannya didepan wajah Karin.
"Engh... eh,maaf pak. Saya nggak apa-apa kok," jawab Karin
"Kamu,mau saya bawa ke dokter? Mata kamu terlihat sembab," tanya Leo, sedikit khawatir.
Karin menggeleng. "Nggak usah pak, saya nggak sakit,kok!"
"Nanti kalau ada apa-apa, bagaimana? Saya kan, yang repot?" ujarnya.
"Saya nggak minta bapak nolongin saya,kalau saya sakit,ya!" ujar Karin,nyolot.
"Kamu sih,ngeyel. Udah,ayo saya antar ke dokter!" tegas Leo
"Nggak,pak! Saya nggak sakit,saya cuma kepikiran seseorang aja," ucap Karin,pada akhirnya.
"Baguslah kalau gitu,saya nggak perlu repot-repot buang-buang bensin buat pergi ke dokter," ujarnya santai,lalu duduk kembali di kursinya.
Sedangkan Karin melongo tidak percaya. "Huh,bilang aja pelit!" gumam Karin,yang untungnya tidak didengar Leo.
Leo memandang wajah Karina yang semakin kusut."Kalau boleh tau,siapa seseorang yang kamu pikirin?"
"Bapak kok kepo?"
"Saya hanya tanya,apa salah?"
"Nggak salah sih,tapi kok bapak tanya kenapa emang?" ujar Karin
"Ahhh udah,saya tidak jadi nanya ke kamu!"
Karin geleng-geleng kepala. "Saya lagi kecewa sama pacar dan sahabat saya,pak," ucap Karina pada akhirnya.
Leo mengubah posisinya menjadi agar lebih nyaman. "Kamu,punya pacar?" tanya Leo
Karin mengangguk. "Iya,tapi sekarang udah jadi mantan,"
"Emang ada apa sama pac--eh,mantan kamu? ujarnya.
Karin menghela nafasnya,mencoba untuk sabar. "Ya gitu,mereka main dibelakang saya,"
Leo tampak terkejut. "Maksud kamu,itu-itu an?" ujar ya sambil menggerakkan dua jarinya keatas.
"Iya,pak. Dan sekarang sahabat saya lagi hamil anaknya," ucap Karin lesu.
"Astaga,saya turut berdukacita atas kejadian yang kamu alami," ucap Leo
"Bapak kira ini berita kematian?" ujar Karin sewot lagi.
"Ucapan itu tidak untuk orang mati saja,Karin." ucap Leo
"Ah,terserah bapak lah!"
Leo menghela berat nafasnya. "Kalau kamu bolos kuliah hari ini,rencananya kamu mau kemana?"
"Saya mau ke rumah sahabat saya,pak. Mau beri tahu orang tua sahabat saya,kalau dia hamil. Karena, sahabat saya itu sebelumnya ada masalah sama keluarganya," ucap Karin
Leo nampak tertarik dengan topik pembicaraan kali ini. Ia menegakkan punggungnya. "Kamu masih mau membantu dia, walaupun dia hamil anak pacar kamu?" ujar Leo kaget
Karin mengangguk. "Gimana lagi,pak. Anak yang dikandung sahabat saya itu nggak salah. Saya harus lindungi bayi itu,kalau nggak mereka berdua bisa gugurin bayi itu,pak."
Leo memandang iba sekertarisnya itu. "Kamu sangat baik hati,Karina. Bagaimana kalau nanti saya temani? Saya takut kalau nanti kamu kenapa-kenapa," ujarnya tulus.
Karin nampak sedikit terkejut. "Nggak ah,saya nggak mau ngerepotin pak Leo!"
"Tidak apa-apa,Karina. Nanti saya juga tidak ada kerjaan," ucap Leo, meyakinkan.
"Ya udah sih,kalau pak Leo maksa,"
"Saya tidak memaksa kamu. Saya hanya khawatir sama sekertaris saya,nanti kalau kamu kenapa-kenapa,siapa yang nyalin pendapatan dan file-file lain di cafe ini?" ucap Leo,yang berhasil membuat Karin yang baru saja terbang dibuat jatuh lagi.
Karin memutar bola matanya. "Terserah bapak,aja lah!"
Leo terkekeh kecil,sambil menutup mulutnya dengan punggung tangannya. "Memangnya siapa nama sahabatmu itu?"
"Lina, pak," jawab Karin.
Leo tampak sedang berpikir. "Satu jurusan sama kamu?"
Karin mengangguk. "Arlina Verawati," jawab Karin
Leo membelakkan matanya. "Arlina Verawati? Anak DPR? Anak Pak Herman?" tanya Leo tanpa jeda.
Karin mengedipkan matanya beberapa kali. "Pak Leo kok tau?"
Brakkk
"Itu sepupu saya,Karina! Siapa yang buat dia hamil tadi?" ujarnya,setelah menggebrak meja.
"Hah? Sepupu pak Leo? Kok dia nggak pernah cerita ya? Edo,pak namanya,mantan saya!"
"Wah,sialan mantan kamu! Perlu diberi hajaran,dia!"
Karin menatap aneh sorot mata Leo yang menandakan kemarahannya. "Iya pak,hajar aja! Saya dukung kemauan bapak!" ujar Karin,berdiri dari bangkunya.
Leo melotot kearah Karin. "Kamu kok malah dukung saya buat hajar dia? Nanti kalau dia mati,siapa ayah bayinya Lina? Kasihan dia!"
"Eh,iya,ya! Ya udah,bapak bantuin saya buat ngomong sama orang tua mereka aja,gimana?" ucap Karin
Leo mengangguk-angguk. "Oke! Kita berangkat sekarang,sebelum semuanya terlanjur terjadi,"
"Ya,itu betul pak. Walaupun saya kecewa dengan ini semua," ucap Karin,berubah menjadi sedih lagi.
"Kalau kita bilang semua ini kepada orang tua mereka,lalu kamu bagaimana,Karina?" tanyanya,dengan tatapan yang kembali melembut.
"Saya berusaha merelakan,pak. Lagian ini udah takdir,mau diapa-apain juga udah nggak bisa. Saya berusaha ikhlas aja!"
"Bagaimana kalau saya bantu kamu melupakan mantan kamu itu?" tawar Leo
"Bagaimana caranya ,pak?"
***
Thank you❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Bos Leo Nyebelin! (Selesai)
Romance"Jangan lupa, besok kamu harus kerja. Jadi istri Leo harus kerja keras," ucap Leo tersenyum. Ia menepuk-nepuk pelan kepala Karin. Karin menundukkan kepalanya,malu. "Iya." "Besok habis kerja, ada jadwal nggak?" tanya Leo, seakan merasa tak bersalah t...