16. Bonus di Depan Mata

30.6K 2.6K 45
                                    

Vote dan Comment!!

***

Seminggu yang lalu adalah hari pernikahannya Lina dan Edo. Tidak terasa,waktu cepat sekali berjalan.

Leo kini sedang berada di ruangannya,ditemani secangkir milk tea hangat buatan Karina.

Hari Minggu adalah hari santai bagi Karina. Karena kampusnya libur,dan kerjanya hanya duduk memasukkan data cafe,atau sesekali nonton YouTube,karena Leo juga sibuk menemui beberapa tamunya.

Tapi, akhir-akhir ini kebiasaan melamunnya sudah mulai hilang. Ia mulai menjadi Karina yang seperti dulu.

Seketika Karina ingat sesuatu yang diperintahkan oleh bosnya beberapa minggu lalu.

"Pak Leo," panggilnya.

"Ya,Karina?" jawab Leo

"Emm,soal saya yang bapak suruh cari barang-barang kekinian itu--"

"Oh iya,saya sampai lupa. Bagaimana itu jadinya? Sudah ada belum?" Potong Leo,

Karin menghela napasnya. Kebiasaan bos nya ini,orang belum selesai ngomong udah main potong aja.

"Iya, sebenarnya itu milik sepupu bapak,"

Leo mengernyitkan dahinya. "Maksud kamu?"

"Barang yang saya rekomendasikan ke bapak itu milik kakak Lina,pak. Mbak Jihan." Jelas Karina.

"Jihan? Kok saya nggak tau ya,kalau Jihan punya usaha seperti itu?" tanyanya,bingung.

Karina mengendikan bahunya. "Saya nggak tau lah,pak."

"Yaudah lah,kamu ambil barang ke dia aja. Harganya lebih murah daripada yang lain kan?" putusnya.

Karin mengangguk. "Iya,pak. Lumayan sih perbandingannya,"

"Kamu beli aja,kalau bisa minggu depan harus udah datang." ujar Leo

"Memangnya event kerjasama dengan Pak Burhan jadi,pak?" tanya Karin. Pasalnya,kemarin anak pak Burhan,si Edo,sudah cari gara-gara sama keluarga besar Dirta. Tapi kenapa Leo masih melanjutkan kontrak dengan ayah Edo?

"Nggak apa-apa,anaknya saja yang berulah,yang penting bapaknya enggak." ujarnya santai

"Anjir." batin Karin.

"Kerjasama dengan perusahaan pak Burhan untungnya lumayan banyak loh,Kar." Lanjut Leo.

"Hmm,saya dikasih bonus?" tanya Karin, iseng-iseng.

"Itu tergantung kamu cekatan dalam mengatur sikon nya apa enggak," ujar Leo.

"Kalau saya cekatan dan eventnya bisa sukses?"

"Bonus ada di depan mata kamu."

***

"Halo,Mbak Jihan?"

"Iya,sekitar ada 10 biji."

"Oh,sold out?"

"Gimana kalau mbak aja yang bilang sama pak Leo?"

"Oh,oke mbak. Nanti saya transfer. Tapi jangan lupa kasih diskonnya."

"Siap mbak,saya tutup dulu telfonnya."

Karin menghela nafasnya. Sulit,jika Leo tidak mau tau tentang tugas yang diberikannya. Jadilah,Karin yang mengurus sendiri.

Dia bilang Minggu depan harus sudah datang? Hey! Barangnya aja banyak yang sold out kok minta minggu depan.

Yaudah deh,kalau Leo nggak mau tau lagi,jadinya Karina milih-milih lagi model barangnya,dan tentu ready stock.

Mendingan dia ujian matematika kelas 2 SD aja kalau kayak gini.

"Karin,bantuin Kang Wawan sana! Masa kerja kamu cuma mainin hp aja dari tadi,"

Hampir saja Karin melepas HP dari genggamannya. Sialan emang si Eva,sukanya bikin kaget orang aja.

"Saya mbak?" tanya Karin

Eva melipat tangannya didepan dada. "Iya,sana cepetan deh!" ucapnya sambil mendorong punggung Karin.

"Eh,eh. Saya disini kan bukan buat bersih-bersih,Mbak. Lagian kan masih ada yang bantuin Kang Wawan." jawab Karin.

"Heh! Saya itu senior kamu,ya! Lagian kerja masih beberapa bulan aja belagu amat," ucap Eva,menatap tajam Karin.

Dalam hati Karin hanya bisa mengucapkan kata 'sabar' berulang kali. Ia ingat,Eva adalah setan. Jadi,anggap aja angin lewat.

"Sebenarnya,saya sih bodoamat mbak itu senior atau Junior." ujar Karin. "Tapi,perasaan saya nggak pernah bersikap belagu sama,mbak. Jadi orang jangan seenaknya sendiri Mbak." lanjutnya.

"Kamu berani jawab?" Sentak Eva

Karin tersenyum tipis. "Saya bisa laporin mbak ke Pak Leo,loh. Karena,mbak udah berani nyuruh saya dan pegawai-pegawai yang lain buat ngerjain tugas yang seharusnya nggak kita lakukan." ujar Karin mengancam. "Kalau nggak mau dapat surat pemecatan,mendingan mbak tutup mulut aja deh,nggak usah omong lagi. Kecuali sih,kalau ada hal yang penting banget." lanjutnya,lalu berjalan meninggalkan Eva.

Sedangkan Eva,dia menatap punggung Karin kesal. "Huh,bocil sialan. Awas aja,bentar lagi tuh anak bakal dipecat!"

***
A

da typo di comment yaaa

Bos Leo Nyebelin! (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang