22. Siapa Cepat Dia Dapat (2)

24.5K 2.2K 54
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

"Ngomong-ngomong,lo masih berhubungan baik sama sahabat lo itu?"

Saat ini,Deden dan Karin sedang berada di toko sepatu. Tepatnya,Deden ingin membelikan kado untuk adik laki-lakinya,yang kemarin baru ulang tahun. Ya walaupun adiknya itu sudah besar,nggak ada salahnya kan,dia diberi kado?

Karin mengalihkan pandangannya kearah Deden. "Masih kok. Tapi, akhir-akhir ini juga jarang komunikasi. Gue juga lumayan sibuk," jawab Karin.

Deden menganggukan kepalanya. "Dia juga masih masuk kuliah,Kar?"

"Nggak. Udah keluar. Tapi nggak tau,katanya habis lahiran dia lanjut kuliah lagi." jawab Karina.

"Salut banget sih gue sama lo."

Karina mengernyitkan dahinya. "Kenapa salut? Gue bukan wafer!"

Deden terkekeh. "Bisa aja lo! Receh mbak!"

"Emang lo salut sama gue karena apa?" tanya Karin ulang.

"Lo itu sabar banget. Nggak kelihatan rapuh walaupun musibah besar datang di kehidupan lo," ujar Deden dengan tersenyum,seraya tetap melihat-lihat banyaknya model sepatu.

Karin tertawa kecil. "Ya gimana lagi. Udah takdirnya kok. Lagian kalau gue maksa si Edo buat ninggalin Lina,ya gue nya lah yang malu. Gila aja,masa gue doyan sama cowok yang nggak ada akhlak kayak dia,"

"Bener sih,Kar. Walaupun dia juga kaya, seenggaknya lo nggak manfaatin hartanya." jawab Deden.

Karin tersenyum. "Udah lah,jangan bahas itu lagi." ujar Karin. "Nih,bagus kayaknya. Tapi harganya mahal tuh,lo mau beliin ini nggak?" lanjut Karin,seraya menyerahkan sepatu berwarna putih dengan corak merah dan biru tersebut.

"Bagus nih. Soal harga nggak terlalu masalah sih."

"Buset, diem-diem ni orang kaya juga ya," batin,Karina.

"Ukuran adek lo berapa?" tanya Karin.

"Kayaknya ini pas deh. Ambil ini aja,yuk kekasir!" ajak Deden,lalu mendahului Karin menuju kasir.

"Habis ini lo mau kemana?" tanya Deden,setelah selesai melakukan pembayarannya dikasir.

"Gue mau cari cogan. Buat cuci mata," ucap Karin,lalu tertawa kencang.

Deden melirik sekitarnya. Malu dengan suara ketawa Karin yang kelewat kencang. "Heh! Ketawa Lo di rem dikit napa,sih?"

"Lo malu? Udah sana gih,gue mau jalan sendiri!" jawab Karin,sewot.

"Idih,gitu aja ngambek." ujar Deden,menggoda Karin.

"Diem lu,dendeng!"

"Eh,btw lu nggak ada niatan buat cari pacar lagi,Kar?" Deden mengalihkan topik pembicaraan mereka.

Karin mengendikan bahunya. "Nggak tau. Masih trauma sih. Maunya dijodohin aja. Atau nggak dapat mas-mas bos atau CEO gitu." jawab Karina asal.

"Heh! Awas ucapan lo jadi kenyataan,"

"Enak kayaknya ya,dapet mas-mas kantoran gitu," jawab Karin,seraya membayangkan nasibnya nanti jika jadi kekasih dari seorang bos atau CEO perusahaan.

"Udah-udah. Halu terus,sampek tua!" ucap Deden, menghancurkan bayangan Karin.

"Iri bilang bos!"

Deden memutar bola matanya. "Iri sama lo? Huh! Nggak sudi!"

Karina membelakkan matanya. "Tangan kosong,yuk kalau berani!"

Sedangkan dibalik sebuah toko butik,ada seorang wanita yang sedari tadi melihat mereka. "Yo,gawat Yo! Calon lo,lagi jalan sama cowok!" ujar wanita tersebut,sambil menempelkan ponsel ditelinganya.

"Oke,gue ikutin mereka. Tapi lo harus janji dulu,bantuin gue deket sama saudara dia,"

"Oke,gue matiin dulu telponnya."

"Honey Vava! Aku datang!" Teriak wanita itu. Yang berhasil mengundang tatapan aneh dari beberapa pengunjung.

***

Maaf baru update. Sibuk banget akhir-akhir ini. Bener dah!

Ada typo di comment ya!

Bos Leo Nyebelin! (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang