FA 1 || Masjid

4.8K 396 107
                                    

Selamat membaca

___mohon maaf jika ada typo ___

🍁


Bel pertanda masuk kelas sudah berbunyi sejak setengah jam lalu. Lorong - lorong kelas sudah mulai sepi karena para siswanya sudah masuk. Guru - guru juga sudah mulai memasuki kelas untuk memulai awal pembelajaran.

Namun, laki-laki dengan rambut sedikit berantakan dan seragam yang di keluarkan ini malah sibuk menyantap nasi goreng di hadapannya. Tidak peduli bahwa ia adalah satu - satunya siswa yang berada di kantin saat ini.

"Kamu ngapain ada di sini, Janu?!"

Merasa namanya di panggil, Janu menoleh ke arah pintu kantin. Di sana, berdiri Pak Teguh dengan wajah merah menahan emosi. Jalannya menghentak mendekati bangku yang di tempatinya sekarang ini.

"Mampus, ketauan!" umpatnya pada diri sendiri.

"Enak ya, yang lain pada sibuk belajar kamu malah anteng makan di sini!" ucap Pak Teguh sambil menarik telinga Janu ke atas.

"Aduh, Pak, tolong dengerin dulu penjelasan saya dong. Suuzhon mulu sama siswa sendiri, dosa."

"Heh, berani kamu sama bapak?!" Pak Teguh melotot.

"Sakit, Pak, ini lepasin dulu dong, " Janu memegang telinganya. "Saya belum sarapan di rumah, Pak, kalau saya paksain ikut pembelajaran nanti malah gak fokus, sama aja nanti di marahin guru loh."

Pak Teguh menghela nafas, menghadapi siswa seperti ini memang butuh kesabaran ekstra. "Makanya lain kali bawa bekal aja dari rumah. Kamu tuh ya pagi-pagi udah bikin saya emosi aja."

"Udah sana sekarang mending kamu ke masjid sholat dhuha sana," lanjut Pak Teguh sambil melepas tangannya.

"Tumben, Pak?"

"Kamu lebih mau saya hukum lari keliling lapangan heh?!"

"Ini nasi gorengnya nanggung, Pak."

"Sekarang, Janu Mahendra!"

"Ampun, Pak, iya ini saya ke masjid." Janu buru - buru mencium punggung tangan Pak Teguh, lalu berlari kecil keluar dari area kantin.

Bukan Janu namanya kalau tidak membuat masalah. Laki-laki itu malah berinisiatif untuk melanjutkan tidurnya nanti.

Baru saja ingin membuka sepatunya, netra cokelat miliknya menatap seorang perempuan yang sedang berada di dalam masjid.

Janu menghentikan kegiatannya, dan memilih memperhatikan perempuan berkerudung yang kini sedang sibuk melipat mukena di pojok lemari bersama dengan seorang temannya.

Meskipun jaraknya tidak terlalu dekat, Janu masih bisa melihat wajah perempuan itu.

"Cantik dan ayu," batinnya menyimpulkan.

"Gue cariin juga. Ngapain lo di sini, Jan?"

Sebuah suara sedikit mengagetkan Janu, ia menoleh ke sumber suara. "Kampret, ngagetin aja lo."

"Lagian ngapain lo bengong di depan masjid coba. Kesambet malaikat?"

Celetukan Dean - sahabat karibnya ini membuat atensi dua perempuan yang sedang sibuk melipat mukena ini teralihkan.

"Mulut lo ya emang minta di tampol."

"Sekarang ada ulangan matematika, Jan, Bu Reta nyuruh gue nyari lo."

Fakboy Alim Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang