FA 4 || Jatuh Cinta?

2.6K 252 44
                                    

Selamat membaca

___mohon maaf jika ada typo ___

🍁


Minggu pagi. Jika biasanya seorang Janu Mahendra masih bergelung dengan selimutnya. Kali ini, laki-laki itu sudah siap dengan kaos polos warna putih dengan training hitam bergaris di pinggirnya. Dan jangan lupa sepatu olahraga berwarna putih juga yang sudah di pakainya.

Hari yang cerah ini, Janu akan memulai dengan jogging memutar komplek rumahnya, lalu menuju taman yang berada tak jauh dari kompleknya.

Jika biasanya ia meminta salah satu perempuannya untuk menemani. Kali ini Janu ingin melakukannya sendirian saja.

"Bi, Janu mau jogging dulu ya," ucapnya sambil menuruni tangga.

"Alah meni kasep kieu bade lulumpatan hungkul ge."
(Cuma lari - lari aja ganteng pisan)

"Iya atuh, Bi, Janu tiap hari juga ganteng."

"Aya - aya wae ah si aden mah."
( ada - ada aja aden mah )

Janu hanya tertawa, lalu menyalimi tangannya. "Janu berangkat ya, Bi."

"Hati - hati, Den." Janu mengangguk, lalu beranjak pergi.

Semenjak mama lebih sibuk dengan kerjaannya dan jarang memperhatikannya, Bi Inu lah yang kini sering memenuhi kebutuhannya mulai dari sarapan bahkan seragam sekolahnya. Terlepas dari sebagai pembantu rumahnya. Baginya Bi Inu sudah ia anggap mamanya juga.

Setelah selesai dengan pemanasan singkatnya. Janu mulai joggingnya.

Matahari sudah mulai beranjak naik. Sinarnya kini cukup menyengat mengenai kulit. Bulir - bulir keringat sudah mulai membasahi pelipis dan kaos belakangnya. Sambil mengatur nafasnya, Janu mendudukan dirinya di salah satu bangku taman. Tangannya langsung membuka tutup botol minum yang tadi di belinya. Suara tegukan air mulai terdengar, ia menyisakan setengah dari isinya.

Pesona Janu memang tidak bisa di permainkan. Buktinya adalah dari suara perempuan - perempuan yang keberadaannya tak jauh dari tempat duduknya sekarang. Mereka sibuk mengangumi ciptaan Tuhan satu ini.

"Nikmat mana lagi yang kau dustakan? Ganteng banget ih!"

"Iya, gila, calon imam gue itu."

"Anak mana nih? Lumayan."

Janu menoleh, lalu memberikan senyum termanisnya. "Makasih loh pujiannya, gue emang ganteng udah dari lahir."

Ucapan Janu itu membuat perempuan - perempuan itu langsung tersenyum malu karena ketahuan sedang membicarakan laki-laki itu.

Brak

Suara seperti tabrakan itu mengalihkan atensi Janu. Pupil matanya mencari sumber suara. Di seberang terlihat seorang perempuan yang terduduk di pinggir trotoar, kaki kanannya tertimpa oleh sepeda yang jatuh ke arahnya.

Merasa tidak asing, Janu berdiri dan melangkahkan kakinya mendekat. Sebagian orang yang berada di situ membantu perempuan itu menarik sepedanya.

Fakboy Alim Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang