Selamat membaca
___mohon maaf jika ada typo ___
🍁
Pukul tujuh malam. Janu baru saja memparkirkan ducati miliknya di halaman rumah. Melepas helm full pacenya, ia melihat sebuah mobil asing terparkir di sebelah mobil milik mamanya.
Tahu siapa pemilik dari mobil itu membuat Janu menghela nafas kasar. Kakinya langsung melangkah masuk, suara mama yang sedang mengobrol mulai terdengar. Janu memilih menulikan telinga, berjalan santai menuju kamarnya melewati meja makan.
"Janu," panggilan Lavya akhirnya menghentikan langkah Janu di anak tangga pertama.
Hanya sebentar, Janu akan melanjutkan lagi langkahnya, namun suara asing lain yang muncul membuatnya langsung menoleh ke arah meja makan.
"Mam... mam...."
Netra Janu menatap pada sosok laki-laki kecil yang sedang sibuk memainkan sendok di pangkuan Lavya. Pipinya chubbynya kotor dengan noda bubur. Bibirnya sibuk mengoceh entah apa.
Lavya menyadari kemana arah mata Janu langsung tersenyum tipis."Ini Abyan, anaknya Mas Kamal. Lucu ya, Jan?"
Janu langsung mengalihkan pandangan ke arah laki-laki yang duduk di hadapan Lavya. Masih di balut dengan setelah jas dan kemeja, laki-laki yang mama sebut Mas Kamal itu terlihat muda.
"Jadi, ini papanya Alfi?".
"Ayo sini gabung, mama udah masakin makanan kesukaan kamu," ucap Lavya.
"Mama ngelakuin ini biar Janu setuju buat mama nikah lagi? Percuma, Ma."
Senyum Lavya langsung luntur seketika. "Mama berniat baik Janu kena--
"Mama sendiri yang buat Janu begini. Janu tetap gak setuju, Ma." Melirik ke arah Kamal dan anak kecil di pangkuan Lavya, Janu memilih melanjutkan langkah kakinya lagi menuju kamarnya. Tiba-tiba moodnya menjadi buruk.
____
Janu baru saja menyelesaikan ritual mandinya, rambutnya basah karena habis keramas. Wajahnya nampak lebih segar sekarang.
Setelah lengkap berpakaian, Janu langsung mengambil jaket dan kunci motor miliknya. Ia berpikiran untuk mengunjungi rumah Dean daripada diam di rumah.
Menuruni tangga, Janu mendengar Bu Inu sedang berbicara dan ocehan anak kecil.
"Jangan, itu punya Den Janu. Nanti mamas di marahin."
"Mu tuuu...."
"Mainan yang lain aja ya?"
"Mu tu ih!"
Janu melihat laki-laki kecil yang di lihatnya tadi sedang menunjuk lemari mainan miliknya. Dan Bi Inu yang terlihat sibuk membujuk.
Tiba-tiba langkah kakinya mendekat ke sana. "Kenapa, Bi?"
Bi Inu menoleh. "Eh, a-anu den, Den kecil mau mainan dari lemari milik aden. Bibi udah bujuk gak mau."
Janu menatap Byan yang sedang berusaha menggapai gagang pintu. Ia langsung berjongkok mensejajarkan badannya. Byan yang sadar langsung menoleh, mata bulatnya mengerjap pelan.
"Kamu mau mainan ini?" Janu pikir Byan akan menangis karena melihatnya, tapi ternyata anak kecil ini malah menatapnya berbinar.
Byan mengangguk lucu, tangannya menunjuk gagang pintu. "By, mu tuu...."
Janu jadi tersenyum, lalu tiba-tiba tangannya menggapai untuk menggendong Byan. "Kok anaknya sama bibi?"
"Tuan sama nyonya ada urusan, den kecil di titipin di sini dulu sebentar."
Janu mengangguk. "Bibi istirahat aja, B-byan biar sama Janu aja."
"Eh, beneran, den? Nanti repot gimana?"
"Enggak, Bi. Udah bibi istirahat aja."
"Makasih, den. Tapi nanti kalau ada apa-apa, panggil aja bibi."
Janu mengangguk. "Iya, Bi."
Pemikirannya untuk pergi keluar rumah hilang seketika melihat wajah gemas Byan yang meminta mainan kepadanya.
___
Di sinilah Janu sekarang, menemani Byan menonton acara kartun dengan duduk di pangkuannya. Suasana ruang tamu sudah berantakan dengan mainan yang berserakan dimana - mana.
Janu menatap Byan yang sedang fokus menonton layar televisi yang memunculkan gambar dua anak kembar botak dari Malaysia. Upin dan Ipin.
Tangannya menoel lengan gempal Byan. "Heh...."
Byan menoleh, seperti biasa mengerjap pelan. "Abang lo nyebelin kalau di sekolah, nanti pas gede lo jangan ikutan kayak dia juga ya, sesat."
Byan yang tidak mengerti hanya menatap Janu.
"Jawab eh malah ngeliatin."
"Mamas fii...," ucap Byan, lalu menunjuk Janu.
"Gue bukan mamas lo itu. Gue Janu."
Byan memiringkan kepalanya, lalu tersenyum menunjukan deretan giginya yang belum tumbuh sempurna. "Maljan."
"Heh apa tadi? Di kira gue sirup apa," omel Janu sedangkan Byan hanya tertawa.
"Maljan...."
"Janu, bukan Maljan."
"Maljan...."
Baiklah, Janu mengalah. Ia terlihat bodoh sekarang mengajak berdebat anak kecil.
Tidak jauh berbeda dengan kakaknya, Byan sama menyebalkannya.
Entahlah, Janu memang sangat tidak menyukai hubungan mamanya dengan papa dari Byan. Tapi tidak mungkin juga ia jadi tidak menyukai Byan dan Alfi, bagaimana pun mereka juga sama-sama tidak mengerti seperti dirinya.
Di umur yang masih terbilang kecil seperti ini. Byan seharusnya tidak berada di posisinya sekarang. Janu jadi merasa iba dan juga bersalah, kenapa mamanya harus tega menjadi perusak rumah tangga orang lain.
"Kita sama-sama jadi korban keegoisan orang tua," ucap Janu pelan.
____
Gimana part ini?
Jangan lupa vote dan komennya ya :)Merkubear ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Fakboy Alim
Teen Fiction[ Sudah terbit ] [ PART TIDAK LENGKAP ] Cerita ini pernah di ikutkan dalam event #35 part challenge ramadan series Best cover by eci_graphic [ Teenfiction - spiritual ] "Gue maunya jadi imam di hidup lo aja, gimana? _________ Si trouble maker dan fa...