Selamat membaca
___mohon maaf jika ada typo ___
🍁
Janu memparkirkan ducati miliknya di parkiran sebuah club yang lumayan besar. Dari sini, ia bisa mendengar dentuman suara musik yang berasal dari dalam. Perempuan-perempuan dengan pakaian kurang bahan berseliweran, menunjukan mata genit menggoda.Janu menelan salivanya. Ini pertama kalinya ia datang ke club.
"Kenapa kita malah kesini, Hans?" Janu turun dari motornya dengan ragu.
"Ya, emang ini tempatnya. Tenang, lo gak akan nyesel ke sini, gue jamin." Hans merangkul Janu, mengajak berjalan bersama.
Janu hanya menatap Hans yang sedang menunjukkan identitasnya kepada satpam. Setelah itu, melanjutkan langkah masuk. Kini, suara dentuman itu makin terdengar jelas memekakan telinga. Tempat yang cukup luas dengan meja-meja panjang.
Di tengah, lautan manusia berjoget mengikuti alunan lagu. Perempuan-perempuan dengan pakaian kurang bahan makin banyak terlihat. Janu sedikit meringis melihat itu.
Hans mengajaknya ke koridor lain, sebuah ruangan luas dengan beberapa sofa dan meja panjang. Di sini di dominasi oleh laki-laki, beberapa ada yang duduk, beberapa lagi sibuk bermain biliard di pojok.
"Eh, dateng juga lo." Laki-laki berbadan bongsor dengan rambut sedikit gimbal menghampiri Janu dan Hans yang baru saja datang.
"Ada urusan sebentar tadi, Bang," jawab Hans enteng.
"Temen lo nih?" Laki-laki itu menatap ke arah Janu.
"Iya, Bang, namanya Janu."
Laki-laki itu mengulurkan tangannya. "Jack."
Janu membalas uluran tangan itu. "Janu, Bang."
"Bang Jack ini yang punya club ini, sekaligus Ketua Jupitairus," ujar Hans kepada Janu.
"Ngobrolnya sambil duduk-duduk lah, ayo." Jack menepuk bahu Janu dengan senyum ramah.
Kini Janu duduk di sebuah sofa panjang, ada beberapa laki-laki lain, dan tentunya menatap bingung ke arah Janu.
"Anggota baru nih?" sahut laki-laki dengan tato yang bisa Janu lihat di lengannya.
"Calon," jawab Hans, lalu menatap ke arah Janu.
Jupitairus. Janu tidak asing dengan nama geng yang cukup terkenal ini. Dean dan Juna pernah bercerita kalau geng ini punya kuasa yang lumayan luas, dengan anggota yang tidak sedikit. Selain itu, geng ini juga terkenal karena kekejamannya di jalanan, sedikit saja ada yang menghina, maka bersiap-siap untuk di teror.
Sekarang, Janu di sini, di tawari untuk masuk ke dalam geng besar ini.
"Gimana, Jan? Lo tinggal bilang iya. Gue yakin lo gak akan nyesel. Oke, mungkin lo belum terbiasa, tapi lo harus nyoba dulu," ucap Hans meyakinkan Janu.
"Lo masih muda, gak banget kalau mikirin hidup. Di sini lo bisa seneng-seneng," lanjut Jack.
Janu menghela nafas, pikirannya memang sedang kalut sekarang. Mungkin mencari hiburan sebentar tidak masalah.
"Oke, gue mau."
Jack tersenyum, menepuk bahu Janu beberapa kali. "Selamat datang di Jupitairus, Janu."
"Woy! Ngumpul! kenalan dulu sama anggota baru nih." Hans bersuara, beberapa yang sedang bermain biliard langsung menuruti Hans, berkumpul.
Jack berdiri, menarik Janu untuk mengikutinya. Setelah itu, merangkul Janu. "Malam ini kita kedatangan anggota baru, namanya Janu. Sebagai ucapan selamat datang, kita pesta malam ini."
Suara sorak terdengar.
Malam itu, Janu resmi menjadi anggota dari geng besar, Jupitairus.
___
Janu yang sekarang sudah berbeda dari satu minggu yang lalu. Kini, laki-laki itu lebih sering datang ke club, menggunakan jaket parasut dimana di bagian belakang dengan gambar tengkorak yang cukup besar.
Janu lebih banyak menghabiskan waktunya di sana, karena dengan itu, beban pikirannya hilang.
Janu baru saja memakai helm miliknya ketika ponsel di dalam sakunya bergetar. Ada pesan dari Hans yang menyuruhnya untuk datang ke jalan besar di dekat club.
Malam ini berarti ada balapan.Setelah membalas pesan dari Hans, Janu langsung menyalakan ducati miliknya dan bergegas menuju tempat yang di beritahu oleh Hans.
Suasana di sana saat Janu datang sudah ramai. Bukan hanya laki-laki, tapi perempuan juga ada. Tentunya dengan lambang jaket yang berbeda. Ia belum menemukan keberadaan Hans dan yang lainnya.
"Lama amat lo dateng, di tungguin sana yang lain." Hans datang dengan jaket yang sama, namun kini laki-laki itu menggunakan bandana di kepalanya.
"Ngapain nungguin gue?"
"Lo malem ini yang turun."
"Gue?" Janu cukup kaget mendengar penuturan Hans.
"Udah cepetan ah." Hans langsung menarik Janu ke arah anak-anak Jupitairus yang lain.
"Bang, ganti yang lain aja. Gue belum pro beginian," ucap Janu kepada Jack yang sedang duduk di sebuah bangku.
"Nyoba aja, Jan. Malem ini cuma main-main kok, tenang aja," tukas Jack sambil menghisap rokoknya.
"Iya nih, lo sekalian belajar juga, Man," sahut Hans.
Janu hanya menghela nafas, tidak bisa menolak.
Makin malam, tapi suasana di sini semakin ramai. Janu sudah siap dengan ducati ya di garis start begitu juga dengan Leon, lawannya malam ini.
Suara sorak terdengar dari sisi. Seorang perempuan dengan dengan baju pendek menampilkan perutnya berjalan ke tengah membawa sebuah sapu tangan.
Tangannya mengangkat sapu tangan, tersenyum menggoda.
"Satu...."
"Dua...."
"Tiga...."
Bertepatan dengan sapu tangan yang jatuh, Janu langsung menancap gas, melaju di tengah jalanan.
Suara riuh tertinggal di belakang. Janu makin menancap gas, berusaha untuk tetap pada posisinya yang berada di depan.
Leon di belakang tidak ingin kalah, imut menancap gas, menyusul Janu.
Ducati biru milik Janu meliuk indah di jalanan. Leon kini berada di posisi depan, melihat ke belakang tersenyum remeh.
Putaran pertama, Janu tertinggal.
Suara sorak makin ramai. Janu menancap gas pada kecepatan maksimal, menyusul Leon.
Ducatinya meliuk indah, hingga akhirnya bisa menyusul Leon. Tidak mau kembali di serobot, Janu fokus pada jalanan di hadapannya.
Putaran kedua, Janu memimpin.
Kini putaran terakhir. Janu akhirnya melewati start, menjadi pemenang.
Anak-anak Jupitairus bersorak sambil mendekati Janu.
"Keren lo, Jan!" seru Anton sambil menepuk bahu Janu.
"Gue gak yakin jadinya kalau lo belum pernah turun ke jalan," sahut Hans.
Janu hanya tersenyum, tadi ia hanya menggunakan instingnya saja.
Tanpa di sadari, ada seseorang yang memperhatikan ia dari jauh.
🍁
Gimana untuk part ini? :v
Jangan lupa vote dan komennya.
Terimakasih buat dukungan kalian ❤️
Merkubear ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Fakboy Alim
Teen Fiction[ Sudah terbit ] [ PART TIDAK LENGKAP ] Cerita ini pernah di ikutkan dalam event #35 part challenge ramadan series Best cover by eci_graphic [ Teenfiction - spiritual ] "Gue maunya jadi imam di hidup lo aja, gimana? _________ Si trouble maker dan fa...