FA 9 || Misi Kebenaran

1.6K 212 40
                                    

Selamat membaca

___mohon maaf jika ada typo ___

🍁

"Berantem terus kerjaan kamu itu, Janu. Gimana masa depan kamu kalau buat masalah terus kayak gini?!" Lavya menatap tajam, membanting amplop cokelat yang di pegangnya ke meja.

Sedangkan Janu memilih bungkam dengan memainkan ponselnya. Pikirannya kembali pada perkataan Alfi mengenai mamanya, Lavya.

"Mama sedang berbicara dengan kamu Janu!"

Janu akhirnya mendongak, menatap lurus ke arah Lavya. "Janu ngelakuin apa yang menurut Janu benar, ma."

"Benar apa? Kamu bikin malu mama tau gak?!"

"Harusnya Janu yang bilang gitu sama mama." Nada suara Janu kini menjadi datar, matanya tetap menatap intens ke arah Lavya.

"Janu malu punya mama yang jadi perusak di rumah tangga orang lain."

Ucapan Janu membuat Lavya bungkam di tempat.

"Kenapa mama ngelakuin itu?"

"Kamu gak tau apa-apa. Jangan ikut campur urusan mama," ucap Lavya.

"Mama sadar udah menghancurkan sebuah keluarga?" Janu berdiri. "Keluarga kita udah hancur karena mama, sekarang? Mama jadi penyebab hancurnya keluarga orang lain? Janu bahkan gak mengenali lagi siapa perempuan di hadapan Janu sekarang."

"Jaga bicara kamu sama mama Janu. Kamu gak ngerti apa-apa."

"Terserah. Tapi Janu gak akan pernah setuju mama menikah lagi."

Setelah mengatakan itu, Janu langsung mengambil kunci motor miliknya dan keluar dari pintu utama.

____


Jika sedang kalut seperti ini, maka pelampiasan seorang Janu adalah dengan memakan es krim langganan yang tokonya berada di dekat taman.

Janu memang seorang fakboy dan trouble maker, tapi ia sama sekali tidak pernah menginjakan kakinya di tempat terlarang seperti club atau balapan liar. Menyentuh alkohol saja tidak. Mungkin hal bejat yang pernah  di lakukannya adalah merokok dan memainkan hati para perempuan.

Setelah memparkirkan ducati biru miliknya, Janu langsung masuk ke dalam toko kecil itu. Meskipun memang tidak seluas toko es krim yang terkenal, tapi rasa es krim di sini baginya lebih enak apalagi suasana tempatnya yang sangat sederhana namun bisa membuat nyaman para pelanggan yang datang.

"Eh, Mas Janu em seperti biasa mas? Cokelat dengan topping oreo?" ucap salah satu pelayan sambil tersenyum.

"Iya, Mbak Nia, tambahin pake bumbu cinta sekalian biar makin nikmat." Ucapan Janu membuat membuat pelayan bernama Nia itu sedikit tersipu.

"Si mas ini. Tunggu sebentar ya."

Janu mengangguk lalu seperti biasa ia akan menempati bangku di pojok dekat jendela. Suasana toko tidak terlalu ramai membuat Janu bernafas lega, setidaknya pikirannya tidak makin kalut dengan suara bisik pelanggan lain.

Kaca yang cukup besar membuat Janu bisa melihat keadaan di luar. Jam menunjukan pukul setengah lima sore, suasana langit masih cukup terang.

Suara pintu yang terbuka membuat atensi Janu teralihkan begitupun dengan beberapa pelanggan yang lain.

Pelanggan yang lain langsung kembali pada kesibukannya sedangkan Janu masih termangu di tempat.

Perempuan bergamis cokelat dengan kerudung senada membuatnya tidak fokus.

"Kayana."

Langkah Kayana terhenti ketika merasa ada sosok yang memerhatikannya. Netranya melebar ketika melihat siapa laki-laki yang sudah berani memperhatikannya.

"Janu."

Sebenarnya Janu berusaha untuk tidak peduli dengan kehadiran Kayana, tapi kakinya berkhianat. Kini tungkai panjang itu berjalan mendekat.

"Hai, berkenan untuk makan es krim sama gue?"

Penawaran tiba-tiba, Kayana termenung di tempatnya. Lalu, mengingat kejadian tempo hari saat kakaknya yang melabrak Janu. Bagaimana pun juga masalah ini harus segera di luruskan. Akhirnya ia mengangguk. "Boleh."

Jadilah saat ini Janu dan Kayana berada di satu meja. Masing-masing di hadapan mereka sudah ada es krim sesuai selera.

"Maaf ya soal abang ku waktu itu. Dia salah paham kayaknya." Kayana akhirnya bersuara.

"Gapapa. Namanya juga kakak, pasti mau yang terbaik buat adeknya," ucap Janu, tersenyum tipis.

"Tapi, ada yang janggal sedikit, Kay. Lo ngerasa juga gak?" lanjutnya.

"Itu... kayaknya Arkan udah ngehasut abangku biar kesannya kamu yang salah dan sering ganggu aku, Jan," tutur Kayana pelan.

Janu cukup kaget mendengar itu. "Arkan sama abang lo saling kenal?"

"Aku juga gak tau. Waktu kemarin pas abang bilang gitu juga kaget banget. Arkan mungkin ngemanfaatin abangku buat balas dendam ke kamu."

Janu menghela nafas, moodnya makin buruk sekarang. Arkan emang bener - bener cari gara - gara.

"Kalau kayak gitu, lo mau bantuin gue, Kay? Kita jebak Arkan, gue gak terima di fitnah gini."

"Em...." Kayana bingung.

"Gue gak--

"Oke, aku mau. Mungkin ini sebagai rasa terima kasih aku ke kamu karena udah nolongin aku beberapa kali."

Janu tersenyum. "Thanks, Kay."

Gimana? Aku tau ini gak greget emang :)

Vote dan komennya jangan lupa.

Merkubear ❤️

Fakboy Alim Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang