FA 11 || Rona Merah

1.6K 195 35
                                    

Selamat membaca

___mohon maaf jika ada typo ___

🍁

Bel istirahat berbunyi lima belas menit lagi, tapi beberapa siswa sudah meramaikan lapangan dengan mengadakan pertandingan futsal dadakan antara kelas XI IPS 1 dengan XI IPA 2. Suara siswi - siswi yang bersorak di pinggir meramaikan suasana.

Janu sudah menanggalkan seragamnya, kini ia hanya mengenakan kaos hitam polos yang sudah basah oleh keringatnya. Wajah dan rambutnya juga basah membuat para siswi makin bersorak girang.

"Keringetan gitu makin ganteng anjir!"
"Aku padamu Janu!"
"Gapapa elapin keringet pake seragam gue juga, ikhlas!"
"Si Rio juga gak kalah ganteng ko."
"Lebay amat!"

Begitulah mungkin suara - suara para siswi yang sedang menonton. Suasana yang cukup panas makin meriahkan suasana pertandingan dadakan ini.

"An! Sini, An!" teriak Janu kepada Dean yang sedang mengoper bola agar memindahkan kepadanya.

Dean yang melihat itu langsung menendang bola plastik itu ke arah Janu.
Dengan sigap Janu mengendalikan bola di kakinya. Lalu menggiring bola mendekat ke arah gawang. Sayang, Zidan dan Udin langsung menghadang di depan, menghentikan pergerakan Janu.

"Kadieukeun, Jan! Kadieukeun!"

Janu melihat ke arah Danu yang sedang berteriak ke arahnya. Posisi yang dekat dengan gawang. Janu menendang bolanya, namun terlalu keras sehingga melambung terlalu tinggi melewati Danu dan mendarat mengenai minuman yang sedang di bawa oleh Arkan sehingga tumpah mengenai seragamnya.

"Anjing! Woy!" Arkan langsung menatap ke arah lapangan.

"Mampus!"

Arkan menatap tajam ke arah Janu yang juga sedang menatapnya. Kakinya langsung bergerak mendekat dan langsung menarik kaos Janu.

"Maksud lo apaan, njing?!"

Beberapa anak - anak Oulekers yang memang sedang bersama Arkan langsung mengikuti.

"Santai, bang. Gue gak sengaja," ucap Janu tenang.

Arkan makin menarik kerah Janu.

"Dia udah bilang gak sengaja, lo gak usah emosian." Rio - Ketua kelas dari XI IPA 2 mencoba menengahkan tangannya mendorong agar Arkan melepaskan tarikannya.

"Lo gak usah ikut campur!" desis Arkan tajam.

"Mau lo apa sih ha?! Nyari ribut mulu!"

"Gue yang harus nanya. Lo punya dendam apa sama gue? Masih gak terima kalau Eva milih gue dan putus dari lo?" Janu terkekeh pelan, "terima takdir aja kalau lo bukan apa-apa." Janu berujar dengan tenang.

Arkan yang sudah terpancing tanpa di duga langsung melayangkan pukulan tepat di rahang kiri membuat Janu langsung tersungkur.

Suasana langsung berubah mencekam. Para siswi yang melihat langsung terpekik kaget, dan beberapa yang lain langsung datang ingin melihat.

"HEH ITU KENAPA KUMPUL - KUMPUL?! SIAPA YANG BERANTEM ITU?!"

Suara nyaring nan menggelegar milik Bu Retha membuat Arkan menahan pukulannya. Para siswa langsung membubarkan diri, berpura - pura tidak tahu.

"AYO KE RUANG BK SEKARANG!"

___

Setelah insiden di lapangan tadi berakhir lah nasib Janu harus mengepel lantai koridor kelas. Sedangkan Arkan mendapat hukuman untuk membersihkan seluruh toilet laki-laki.

"Yang nonjok duluan siapa, gue ikutan kena batunya juga," omelnya pelan.

Sudah satu jam, Janu baru selesai mengepel koridor kelas XI. Tugasnya belum selesai, ia harus menyelesaikan satu koridor lagi. Kaos hitam miliknya kini makin basah oleh keringat.

Menyimpan gagang pel, Janu mendudukan diri di sisi koridor sambil lesehan. Mengipasi wajahnya yang terasa panas.

Bel masuk sudah berbunyi, jadi memudahkan Janu menyelesaikan tugasnya karena tidak banyak siswa yang lewat.

Janu tersenyum ketika netranya melihat perempuan berkerudung sedang membawa beberapa buku paket di tangannya. Langkahnya mendekat ke arah tempat dimana duduknya sekarang.

"Kay," panggilnya.

Yang di panggil hanya melihat sekilas. Tetap fokus.

"Cuek amat. Mau di bantuin gak?"

"Gak usah," jawab Kayana.

Janu berdiri, lalu badan tegapnya menghadang Kayana. "Tunggu dulu."

"Apa lagi sih!" ketus Kayana.

"Misi kita belum selesai, Kay. Yang kemarin ada kesalahan teknis," ucap Janu.

"Gak ada misi - misian. Aku udah ngejelasin. Awas!"

"Beneran? Terus abang lo gimana?" tanya Janu antusias.

"Gak gimana - gimana. Kamu sama Arkan kata abangku sama aja."

Raut wajah Janu langsung berubah. "Astagfirullah, beda lah. Gantengan gue dimana - mana."

"Apa sih ah! Udah awas Janu!" kesal Kayana yang membuat Janu makin gemas.

"Jangan pergi."

Kayana menghela nafas. Seharusnya ia tidak menerima tawaran Janu kemarin. Laki-laki ini malah makin menjadi - jadi. Badannya bergeser.

Janu ikut menggeser badannya juga. "Jangan pergi, udah di hati gue aja."

Tunggu. Meskipun tidak bisa mengamati lebih teliti wajah Kayana, tapi ia bisa melihat rona merah yang terpancar di pipi gadis itu.

Janu mengulum senyum.

"Kamu berani gombal lagi, aku lempar sepatu ya Janu."

Janu membiarkan Kayana pergi. Tiba-tiba hatinya jadi berdebar aneh lagi.

"JANU MAU IBU TAMBAH YA?!"

Suara Bu Retha membuyarkan lamunan Janu. "Iya bu iya, ini mau saya kerjain lagi. Jangan teriak - teriak terus, saya gak budeg."

"Heh! Berani kamu jawab?!"

Janu langsung mengambil ember dan gagang pelnya. "Kabur...."

____

Apakah Kayana sudah jatuh terhadap pesona Janu? :v

Jangan lupa vote dan komennya.

Merkubear ❤️




Fakboy Alim Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang