Tak ada yang mengetahui bagaimana perjalan hidup dari seorang insan. Tak ada yang tahu kemana langkah nasib akan membawamu. Entah kesebuah jalan buntu yang membuatmu terperosok pada jurang yang dalam. Atau menuju jembatan yang membantumu untuk menyebrang.
Angin malam kota Seoul menemani perjalananku. Derap yang tak berirama mengantarkanku menapaki jembatan besi yang sedang aku lalui ini. Air sungai dibawah sana terlihat begitu jernih.
"perempuan bodoh !" siapa lagi, hanya aku yang sedang mengumpat pada pantulan gambar yang tercipta oleh air jernih dibawah awan hitam itu. Terlihat sedikit abstrak dan tak beraturan.
Semuanya kembali bermain diotakku. Bagaimana sang pemilik hati yang begitu dengan mudahnya menghancurkan semuanya, kembali mengingatkan jika ia berkuasa diatas segalanya. Aku memejamkan mataku sejenak, merasakan hembusan angin yang turut mentertawakanku.
Bolehkah aku menceritakan sedikit kisahku. Kisah seorang wanita bermarga Shon yang mungkin saja akan membuat angin-angin ini menjatuhkan air hujannya untuk mengasihaniku.
Bukan, bukan rasa itu yang aku inginkan. Ada hal lain yang benar-benar aku harapkan saat ini. Aku ingin ada seseorang yang menatapku, tatapan yang tak bisa untuk kuartikan, mungkin saja . . . .Bahkan aku belum menyelesaikan kalimatku, langit sudah mulai melakukan hal yang memuakkan. Entah siapapun itu, jangan salahkan aku jika ia akan mendengarkan umpatan dan semua kata-kata kasar yang akan kuucapkan. Kubuka mataku saat kurasakan cipratan kecil yang membasahi wajahku disertai suara seperti benda jatuh kedalam sungai.
Lagi, apakah langit malam berusaha mempermainkanku. Bahkan kisah hidupku lebih menyeramkan dari makhluk makhluk tak kasat mata yang seperti ingin bermain denganku itu. Entah kenapa banyak sekali hal yang menggangguku malam ini. Apa ini seperti sebuah ritual penyambutan. Baiklah tentu saja aku akan turut menikmati semuanya.
Sosok dengan semua yang ia kenakan berwarna putih. Bukankah hal itu identik dengan makhluk alam yang lain yang bertugas untuk menakuti makhluk-makhluk sepertiku. Bahkan aku hanya meneguk sebotol soju sebelumnya. Dan hal itu sangat pantang membuatku untuk berpikir diluar kesadaranku.
Putih, ya ada sesuatu yang berwarna putih tak jauh disana. Hah, baiklah. Aku akan menghadapi semuanya, mendekatlah dan aku akan sangat senang jika dapat memperkenalkan terlebih dahulu siapa diriku. Sungguh gadis yang tak tahu diri. Aura disekelilingku berubah. Bukankah musim panas sedang terjadi. Namun udara yang begitu dingin sangat terasa. Seketika itu pula arome pine tercium olehku. Aroma yang sangat asing namun mampu untuk menenangkan sekaligus membuatmu merinding dalam waktu yang bersamaan.
Aku mengerjapkan mataku, memperhatikan pemandangan luar biasa dihadapanku ini.
Entah apa yang terjadi, namun sosok putih itu sudah berada diatas besi pembatas antara jembatan dan sungai dibawah sana. Tunggu, apakah ia sama sepertiku. Bukan ini yang kumaksud, apakah ia bertujuan sama denganku. Seorang pria, ya dia seorang pria. Mungkin ia sadar hingga ia mengarahkan pandangannya padaku.Iris mata sehitam obsidian itu bertemu dengan mataku. Sorot yang sangat tajam yang seakan siap untuk menerkam. Apa yang akan ia lakukan? Ya, sebelumnya aku memang sempat menginginkan jika ada seseorang yang menatapku. Tapi percayalah situasi ini membuatku ingin menarik semua kata kataku. Untuk beberapa saat aku terpana pada tatapan tajam itu, seperti seekor serigala yang siap untuk menerkam mangsanya. Namun tatapan itu terlihat sangat sayu.
Apa ia sedang dalam keadaan hati yang sayu pula? Aih, malam ini bukanlah malam yang pas untukku. Bertemu dengan sosok putih itu disini, ditempat ini. Disaat yang seperti ini.
Kakiku melangkah, mengikuti kata hati yang terus berteriak untukku mendekati seseorang itu. Ya, hingga aku tahu jika ia adalah seorang pria, Seorang Manusia.Langit dan Bumi mulai menunjukan kekuatannya. Mempermainkan pikiranku melalui seorang pria yang memiliki tatapan tajam itu. Tidak, apa yang coba ia lakukan. Memiringkan tubuhnya. Hey, apa ia tak pernah mempelajari tentang rotasi bumi. Lagi, tubuh tegap berbalut pakaian serba putih itu terus mencondong seakan menjadikan sungai dibawah sana sebagai tujuannya.
"andwae....." aku mempercepat langkahku. Rasanya benar-benar aneh saat ini. Apakah perasaan ini yang akan dirasakan oleh orang lain saat ia melihatku akan melakukan hal itu. Sekejap saja, sosok putih itu sudah tak lagi berada ditempat semula. Aku terus bergerak. Menaiki pembatas besi ini dan ya, melakukan hal yang sama.
Adrenalin mulai bermain, jantungku terasa bekerja bepuluh puluh kali lipat. Udara dingin begitu menusuk. Apa yang aku lakukan, apakah ini jebakan yang dibuat oleh sang malam. Mempermainkanku dan menempatkanku diantara ruang kosong. Aku memejamkan mataku hingga tubuh ini terhempas hebat pada air yang sedang mengalir. Tubuhku terasa remuk, hangat dan membeku semuanya menjadi satu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallin'Blue
FanfictionSaat Angin menyadarkanmu, jika tak selamanya langit mendung menjatuhkan hujan