5

136 23 6
                                    

Aku melangkah, menelusuri jejak kecil yang terbuat diantara rerumputan rimbun ini. Kutatap sebuah pohon tinggi dengan daunnya yang begitu lebat, mengisyaratkan jika ia adalah yang paling berkuasa disini. Aku menghela napas, rasanya hampir putus asa untukku terus melangkah, menapakan kaki pada ruas-ruas jalan yang tak kutemui dimana ia akan berakhir. Jalan menanjak diatas sana membuat sebuah tanda tanya besar di kepalaku. Apakah aku harus terus melangkah maju, atau kembali mundur memutar arah tujuan.

Hembusan angin membuat rerumputan saling menyentuh antara satu dengan yang lainnya. Menciptakan irama alami yang tanpa aku sadari membuatku merasa begitu nyaman. Kutarik dan kuhembuskan panjang napasku, mencoba menikmati udara yang terasa sedikit dingin ini. Hal-hal yang tak pernah kubayangkan sebelumnya kembali harus bermain dikepalaku. Hatiku mulai lelah dengan semuanya, namun langkah kakiku selalu tak menyetujui apa yang ia inginkan. Aku terdiam, menatap setapak jalan yang sedikit lagi dapat mengantarkanku kepuncak bukit itu.

Kembali, setelah apa yang aku lakukan bukanlah pilihan yang tepat. Rasa penasaranku belum terjawab sama sekali. Karena itu, aku berusaha keras untuk menyatukan hati, otak dan langkah kakiku untuk bergerak mundur, berbalik agar aku dapat menemukan jawaban atas semuanya. Entahlah, apa kali ini langit merestuiku. Ia yang terlihat sedikit mendung ini merupakan hal yang paling aku sukai. Kuharap demikian, setidaknya ada satu hal yang benar-benar mendukungku disaat seperti ini.

Aku kembali melangkah, menuju tempat yang dalam waktu singkat tadi sudah berada didalam daftar perjalananku. Belum sepenuhnya aku meninggalkan jalan setapak ini, langkahku kembali harus aku hentikan. Sesuatu didepan sana membuat sebuah tanda tanya besar timbul. Apalagi yang dilakukan takdir kali ini. Resah itu kembali hadir. Aku tak pernah tahu apakah ini sebuah "permainan" atau sebuah kemudahan.

Kutatap seorang wanita dengan surai sebahunya yang berdiri membelakangiku itu. Gemuruh lain turut hadir, bukan dilangit melainkan di hati dan di kepalaku.  Apa aku yang terlalu berisik, namun secara tiba-tiba ia membalikan tubuhnya, memperlihatkan garis wajah yang begitu lembut disertai tatapan mata yang sayu.

Wanita itu, apa yang ia lakukan disini. Aku senang, aku sangat senang kali ini. Percayalah, jika saat ini ingin rasanya aku berlari dan membawa wanita itu dalam dekapanku. Namun, aku sadar sepenuhnya. Jika hanya pada diriku semuanya terasa seperti ini. Tidak dengan pemilik mata coklat karamel didepan sana.

"Noona...."

***

Drttt.... Drtttt...

Ponselku bergetar, kudapati sebuah nama dengan alasannya hingga membuat ia harus menelponku. Aku memutar bola mataku jengah, sembari menatap sinis pada pria yang berdiri tepat disampingku saat ini.

"Eoh... ada apa ?" ucapku tanpa harus berbasa-basi. Kuhidupkan Speaker pada ponselku dengan sengaja agar percakapanku dengan seseorang diseberang sana dapat terdengar jelas.

"Wendy-Ssi, apa saat ini kau sedang bersama Dino ?" Ya, siapa lagi. Dia adalah Manager dari seorang idol yang saat ini sedang berdiri tanpa sedikitpun rasa bersalahnya. Dino, memarahinya disaat seperti ini hanya akan membuat semuanya terdengar sia-sia.

"eoh, Wae ?" Kini apalagi yang pria ini akan lakukan ? Menunjukan keusilannya disaat-saat seperti ini hanya akan menimbulkan resah yang berkepanjangan untuk seseorang yang sedang menelponku diseberang sana.

"Benarkan, dimana posisi kalian sekarang ?" 

"Aku dan Dino sedang berada di Gongju saat ini, wae ?" ucapku mulai bertanya-tanya keusilan apa yang kali ini Dino lakukan pada Managernya ini.

Fallin'BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang