4

202 29 2
                                    

Aku menghentikan gerikku, menatap Wanita dengan gestur semampainya didepan sana. Aku menarik dan menghela panjang napasku sebelum akhirnya mataku berhasil mengenali siapa wanita ini.

"Senang bertemu denganmu, isanim !" aku tak membalas sapaannya, melainkan melanjutkan langkah kakiku dan duduk di Kursi kebesaranku ini.

"bagaimana keadaanmu, apa kau sudah baik-baik saja ?" Kalimat pertanyaan itu sama sekali tak mengartikan jika sang pembicara sedang mengkhawatirkan kondisiku saat ini. 

"kau bisa melihatnya !" 

"ah, apa kau tidak merasakan hal yang aneh ditubuhmu ?" Aku menatap tajam pada wanita yang ada dihadapanku ini.

"ani... maksudku, bukankah kau baru saja mencoba bunuh diri dari jembatan yang memiliki ketinggin 30meter itu. Bagaimana kau bisa baik-baik saja ?" 

"bahkan aku tak tahu bagaimana aku bisa baik-baik saja !" ucapku dengan nada yang hampir tak terdengar itu.

"Ne ?

"apa kau tidak sibuk sehingga bisa mengunjungiku seperti ini ? Ah, apa kau sudah mulai dilupakan oleh orang-orangmu ?"

"MWO ?" aku memberikan senyuman terbaikku. 

"bersiaplah, tak lama lagi kau akan kehilangan popularitasmu !" 

"Yaa, aku mengunjungimu karena eomma yang memintanya. Ya, setidaknya aku masih bisa untuk berbakti kepada orang tuaku !" Aku mengepal kuat jemari tanganku saat ini. Apa aku boleh melayangkan pukulanku pada Wanita yang bahkan tak bisa untuk menjaga tutur katanya itu.

"ah, aku harus pergi sekarang. Sayangnya, dugaanmu itu salah. Aku masih dan akan terus berada di puncak kejayaanku. Sebaiknya, kau harus berhati-hati dengan karir adikmu itu!" Wanita itu beranjak. Aku kembali harus menghirup dan menghela panjang napasku.

Son Naeun, ia memang tak pernah mudah untuk ditaklukan. Apakah ia terlalu banyak menyerap gen kesombongan dari Ayahnya ? Ya, mungkin itu benar. Keduanya adalah arti dari kata "kesombongan" yang sesungguhnya.

Aku memijit pelan pelipisku yang terasa sedikit nyeri ini. Sebuah kejanggalan membuatku harus memikirkan semuanya berlarut-larut. Sebuah pertanyaan "bagaimana bisa" memenuhi otakku sejak kejadian memalukan beberapa saat lalu. Aku meraih ponsel yang berada di saku kemeja yang aku kenakan ini.

Tidak, ada sesuatu yang hilang disini. Aku kembali harus menghadapi hal-hal yang tidak aku inginkan. 

"AISHHHH !!!!" gerutuku kesal. Aku beranjak dari kursiku, menyisiri setiap ruangan untuk mencari benda yang kuhilangkan ini.

Sebuah Barcelet berhuruf "W", yang entah sejak kapan benda kecil itu sangat berharga untukku. Lambangnya yang membuatku merasa jika sebuah harapan akan terus terjadi selama kau mempercayainya.

"noona..." panggilan itu mengejutkanku. Dino, entah sejak kapan ia sudah berada ditempat ia berdiri saat ini.

"apa yang kau cari, apa kau kehilangan sesuatu ?"

"oh, apa yang kau lakukan disini ?" ucapku yang masih melanjutkan kegiatanku, mencari benda kecil itu.

"aku lapar noona, aku ingin makan siang denganmu !" kalimat itu meluluhkanku. Kuberikan seluruh perhatianku kini pada pria yang digilai begitu banyak wanita diluar sana. Dan apa yang ia lakukan sekarang ? Menunjukan sisi kekanak-kanakannya yang membuatku sangat ingin memukulnya saat ini juga.

"aku sedang sibuk sekarang !" Ucapku tegas, mencoba untuk menjahilinya kali ini.

"Ah, matta.... apa kau membuang Barcelet itu ?" Aku mengerjapkan mataku. Bahkan ia tahu hal-hal kecil yang tak pernah aku bicarakan padanya.

Fallin'BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang