Jeongbogja itu kembali berulah. Boo Seungkwan yang sejak tadi duduk terdiam mengepal kuat jemari tangannya.
"kenapa dia harus sebodoh ini?" Tukasnya penuh kekesalan. Dalam Sekejap mata, ia tak lagi berada ditempatnya semula. Matanya menatap tajam keatas, menyaksikan hal yang sangat luar biasa.
"kali ini jeongbogja sungguhan yang muncul!" ucapnya sembari tersenyum mengintimidasi. Akhirnya, netranya saling bertemu dengan pemilik tatapan tak kalah tajam sang jeongboga diatas sana.
"Ia masih sama, yang paling tanggap atas segalanya!" Dan sepersekian detik pula, ia kembali ketempat dimana ia berada pada awalnya.
~
"kau yang melakukannya?" Jeon Wonwoo memperlihatkan raut tanyanya. Tak mengerti dengan tukasan tajam yang secara tiba-tiba itu.
"maksudmu..."
"kau berkata jika kau bukan bagian dari mereka, lalu bisa kau jelaskan bagaimana hal itu terjadi?" Jeongbogja yang berdiri tepat dihadapanku ini terdiam seribu bahasa.
"kau sudah menghentikan waktu!" ujarku memperjelas semuanya. Jeon Wonwoo mengerjabkan matanya, tampak bingung dan tak percaya dengan apa yang baru saja kukatakan.
"kau benar-benar tak menyadarinya?"
"bagaimana bisa...."
"Yaa, aku sudah memperingatkanmu bukan jika Wanita itu telah menjadi incaran penduduk langit!" Jeon Wonwoo mematung, mencerna setiap kalimat yang aku utarakan.
"berhenti bersikap seakan kau tak mengetahui apapun Jeongbogja. Kau harus menemui jawaban ataupun alasan dibalik semuanya!" Karena, bahkan jeongbogja pemimpinpun tak bisa untuk menghentikan waktu seperti itu. Terlebih, bahkan mereka tak bisa untuk menemukanmu.
Jeon Wonwoo, siapa dan apa sebenarnya dirimu?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Biasan Cahaya Matahari mulai tampak. Jika biasanya aku dengan leluasa akan tidur disamping Noona, namun tidak kali ini. Aku memutuskan untuk berdiam diri sembari membaringkan tubuhku diatas sofa, tempat dimana Noona terbaring lemah sebelumnya.
Mataku sama sekali tak dapat untuk aku pejamkan. Kata dan Kalimat yang Dokter Bae Joohyun ucapkan kemarin malam masih melekat kuat dikepalaku.
"sudah setahun terakhir noonamu melakukan konseling rutin denganku. Ia adalah seseorang yang tak mudah untuk memperlihatkan apa yang sedang ia rasakan. Merahasiakannya, hingga keadaan baik-baik saja sudah terbiasa untuknya. Ia akan melakukan konseling saat ia mengalami sesuatu pasca trauma dan ya, ia bahkan selalu menunjukan sikap jika ia baik-baik saja!
Namun, ada reaksi aneh yang dialami Noonamu. Kami menyebutnya reaksi hormon yang tak bekerja sebagaimana mestinya. Mengingat Noonamu yang juga mengalami Dismenor, aku berusaha untuk memastikan apakah ada yang tak baik didalam tubuhnya. Pemeriksaan pertama sudah dilakukam dan dugaanku benar, tumor kecil tumbuh disekitar pembuluh darah pada tulang belakangnya!"
Hatiku hancur berkeping-keping. Bagaimana bisa aku yang bahkan setiap harinya tidur bersama Noona tak mengetahui jika ia sedang kesakitan.
"masih banyak harapan dan hal yang bisa dilakukan untuk menyembuhkan Noonamu. Itulah yang harus kupastikan, namun ia menolak untuk melakukan pemeriksaan lanjutan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallin'Blue
FanfictionSaat Angin menyadarkanmu, jika tak selamanya langit mendung menjatuhkan hujan