😼 - tujuh

2.7K 443 27
                                    


"Felix, Jisung, sini, deh. Bunda punya berita bagus buat kalian."

Sore itu tiba-tiba Bunda memanggil si Kembar dari ruang tamu. Ada Ayah juga yang sedang memakan biskuit yang dibeli Bunda siang tadi.

"Ada apa, Bunda?" Jisung bertanya. Meraih biskuit sang Ayah dan melahapnya.

Bunda memangku Felix dan memeluknya erat, "anak Bunda kan udah gede semua, lusa Bunda anter ke sekolah, ya?"

Felix membalikkan tubuhnya, maniknya berbinar antusias mendengar kata sekolah terlontar dari bibir sang Bunda. "Sekolah? Beneran, Bunda?"

Bunda mengangguk, kembali memeluk Felix gemas. "Felix mau sekolah? Nanti bareng sama Jisung dan Hyunjin juga."

Felix mengangguk lucu, balas memeluk tubuh Bundanya.

Jisung hanya mengangguk paham.

"Ji mau ikut sekolah juga, kan?" Ayah bertanya.

Jisung mengangguk. Pipinya menggembung lucu dengan remahan biskuit di sekitar bibirnya. "Mau, kok, Yah. Asal sama Felix."

Ayah mengacak rambut Jisung dan membiarkan Jisung duduk di pangkuannya dengan memangku toples berisi biskuit.

"Besok kita beli keperluannya bareng-bareng, ya. Nah, sekarang kita makan dulu. Oke?"

"Oke, Bunda!"

➖➖➖

Minggu pagi. Biasanya sih, si Kembar lebih milih buat tiduran di kasur sambil pelukan dan buat Bunda ngomel. Tapi hari ini beda, si Kembar justru heboh mencari baju yang pas digunakan untuk membeli keperluan sekolah mereka.

"Ji, Fel, udah siap?" Bunda mendekati kedua putranya.

"Udah kok, Bun. Bentar, cari topi dulu." Jisung bergerak rusuh ke lemari tempat topinya disimpan.

"Bentar, ya, Bunda. Felix bantu Jisung cari sepatu dulu." Felix berlari kecil ke arah rak sepatu di samping kamar mandi.

"Yuk, Bunda. Udah ketemu topinya."

Sekarang keluarga kecil itu udah di mobil dengan Ayah dan Bunda yang duduk di depan sedangkan si Kembar duduk bersama meributkan kartun Upin Ipin yang ditontonnya di ponsel Bunda.

"Kenapa mereka botak ya, Ji? Masa dari kecil rambutnya ngga tumbuh-tumbuh." Felix melahap snack pemberian Bunda, sesekali menyuapi Jisung yang sibuk memegang ponsel.

"Ya ngga taulah, Fel. Aku kan bukan ayahnya." Jisung mendengus pelan. Kalo keras-keras kedengeran Bunda dia berakhir diomeli soalnya.

Felix mencubit lengan Jisung. Kesel denger jawaban kembarannya itu. "Ya tau, lagian kalo kamu beneran ayahnya mereka aku juga ngga bakal percaya kok."

Terserah mereka ajalah.

Sekarang mereka udah selesai sarapan dan udah ada di depan toko buku di salah satu mall besar di kota. Berhubung sekarang hari Minggu, maka ngga heran kalo pengunjungnya banyak banget. Ayah Bunda udah pegang erat tangan Jisung dan Felix, takut-takut mereka ilang di tengah kerumunan. Kan mereka usil.

"Ayo, masuk. Nanti keburu siang makin rame tokonya." Bunda tarik tangan Felix yang dari tadi diem tapi matanya berbinar waktu lihat sekumpulan stationary lucu di rak depan toko.

Sama kaya Bunda, Ayah juga tarik tangan Jisung buat masuk. Tangannya yang lain ambil keranjang buat tempat alat-alat tulis yang akan mereka beli nanti.

Dengan cekatan Bunda langsung pergi ke rak khusus buku tulis, pensil, bolpen, dan lain macemnya.

"Ayah, Ji mau minum. Haus." Jisung menarik-narik tangan Ayahnya yang masih erat genggam tangannya.

Ayah nunduk, "haus? Beli minum di depan, yuk. Ajak Felix, ya?"

Jisung mengangguk. Matanya gerak ke arah Bunda yang sibuk sama beberapa merk bolpen di tangannya. Alisnya menukik bingung waktu lihat Felix ngga ada di samping Bunda.

"Ayah, Felix mana?" Jisung nunjuk Bunda. Ayah ikut noleh ke arah Bunda.

"Loh, bukannya tadi sama Bunda, ya, Ji?" Jisung ngangguk, raut mukanya jadi khawatir.

"Tanya Bunda, yuk, Yah. Siapa tau Felix di sembunyiin Bunda di rak buku tadi." Jisung makin heboh goyangin tangan Ayahnya yang meringis denger ucapan Jisung barusan.

Ayah menggeleng, "nanti Bunda panik. Kita cari Felix sendiri aja, ya? Mungkin Felix masih di sekitar toko. Yuk, Ji."

Sekarang Ayah pilih buat gendong Jisung, daripada Jisung ikut hilang makin berabe jadinya.

"Yah, kalo Felix diculik om-om jahat gimana?"

"hEH!"

(discontinued) twinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang