😾 - dua puluh tujuh

1.2K 287 65
                                    

hi._.

🌻

Seminggu setelah kejadian ngga mengenakkan di kandang sapi Pak Jaehwan, si Kembar sekarang rewel minta dibeliin sepeda biar samaan kaya tetangga-tetangganya. Oh iya, hari itu akhirnya Ayah, Papa sama Ayahnya Minho minta maaf ke Pak Jaehwan. Kasihan, anaknya yang berulah mereka yang malu.

"Ji, Fel, sini, deh. Ayah punya sesuatu." Panggil Ayah sepulang kerja, masih dengan pakaian kantor yang menempel di tubuh tegapnya.

Jisung dan Felix yang semula asik main lego di kamar langsung deh lari ke Ayahnya yang pasang wajah senang walau ada sedikit raut capek disana.

"Apa, Yah?" Tanya Jisung. Si Bungsu melihat sekeliling dan heboh nabokin lengan Jisung waktu lihat dua buah sepeda di pekarangan rumah.

"Ji, ada sepeda!!" Serunya senang. Langsung lari ke pekarangan dan memekik senang sambil tatap Ayah. "Makasih, Ayah!"

Jisung juga sama, lari dan langsung jongkok sambil bergumam 'wah, keren banget' sambil pegang sepeda yang masih dibungkus bubble wrap itu hati-hati.

"Ji mau yang biru. Felix warna merah aja." Jisung naikin sepeda biru yang masih kebungkus plastik itu. Sesekali bunyiin lonceng sepeda sampe buat Hyunjin di rumah sebelah keluar karena kepo.

"Asik, sepeda baru!" Katanya sambil tepuk tangan. Jisung dengan bangga lambaikan tangan sambil kasih flying kiss ke Hyunjin—ikut-ikut acara di televisi yang di tonton Bunda dua hari lalu.

"Nah, karena udah sore, kita latihannya besok aja ya? Mumpung libur, nanti biar Ayah ajarin kalian. Oke?" Tanya Ayah dan jelas diangguki sama si Kembar.

🌻

Pagi harinya, si Kembar bangun pagi banget saking semangatnya belajar sepeda sama Ayah. Habis mandi dan pake baju yang nyaman buat main sepeda, si Kembar langsung minum susu. Isi tenaga dulu, kan ngga lucu kalo pingsan waktu belajar naik sepeda.

"Nih, helmnya dipake. Keselamatan nomor satu." Bunda sodorin helm yang warnanya serupa dengan sepeda ke arah si Kembar. Jisung dengan telaten benerin helm Felix, juga Felix yang benerin helm Jisung. Huhuhuu... gemes.

"Kalo Ayah nomor berapa, Bun?" Ayah naik-turunin alisnya. Yang mana buat Bunda gelengin kepala dan jongkok di hadapan si Kembar. Ayah merengut karena dikacangin.

"Hati-hati, ya. Jangan bandel. Nanti kalo udah selesai langsung pulang. Bunda masakin sup makaroni, deh." Kata Bunda sambil usap-usap punggung si Kembar. Padahal mereka cuma belajar naik sepeda di depan rumah, tapi rasanya kaya bakal pergi jauh dari rumah.

"Iya, Bunda."

"Oke, Bunda."

Ayah senyum, "ayo, nanti keburu siang. Sepedanya dibawa ke depan, ya." Kaya Ayah sambil jalan duluan. Di belakangnya, si Kembar jalan pelan sambil dorong sepeda roda empatnya.

Setelah kurang lebih setengah jam, Ayah putusin buat lepas satu roda kecilnya. Dengan sabar dan telaten Ayah ajarin dua anak bandelnya yang sedari tadi asik bercanda itu. Dikit-dikit, Jisung udah lancar sama sepeda tiga rodanya. Sedangkan Felix dengan wajah panik ngedumel ke Ayah karena takut jatuh.

"Ayah, jangan dilepas."

"Ayah masih dibelakang Felix, kan?"

"Ayah jangan didorong, huhuhu. Sepedanya serem."

"Ayah—"

"Ayah—"

"Ayah dibelakang, Felix. Ayo digayuh terus, tuh, lihat. Ji udah sampe rumahnya Kak Minho. Masa Felix kalah sama Ji? Hayoloh, coba sana disusul. Nanti cepet-cepetan balik ke sini lagi. Yang paling cepet Ayah kasih jelly." Ayah tunjuk Jisung yang sekarang emang udah ada di rumah Minho. Ngga jauh banget sih, cuma empat rumah dari rumah si Kembar. Tapi itu pencapaian bagus buat Jisung yang baru aja belajar naik sepeda.

(discontinued) twinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang