Dua

177 85 79
                                    

Hari ini aku sudah mempublish dua chapther sekaligus. Doakan saja semoga lancar untuk kedepanya dan semoga kalian makin menyukai ceritaku ini. Maaf jika kalian menemukan kesalahan penggunakaan kata, perangkaian kalimat, tanda baca dan huruf capital.

Selamat membaca:)

***

"Cari makan sama gue aja yuk Zii, mau ga?" Suara itu masuk ke dalam pendengaranku.

Aku bingung harus meresponnya bagaimana. Jujur saja, aku memang sangat lapar sekali. Tapi masa iya aku harus mencari makan hanya berdua dengannya. Sebenarnya tidak ada yang salah, tapi akunya saja yang masih sedikit malu.

"Ah Reza, bisa aja modusnya"

"Wih rela AFK buat ngajak makan Zii"

"Mencari kesempatan dalam kesempitan ini namanya."

"Zii noh diajakin PDKT-an sama Reza."

Mulai banyak godaan dari teman-temanku yang lain. Ah, bagaimana ini? Aku harus bagaimana? Lapar sih, tapi aku sangat malu jika hanya berdua dengannya, kalau ramai-ramai sih tidak masalah.

"Tapi kalau nomer antrianku tiba bagaimana?"

"kita stay di sini kok, nanti salah satu di antara kita bakalan ambilin formulirnya." Jawab Iyar.

"Nah iya Zii, bener kata Iyar tuh" timpal Bima.

Anis dan Naya hanya tersenyum saja meyakinkanku. Aku berusaha mencari alasan yang masuk akal. Tapi ternyata temanku, tetap saja memberi jawaban agar aku menerima ajakan Reza.

"Ayo Zii, dari pada lo diem disini nontonin kebucinan mereka. Mending kita cabut cari makan biar kenyang."

Tak munafik, sebenarnya aku juga lapar sekali. Aku butuh makanan yang bisa mengganjal rasa laparku walaupun sebentar.

"Zii? Kok malah melamun?" suara itu kembali terdengar. Bedanya, kini jaraknya lebih dekat. Jelas saja, ia sudah berdiri tepat di belakangku sambil membawa kunci motor di tangannya.

Aku melihat teman-temanku yang hanya tersenyum ke arahku. Anis dan Naya pun sudah menyenggol tanganku memberi kode agar aku mau menerima ajakannya. Baiklah, aku menghembuskan nafas pasrah dan berdiri lalu berjalan mengikuti Reza di belakangnya.

Dengan samar aku mendengar suara Iyar yang sedikit berteriak "BALIK JANGAN LUPA BAWA TANGGAL YA!"

...

"Zii, ayo naik!" Ajaknya

Aku diam, hanya tersenyum kearahnya dengan perlahan menaiki motor classicnya. Ia mulai menjalankan motor itu keluar area sekolahan. Aku masih bingung dengan suasana kali ini, terasa canggung sekali.

"Zii mau makan apa?"

"Terserah kamu saja."

Dasar perempuan, jika di tanya mau makan dimana dan makan apa pasti menggunakan jawaban andalan. Terserah. Seperti tak ada jawaban yang meyakinkan. Aku juga heran mengapa aku jawab sedemikian rupa.

"Mau makan nasi atau mau jajan saja?"

"Kali ini jangan jawab terserah lagi ya Zii." Lanjutnya

"Kita jajan aja gapapa kan Za?" tanyaku

"Oke, kita ke kedai ice cream langganan gue aja, di sebrang kedai biasanya juga ada tukang rujak buah. Gimana Zii?"

"Aku ikut saja."

Tak ada lagi percakapan setelah itu, hanya suara bising kendaraan lain yang masuk ke pendengaranku. Sepertinya tak masalah jika aku memakan ice cream dan rujak buah. Tidak setiap hari kan aku seperti itu. Tak lama motornya berhenti tepat di depan kedai ice cream sederhana yang tampak sepi pengunjung. Bahkan, tak ada pengunjung satu pun di sini.

REZAZIITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang