Tiga

145 81 63
                                    

Selamat pagii✨ Bagaimana dengan ceritanya? Masih menunggu kelanjutannya? Oke, akan ku lanjutkan.
Ngomong², terima kasih sudah membaca cerita ini.
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian, Vote dan komen agar aku semangat terus melanjutkan ceritanya 🙏🏻
Selamat membaca:)

***

Kejadian tadi sore di kedai ice cream, sukses membuat pikiranku saat ini teralihkan. Kurebahkan seluruh tubuhku di atas kasur, rasanya enak sekali. Setelah satu hari penuh aku beraktivitas di luar. Sebenarnya, tidak bisa di bilang aktivitas juga, karna isinya hanya mengambil nomer antrian, duduk di bangku kantin, ngobrol dengan temman-teman dan pergi ke kedai ice cream.

BIBBIB

Ku raih posel ku yang berada di atas nakas.

Naya memasukan anda ke grup.

Itu kalimat pertama yang aku baca setelah aku membuka ponselku. Selanjutnya, banyak pesan masuk yang ternyata dari Naya, Anis dan Intan. Ah, rasanya sudah lama sekali aku tidak berkomunikasi melalui ponsel bersama mereka.

Naynay

Zii, lo udah balik?

Anisss

Zii, lo aman kan?

Gimana tadi sama Reza?

Intann

WHATT?! ZII JALAN SAMA REZAA?

Anisss

Ah, lo si balik duluan ntan

Intann

Yah kan gue ikut sama Gara, kalau engga gue balik sendiri ngeluarin ongkos lagii:(

Naynay

Dasar intan

Zii, lo kemana sii? Masih hidup kan?

Zii

Aku udah pulang kok Nay

Alhamdulillah Aku aman Nis dan ga gimana'' juga sama Reza

Aku di paksa sama Naya dan Anis Ntan_-

Intan

kalian jahat bgt sih, nge comblangin orang ga ngajak gue!

Anisss

Ice cream sama rujak buahnya gimana Zii?

Rasa nya apa? Ada manis'' nya gitu ga?

Intan

''senyumannya tak kalah manis seperti ice crean yang ada di hadapanku"

Lucu sekali wkwk

Naynay

(send a pict)

Rasaku tumbuh di kedai ice cream.

Aku hanya diam tersenyum membaca pesan dari mereka. Sontak, aku kaget ketika Naya mengirimkan sreenshot dari sebuah kontak yang dia beri nama "Zarezaa". Aku memperhatikan fotonya. Itu fotoku yang ternyata dia ambil secara diam diam. Ya Tuhan, kenapa aku tidak sadar ketika dia tengah mengambil fotoku. Dan? Kalimat yang ia jadikan sebagai caption, apa maksudnya? Lagi lagi jantungku kembali bekerja tak normal. Agrhhh! Mengapa jadi begini?

Ku pejamkan mataku agar tak lagi mengingat hal-hal yang menurutku sangat aneh di hari ini. Namun, bukannya hilang tapi malah terus berputar seperti kaset rusak. Huftt, membuatku sedikit frustasi. Oke, baiklah. Aku sepertinya harus berdamai dengan pikiranku agar bisa sedikit lebih tenang. Perlahan, mulai kuresapi satu persatu kejadian yang kulalui hari ini, termasuk kejadian yang berada di kedai ice cream. Entah sadar atau tidak, seulas senyum terukir di bibirku. Debaran jantungku mulai muncul saat aku memikirkan setiap detik bersamanya tadi. Tak lama, aku pun terlelap dalam mimpiku dengan senyuman yang bahkan tak pudar.

***

Pagi menjelang. Sinar matahari mulai memasuki kamarku melalui jendela yang tengah di buka oleh ibuku. Perlahan ku buka mataku dan mulai beradaptasi dengan sinar di sekeliling kamar yang ternyata sudah ada Ibu di sampingku.

Ibu tersenyum ke arahku, "Selamat pagi anak ibu" sapanya.

Di kecup keningku dengan kasih sayang yang juga tersalurkan melalui usapan tangannya di kepalaku. Aku merasa nyaman jika sedang di posisi seperti ini bersama ibuku. Selama hampir 15 tahun aku hidup, ketika aku membuka mataku, selalu di sambut dengan senyuman ibu. Aku beruntung karna tidak merasakan bagaimana rasanya menjadi anak yang broken home seperti kebanyakan temanku. Beruntung juga ibuku menikah dengan ayah yang tak mengizinkan ibuku untuk membantu mencari nafkah untuk keluarga. Dulu, ibu sempat ingin bekerja hanya untuk mengisi waktu luangnya. Namun, ayah melarang keras keinginan ibu. Ayahku hanya ingin ibu fokus mengurus anak dan rumah tangga lainnya.

"Kamu mandi sana Zii!" kata ibuku yang masih mengusap rambutku.

"Ayah sudah berangkat bu?"

"Sudah dari jam enam, ada rapat lebih awal katanya." Aku hanya menganggukkan kepala saja. Tidak heran dengan ayahku yang satu ini, tipe orang yang sangat pekerja keras.

Ngomong-ngomong tentang keluargaku, aku adalah anak tunggal. Sebenarnya, aku tidak berharap untuk menjadi anak tunggal, aku ingin memiliki seorang saudara laki-laki. Melihat sebagian temanku yang memiliki saudara laki-laki, membuat aku ingin memilikinya. Tapi tidak mungkin, karna aku terlanjur dilahirkan untuk menjadi anak sematawayang di keluarga kecilku ini. Setidaknya aku bersyukur, karna telah dilahirkan didalam keluarga yang amat sangat menyayangiku lebih dari mereka yang menyayangi diri mereka sendiri. Itu kata ayah dan ibuku.

"Cepat mandi, Sudah ditunggu seorang laki laki di lantai bawah."

Ucapan Ibu membuatku terkejut, "Siapa bu?"

Ibu hanya tersenyum ke arahku. "Mandi dulu, abis itu kamu lihat sendiri ke bawah" katanya.

Ibu langsung beranjak dari tempat tidurku lalu berjalan keluar kamarku. Aku berfikir siapa yang dimaksud dengan ibu? Dan fikiranku menjawab dengan memunculkan sebuah bayangan seseorang. Masa iya dia orang yang sekarang berada di bawah menungguku? Rasanya sangat tidak mungkin. Tapi kalau dia memang benar orangnya, langsungku tepuk kedua pipiku dengan keras. "Sakit" rintihku. Ternyata ini bukan mimpi, ini nyata. Sebentar, kenapa aku jadi berharap dia yang datang? Tapi... Sudahlah, kalau aku terus terusan berfikir kapan aku akan mengetahui jawabannya. Dasar Zii, bodoh sekali kamu ini.

Aku berjalan memasuki kamar mandi. Tak butuh waktu lama untuk aku membersihkan badanku. Kaos putih lengan pendek yang dipadukan dengan celana jogger hitam, kubiarkan rambutku terurai. Selesai merapihkan diri, aku berjalan pelan ke luar kamar. Tegang, itu perasaanku, aku masih berfikir siapa orang yang menungguku. Kuturuni satu per satu anak tangga. Hey! Kenapa aku jadi gugup begini? Aku menghembuskan nafasku pelan berusaha untuk menenangkan diri. Kurasa cukup tenang, aku melanjutkan langkahku untuk menemuinya.

Di anak tangga terakhir, aku melihat seorang laki-laki menggunakan hoodie berwana biru dongker dilapisi kaos hitam didalamnya, celana jeans panjang juga sepatu sportnya. Tak lupa dengan jam tangan hitam yang melingkar pas dipergelangan tangan kirinya. Membuat penampilannya sangat sempura. Dia yang sedang duduk di sofa yang berada di ruang tamu. Di hadapannya sudah ada secangkir minuman yang mungkin di buatkan oleh ibuku.

Mengetahui kehadiranku, ia menoleh dan tersenyum ramah ke arahku. Senyum yang selalu membuat aku merasa nyaman jika berada di dekatnya.

"Selamat pagii Zii, maaf ya datang kesini pagi-pagi sekali." Dia menyapaku dengan nada yang sedikit di rendahkan diakhir kalimatnya. Namun, tak menghilangkan se senti pun senyuman di bibirnya.

***

Mungkin karena cerita baru, aku jadi bisa Up setiap hari, atau bahkan sehari 2x.
Ntahlah, semoga saja mood menulisku tak berubah² ya.

Salam dariku untuk kalian yang tidak sengaja membaca ceritaku ini:)❤️

REZAZIITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang