Dua Puluh Satu

30 3 0
                                    

Selamat membaca:)
jangan lupa vote dan komennya ya✨
Biar makin semangat nulisnya:)❤️

.

..

Awan masih menampakkan cahaya fajarnya, kakiku terus melangkah menyusuri jalanan Kota Jakarta yang masih terlihat sepi. Mungkin karna hari ini adalah sabtu maka dari itu, tidak banyak orang yang beraktivitas dan lebih memilih mengistirahatkan tubuhnya dirumah. Awalnya, aku ingin pergi ke sekolah untuk sekedar mengikuti ekskul paduan suara. Tapi ternyata, aku berubah pikiran dan lebih memilih untuk berjalan menuju suatu taman yang tak jauh dari sekolahku.

Masih sangat pagi, jelas saja taman masih sepi dan terasa sunyi. Entah kenapa aku lebih memilih untuk pergi pagi-pagi sekali dan dengan berjalan kaki. Rasanya, banyak beban yang perlahan masuk kedalam pikiranku.

Berkali-kali aku menghela nafas berharap untuk mendapatkan sedikit ketenangan. Namun bukannya tenang, tapi malah semakin gelisah. Entah dengan pikiran atau perasaan, semuanya sama-sama gelisah dengan memunculkan nama yang berbeda-beda. Rizki dan Reza, dua nama yang memenuhi pikiran dan perasaanku saat ini. Aku jadi rindu dengan Reza, bagaimana dia sekarang setelah seharian tidak mengabarkanku sama sekali?

Aku mengambil ponselku yang berada di dalam tas, langusng kucari kontak yang inginku hubungi. Aku menekan icon telepon dan langsung menempelkan ponselku ke telinga. Terdengar nada terhubung yang tak kunjung terangkat.

"Maaf nomer yang anda tuju tidak menjawab, cobalah beberapa saat lagi!" Sial! Bukan suara operator yang ingin aku dengar.

Tak lama setelahnya, satu panggilan masuk ke dalam ponselku yang ternyata dari Intan. Tumben sekali dia meneleponku, batinku.

"Assalamualaikum Ntan, ada apa?" tanyaku langsung.

"Waalaikumsalam Zii, gue mau ngasih tau kalau nanti jam 9 Anis, Naya sama gue pengen kumpul di tempat biasa. Lo bisa ikut kan?" jelasnya.

Tanpa berfikir panjang, aku langsung mengiyakan ajakannya. "Oke Ntan, nanti Zii ikut." Jawabku.

"Oke Zii, see you."

"See you too Ntan."

Aku memutuskan panggilannya dan langsung beranjak pulang untuk mengambil beberapa barang yang kubutuhkan dan juga meminta izin pada ibuku. Karna, awalnya aku izin untuk pergi untuk mengikuti ekskul di sekolah. Namun, berhubung rasa malas yang paling mendominasi, jadi lebih baik aku pergi berkumpul dengan teman-temanku.

Aku memilih menggunakan taxi online untuk menuju ke café California, tempat yang sudah menjadi satu satunya tempat langganan kami untuk sekedar berkumpul. Aku sampai terlebih dulu di Café tersebut. Sebenarnya, café itu buka pada pukul sebelas siang. Tapi berhubung kita sudah menjadi langganan tetap selama bertahun-tahun lamanya, Mas Radit selaku pemilik Café itu mengizinkan kami untuk masuk ke dalam Café itu lebih awal dari jam café tersebut di buka. Untuk pegawai disana juga sudah mengetahui dan paham akan hal itu. Bahkan terkadang, kami ikut andil membantu untuk sekedar merapihkan meja atau membantu hal yang lainnya.

"Ada yang bisa saya bantu kak?" Tanya salah satu barista dengan ramah.

"Jus melonnya ada mas?" tanyaku memastikan.

"Ada kak, mau saya buatkan?" tawarnya yang hanya ku balas dengan anggukan saja.

Tidak butuh waktu lama untuk aku menunggu mereka datang. Karena, meraka adaah tipe-tipe orang yang sangat tepat waktu jika sudah di ajak berkumpul seperti ini.

"Udah lama Zii?" Tanya Anis.

"Belum kok barusan banget malah," jawabku.

"Lo bukannya ada ekskul di sekolah ya hari ini?" tebak Naya.

REZAZIITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang