Jangan lupa vote dan komennya, biar makin semangat nulisnya✨
selamat membaca:)❤️...
Hari ini, hari pertama dimana pembelajaran akan dimulai. Dengan materi yang masih bisa kuresap tentunya. Bel istirahat berbunyi, aku dan Naya memutuskan untuk pergi ke kantin sekolah walaupun hanya untuk membeli camilan saja. Kantin tidak terlalu ramai, mungkin karna sebagian dari mereka masih melakukan pembelajaran.
"Zii, duduk di sana yuk," ajak Naya sambil menunjuk meja yang telihat kosong. Aku mengangguk dan mengikuti langkah Naya.
"Lo mau makan apa?" tanyanya.
Aku berfikir sejenak. "Mie ayam kayaknya enak Nay, minumnya jus melon ya."
Naya langsung beranjak memesan makananku. Baik sekali bukan? Padahal aku tidak menyuruhnya. Tak lama setelah Naya pergi memesan makanan, datang dua orang perempuan yang belum lama aku mengenal mereka. Putri dan Sandra.
Ngomong-ngomong soal Sandra, dia tema sebangkunya juga teman lamanya Putri.
"Hai Zii, lo sendirian?" tanya Sandra.
"Ada Naya, tapi lagi pesan mie ayam tuh," jawabku.
"Kita boleh gabung kan?"
Aku menganggukkan kepalaku mempersilahkan mereka duduk bersama dengan aku dan Naya. Aku malah senang jika banyak yang bergabung disini, berharap dengan kita yang bisa menjadi teman dekat.
Naya datang dengan membawa nampan berisi dua mangkuk mie ayam, segelas jus lemon juga es lemon tea. "eh ada lo berdua." katanya.
"Hehehe izin gabung ya Nay," ujar Putri.
"Santai aja Put, lo berdua gak pesan makanan? Gue sama Zii mau makan, gak enak kalau lo berdua gak ikutan makan," jelas Naya.
"Gue udah pesan somay, gak tau kalau Sandra," balas Putri.
"Gue udah pesan Bakso tadi," sahut Sandra.
Kami pun duduk berempat dengan memakan yang sudah kami pesan masing-masing. Aku tak fokus dengan makananku, pikiranku terus memikirkan perkataan Reza semalam. apa aku harus menceritakan semua itu ke Naya? Supaya setidaknya aku bisa mendapatkan masukan darinya. Tapi, tidak-tidak. Lebih baik kalau aku menyimpan ini sendiri.
Bel telah berbunyi menandakan istirahat telah usai. Banyak yang langsung meninggalkan meja kantin lantas beranjak ke kelas masing-masing. Begitu juga dengan kami berempat. Kami melanjutkan jam pelajaran dengan mata pelajaran matematika, pelajaran yang lebih dominan tidak disukai para murid. Sepertinya tidak hanya matematika saja, apapun pelajaran yang berhubungan dengan rumus pasti banyak tidak disukai. Lain hal denganku, aku sedikit menyukai pelajaran yang terdapat banyak hitungan, lebih menantang saja kalau menurutku.
Sepulang sekolah, aku menyempatkan diriku untuk menuju taman yang berada di tepi danau. Taman yang menjadi tempat terindah dengan aku dan seseorang yang mampu membuatku tertawa. Ngomong-ngomong, bagaimana dengan Rizki? Aku sudah lama tak mendapatkan kabar darinya setelah dia pulang dari rumahku waktu itu.
Aku membuka ponselku untuk menghubunginya. Namun, hanya nada dering dan berujung suara operator yang menyambut pendengaranku. Aku sedikit heran dengan dia yang sulit sekali dihubungi belakangan ini. Tapi, dimanapun dia berada aku mengharapkan agar dia selalu baik-baik saja.
Aku menghirup pelan udara segar disini, pikiranku pergi entah kemana. Muncul rasa gelisah ketika aku mengingat Rizki. Sikapnya berubah seratus delapan puluh derajat, biasanya dia selalu memberiku kabar dimanapun dia berada. Tetapi, belakangan ini aku bahkan tak mendapat satu pun pesan darinya. Dan setiap aku mengingatnya, aku juga mengingat tentang aspirin itu. Apa ada hubungannya Rizki yang tanpa kabar dengan aspirin itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
REZAZII
Novela JuvenilKetika aku dan kamu di persatukan di waktu yang berbeda. Dengan keadaan yang serba di paksakan agar terlihat baik baik saja. Jadi bagaimana, ketika ada dua insan manusia yang selalu berlomba-lomba untuk saling menyakiti? Dengan ego yang selalu di be...