6 || Cemilan

301 115 77
                                    

Crystal merasa bersalah, tidak seharusnya ia bersikap seperti tadi siang. Keinginannya untuk menghubungi Verro ia urungkan, Crystal tidak berani untuk mengganggu kakak kelasnya itu, ia takut malah menjadi kan moodnya tambah rusak.

Tak lama terdengar suara ketukan dari pintu kamarnya.

"non" ucapnya dari balik pintu

"iya bi masuk aja"

Pintu kamarnya perlahan terbuka memperlihatkan wanita paruh baya, bi indah.

"itu non didepan ada temennya non Crystal" ucap Bi Indah

"siapa bi" tanyanya

"cowo non, ganteng" ucapnya tertawa pelan lalu pergi meninggalkan kamarnya.

Crystal segera menuruni tangga rumahnya dan menemui seseorang yang sedang menunggu didepan.

Setelah melihat lelaki yang ada didepannya kini ia yakin bahwa lelaki itu adalah Verro walaupun posisinya kini membelakangi Crystal.

"kak Verro?" panggilnya

Saat mendengar Crystal memanggilnya, Verro membalikkan tubuhnya hingga ia dapat melihat wajah Crystal.

"gue chat kenapa ga dibaca" membuat alis Crystal terangkat lalu segera mengecek ponselnya.

"ahh iyaa, Crystal gak buka hp dari tadi kak"

"ikut gue yuk"

"kemana kak"

"ada" balasnya datar

"bentar bilang dulu ke bibi" ucapnya diangguki Verro.

''•••''

Mobilnya kini memasuki hall apartment dan memarkirkan mobilnya. Lalu mereka masuk ke dalam apartment tersebut dan menaiki Lift ke lantai paling atas.

Saat di dalam lift hanya ada keheningan membuatnya canggung. "kenapa harus cuek banget si jadi cowo, astagaa" .

Saat lift mulai membuka, Crystal hanya diam mengikuti lelaki didepannya ini. Tiba akhirnya mereka berada di rooftop apartment membuat Crystal mengernyit bingung untuk apa Verro mengajaknya kesini.

"gue kalo lagi sedih kesini" ujarnya mengerti raut kebingungan Crystal

Crystal hanya ber'oh' ria. Lalu berjalan ke lorong yang berada di rooftop tersebut yang diikuti Verro.

Saat memasuki lorong hanya terlihat gemerlap cahaya lampu dimalam hari.

"Crystal boleh teriak disini gak kak" tanyanya membuat alis Verro terangkat.

Verro hanya mengangguki tak mau ada perdebatan.

"GUE SAYANGG KAK VERROOO!!" teriaknya reflek membuat Verro menoleh kearahnya.

"apaansi"

"kan katanya boleh teriak," balasnya dengan watadosnya itu. Lalu menyengir kuda membuat Verro merutuki nasibnya telah dipertemukan oleh manusia di sampingnya ini.

CRYSTALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang