20 || Di Perjuangkan?

142 12 12
                                    

Lama banget gak nulis, akhirnya nulis lagi nich! 😘

Aku udah berbaik hati buat balik nulis disaat masih mager banget.

Kalian semangatin dong buat cepet update chapter. Caranya? Cuma komen aja kok sama vote juga pastinya.

Aku tantang kalian komen di tiap chapter bisa??

Kali ini part nya bakal yang paling panjang demi kalian avv 😍😍

Jadiiii, kalian harus banget komen banyak di chapter ini okeee??

''•••''

HAPPY READING!

Jangan pernah mencintai dua orang dalam satu hati.
-Crystalea

Gelapnya malam menemani setiap langkah Verro. Jam digital yang melingkar sempurna di lengan kirinya menunjukkan pukul 3 dini hari. Entahlah pikirannya sedang tidak baik saat mengingat ucapan Husein —papa Crystal—

Seberusaha mungkin ia menghilangkan semua ucapan yang telah menempel rekat layaknya lem alteko dengan cara memukul sebuah pohon besar yang ada dihadapannya kini.

Menggantikan layaknya sebuah samsak hingga jemarinya mengeluarkan darah sedikit demi sedikit.

"Sial!" Umpatnya sangat kesal.

Verro berusaha menetralkan dirinya, ia menarik bangku taman yang berada tak jauh darinya. Mendudukkan pantatnya dan meletakkan kepalanya sesekali memejamkan matanya untuk menstabilkan dirinya.

"Alin, gue kangen sama Lo!" Paraunya dengan sedikit penekanan di setiap katanya.

"Kenapa disaat gue nemuin sosok yang gantiin Lo malah bokapnya ngelarang gue buat Deket sama dia."

"Gue butuh Lo, Lin."

Semilir angin dini hari membuat jambul khasnya berterbangan, diliriknya jam tangannya telah menunjukkan pukul 4 pagi.

Dan yah, ia harus kembali ke rumahnya sebelum matahari terbit, bahkan ia belum tidur semalaman hanya untuk melupakan semua kata - kata Husein.

"Gue tau Lo bisa bujuk bokapnya Crystal." Ucapnya ditujukan untuk dirinya sendiri sebelum ia benar-benar beranjak pergi dari taman kota yang sangat sepi, gelap, dan mencekam hanya di terangi oleh lampu jalanan.

''•••''

Bel istirahat telah berbunyi sejak lima menit yang lalu, Crystal dan teman sejatinya yang selalu ada di sampingnya kemanapun ia pergi, siapa lagi kalau bukan Irene.

Irene mempercepat langkahnya, ia tidak mau menghabiskan waktu istirahat nya. Tetapi langkah Crystal yang lambat membuat Irene mendengus sebal. "Kenapa sih?" Tanya Irene dengan dahi yang sedikit berkerut.

Tetapi, tidak ada balasan sama sekali dari Crystal membuat Irene melangkah lebih dekat dengan Crystal.

Tuk!

"Aduh!" Ringisnya membuat Irene terkekeh.

"Apaan sih?!" Ucapnya dengan nada kesal. "Ya Lo mah, gue tanyain diem aja, gue sentil aja tu hidung pesek lo, hahaha"

CRYSTALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang