PART 17

60 12 0
                                    

"Ehmm.." Erangan cantik keluar dari bibir seorang gadis.
"Nak, sudah bangun??." Suara itu, suara yang sangat lembut.

"Ma..a..mi..num."
"Ini nak." Velyn dengan sigap memberi anaknya minum.

Cklek...
Mereka berdua kini menoleh kearah pintu.
"Zola sudah bangun, nak??." Tanya Rio, ya Papanya Zola, saat mendengar kabar Zola sadar, ia langsung mengambil penerbangan yang cepat.

"Pa..pa." Zola merentangkan tangannya
Rio segera menghampiri anaknya, dan memeluknya.
"Cepet sembuh ya nak, biar Papa ada temen. Papa kesepian ngga ada kamu." Ucap Rio.
Zola tersenyum dan mengangguk.

"Permisi." Sebuah suara mengagetkan mereka ber-3.

"Eh, Lan, ngagetin aja kamu."
Iya dokter Lani, sebelumnya kalian taukan rumah sakit ini milik kakaknya Rio, dan Lani adalah anak kakaknya itu. Lani jadi dokter ketika umur 16 thn, dan 1 tahun lagi ia akan lulus kuliah.

Lani hanya tersenyum, ia memeriksa keadaan Zola.
"Apa suara kamu masih tidak ada??." Tanya Lani.
Zola menganggukan kepalanya.
"Tapi.. se..karang, Su..dah le..lebih b..baik." Jawab Zola.

Lani mengangguk.
"Mungkin sebentar lagi, suara mu akan kembali normal. Asal jangan dipaksakan saja ya." Ucap lembut Lani. Tak beselang lama, Lani keluar dari ruangan Zola dan menuju pasien lain.

"Ya sudah, sekarang Zola makan dulu ya." Ucap Rio.
Zola hanya mengangguk dan berusah duduk dibantu Papanya.

Selesai makan, Zola melihat ponselnya bergetar, ia membawanya hati hati.
Ternyata Vidcall grup dari ke-7 temannya, Zola mengangkatnya.

Mereka semua sungguh terkejut melihat Zola, terlihat dari raut wajah mereka sangat terkejut. Wajah datar dari orang yang dingin, kini tidak ada lagi di moment itu.

"Kalian percaya kan sama gue sekarang." Oceh Zee.
"La, mereka ngga percaya bahwa lo sadar, mereka bilang gue halu." Adu Zee kepada Zola.
Zola menarik tipis bibir pucatnya.

Mereka seketika diam melihat Zola tersenyum tipis itu.

"Ya sudah nak, Mama tinggal dulu ya?.." Ucap Velyn.
Zola mengalihkan pandangannya kepada Orangtuanya, ia lagi lagi tersenyum kecil dan mengangguk.

Setelah Orang tua Zola keluar, Zola mengalihkan pandangannya ke arah ponsel lagi. Masih seperti tadi mereka diam dan sedikit... canggung.

Hiks.. hik..
Tangisan mulai terdengar keras, Zenia kini menangis.
Zola melihat kearah Zenia dilayar poselnya.

"Lo.. ngga.. u..sah nangis" Ucap Zola terbata bata.
Zenia kini semakin kencang, entah kenapa ia ingin menangis seperti itu.

"Gu..e se-seneng lo u-udah sadar La." Ucap sesegukan Zenia.

***

LDR [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang