Hari ini Jungkook pulang malam dengan keadaan mabuk, lagi. Setelah mencari keberadaan Jisoo yang hingga saat ini entah dimana, Jungkook merasa begitu frustasi. Dia bahkan sudah mencari ke apartemen yang dulu ditinggali oleh gadisnya itu dan hasilnya nihil, tidak mendapatkan sedikitpun informasi mengenai sang dicinta. Jungkook dibuat gila olehnya.
Hingga berakhir dengan setiap malam pergi ke kelab sambil bermabuk-mabukan. Pikirannya begitu kacau. Kinerja nya pun menurun drastis hingga mendapatkan teguran dari sang mertua, Pak Ahn ayah dari istrinya.
Ah! omong-omong mengenai istri, Hani sampai saat ini dibuat bingung oleh kelakuan Jungkook yang selalu pulang larut malam dan mabuk-mabukan. Ada rasa kasihan disudut relung hatinya, ingin melarang Jungkook melakukan hal gila yang selama ini menyiksa dirinya sendiri.
Tapi Hani sadar akan posisi dirinya. Sadar akan apa yang tertulis dalam kontrak perjanjian mereka berdua. Salah satu poinnya adalah 'tidak saling mencampuri urusan pribadi masing-masing'. Walaupun terkadang keduanya masih saling menceritakan keluh kesah saat ada masalah. Tapi jika dari masing-masing tidak ingin bercerita, maka keduanya tidak akan memaksa.
Setelah mendengar suara gaduh dibawah sana, Hani bergegas keluar kamarnya dan matanya membola sempurna ketika atensinya tertuju pada Jungkook. Dengan penampilan yang kacau, lelaki Jeon itu tersungkur didepan anak tangga.
Dengan cekatan, Hani berlari menuruni tangga dan menghampiri Jungkook yang nyaris tidak berdaya.
"Yak Jeon Jungkook!" Hani mencoba menampar kecil pipi Jungkook yang masih tersadar, walaupun hanya tinggal beberapa persen lagi. Jungkook kemudian memicingkan matanya, melihat presensi Hani.
"Jangan tinggalkan aku.." Jungkook terisak, suaranya terdengar begitu lirih. Dia hancur. Hanya karena seorang wanita, seorang Jeon Jungkook bisa hancur seperti ini.
"Kau.. bangunlah. Kau ini berat, Jeon.." masih dengan sabar, Hani mencoba menyadarkan Jungkook agar bisa berdiri dan berjalan menuju kamarnya.
"Jangan tinggalkan aku, Jisoo.." tangisan Jungkook semakin menjadi-jadi. Lama kelamaan Hani jengah dengan sikap Jungkook yang keras kepala seperti ini. Mulai bosan mengurusi lelaki yang notabenenya adalah suaminya itu.
"Jung, kau tidak boleh seperti ini. Setidaknya kau jangan menyiksa dirimu sendiri.." dengan kesadaran yang tersisa, Jungkook menatap Hani lekat. "Aku.. aku bodoh.." Jungkook kembali terisak.
"Ya.. kau memang bodoh Jung. Merusak dirimu sendiri hanya karena masalah seperti ini. Ayo berdiri biar aku bantu—" Hani menopang Jungkook dengan tubuhnya yang cukup tinggi dan langsing itu. Bagaimanapun, dirinya tidak akan kuat membawa Jungkook ke kamarnya. Tenaganya tidak sebesar itu.
Kalian tahu kan bagaimana bentuk tubuh seorang Jeon Jungkook?
"Merepotkan.." dengus Hani sambil membantu Jungkook menaiki anak tangga dengan perlahan. Setelah sampai diatas, Jungkook melangkahkan kakinya ke salah satu ruangan. Masuk begitu saja tatkala ruangan tersebut tidak tertutup rapat.
"Yak Jeon Jungkook! Kau salah kamar, itu kamarku. Kamarmu ada disini." Kembali, Hani menarik tubuh Jungkook keluar dari kamarnya dan membantu lelaki Jeon itu untuk memasuki kamar miliknya sendiri.
Perlu diketahui walaupun mereka adalah pasangan suami istri, tapi sampai saat ini mereka tidak pernah tidur bersama dalam satu kamar. Mereka saling menjaga privasi satu sama lain.
Hani membaringkan tubuh Jungkook diatas ranjangnya. Tangannya telaten membuka jas, kemudian dasi dan juga sepatunya. Kemudian mau tidak mau Hani melonggarkan belt yang terpasang di celana Jungkook, karena benda itu terlihat menyulitkan Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost in lust [M]
Fanfiction[COMPLETED] Dalam hidupnya, baru kali ini Jungkook dihadapkan dengan pilihan yang sangat sulit. Perasaannya seolah diobrak abrik. Takdir dengan seenaknya menertawakan kehidupan seorang Jeon Jungkook.