Membujuk Jisoo setelah adu mulut yang terjadi bukanlah hal yang sulit bagi Jeon Jungkook. Jisoo hanya perlu ditenangkan, Jungkook membawa gadisnya ke apartemen tempat dirinya tinggal.
Membujuk gadis mungil itu dengan segala rayuan mautnya. Mencumbu dengan manis dan juga lembut. Menyalurkan kecintaan dirinya terhadap sang gadis.
Hingga ponselnya berdering, menandakan ada panggilan masuk. Dalam hati, Jungkook tidak ada niatan untuk menjawab panggilan tersebut. Tidak ingin permainannya diganggu, karena belum masuk ke inti.
Hingga ponselnya berdering beberapa kali, membuat Jisoo risih dengan suara itu. Menurutnya itu mengganggu kenikmatan. Dia merasa tidak tenang, hingga membuat dirinya menyuruh Jungkook untuk menjawab panggilan telepon tersebut terlebih dahulu. Khawatir ada sesuatu yang penting.
Dengan malas, Jungkook beranjak dari posisinya. Menghampiri ponsel pintar miliknya kemudian menjawab telepon yang mengganggunya itu.
"Hey bajingan, dimana kau?"
"Hey kenapa ayah memanggilku begitu?"
"Dasar anak bodoh! Datang ke rumah sakit Medical sekarang juga!"
"Tapi ada apa ayah?"
"Anak sialan! Hani telah mengalami kecelakaan dan kau masih bertanya ada apa? Sebetulnya kau ini suaminya atau bukan, huh?"
Jungkook total bungkam. Perkataan sang ayah begitu menghentak dadanya hingga ponselnya terjatuh dari tangan kekar itu.
"Jung, ada apa?" Tanya Jisoo ketika melihat gelagat aneh dari sang lelaki. Pasalnya, setelah beberapa detik melamun, seperti tak sadarkan diri. Jungkook kemudian bergegas mengenakan semua pakaiannya dengan tergesa. Membuat Jisoo kebingungan.
"Jung!" Bentak Jisoo karena merasa dirinya diabaikan. Jungkook kemudian menggunakan sepatunya dengan tergesa. "H-hani kecelakaan, sekarang dia ada di rumah sakit.." Bibirnya terasa kelu. Panas menjalar si seluruh tubuh.
"Kau tidak boleh pergi, Jung! Bagaimana dengan aku? Kau bilang tidak akan meninggalkanku lagi!?" Katakanlah Jisoo mulai egois, tapi dia tidak ingin selalu jadi nomor dua. Jisoo tidak ingin selalu jadi pelarian. Dirinya merasa hanya jadi tempat persinggahan Jungkook saja.
"Tidak bisa, Jisoo. Aku harus kesana, memastikan keadaan istri dan juga anakku." Jawab Jungkook frustasi. Bola matanya bergetar. Manik legam itu menatap Jisoo dengan nanar.
"Cih! Kau benar-benar—"
"Kumohon jangan buat aku menjadi lelaki bodoh.."
"Kau memang bodoh, Jung! Kau terlalu naif. Kau hanya memandang segalanya dari kacamatamu sendiri, tanpa memikirkan bagaimana perasaan orang lain. Kau tenggelam dalam napsumu sendiri, Jung. Kau serakah, ingin mendapatkan dua wanita sekaligus." Ucap Jisoo dengan sekali tarikan napas. Dadanya naik turun, napasnya terengah. Merasa kepalanya seakan membludak, mengeluarkan seluruh isi kepala yang membuatnya pening.
"Maafkan aku, Jisoo. Tapi kali ini aku tidak bisa membiarkan Hani berjuang sendirian. A-aku harus menemuinya. Kau tunggu aku disini, oke?"
"Kalau kau pergi dari sini, itu berarti hubungan kita selesai sampai disini!"
Jungkook menghentikan langkahnya yang sudah sampai diambang pintu. Membalikkan tubuhnya, menatap presensi gadis yang sedang berdiri hanya dengan menggunakan pakaian dalam saja.
Gadis yang benar-benar Jungkook cintai. Hidup dan mati. Benar-benar membuat dirinya tergila-gila.
Jungkook menggelengkan kepalanya, tubuhnya berbalik kemudian keluar dari pintu apartemennya. Membuat Jisoo berteriak kencang memanggil-manggil nama sang lelaki. Tapi tidak ada jawaban sama sekali. Bahkan tubuh kekar itu menghilang dibalik pintu.
Lagi, Jisoo ditinggalkan dalam keadaan mengenaskan.
Jungkook benar-benar diluar dugaan. Tidak bisa ditebak.
Jungkook berlari kecil menuju lift. Entah mengapa dia bisa mengambil keputusan itu. Jauh dalam hatinya dia benar-benar mencintai Jisoo, sangat. Tapi hatinya seakan tidak rela membiarkan Hani kesakitan seorang diri. Tidak ingin Hani berjuang tanpa dirinya disamping sang gadis.
Semua yang dikatakan Jisoo benar, Jungkook terlalu serakah hingga dirinya tenggelam dalam napsu. Membabi buta mencari kenyamanan dari dua orang wanita sekaligus.
Lelaki Jeon itu bergegas masuk kedalam mobil lalu menancap gas secepat mungkin demi sampai di rumah sakit.
Selang beberapa waktu, Jungkook masuk kedalam rumah sakit. Mendekat pada bagian informasi, menanyakan pasien kecelakaan atas nama Jeon Hani.
Petugas rumah sakit itupun kemudian memberitahukan dimana sang istri dirawat. Tanpa menunggu lama, Jungkook berlari menuju ruangan yang diaebutkan oleh sang petugas.
Hingga langkah kakinya terhenti ketika melihat sang ibu dan ayah sedang termenung didepan sebuah ruangan.
"Ibu.. ayah.." Jungkook mendekat, tubuhnya menghampiri kedua orangtuanya itu. Mulutnya terbuka, hendak menanyakan kabar Hani tapi tidak sempat. Sebuah tamparan mendarat di pipi kanan miliknya. Membuat tanda merah tercetak jelas disana.
"Ayah, apa yang kau laku—" Jungkook menatap ayahnya nyalang sambil memegang pipinya yang terasa panas. Merasa dirinya tidak diperlakukan dengan baik. Sang ayah dengan cepat menarik kerah baju Jungkook.
"Bajingan kau! Sialan! Anak bodoh!" Ayah mengguncang kerah Jungkook. Hendak menghabisi anaknya itu tapi niatnya tertahan karena sang ibu melerainya.
"Hentikan! Ini rumah sakit. Jangan membuat keributan." Ujar sang ibu sambil terisak. Matanya terlihat sembab. Tangisnya pecah.
"Bu, ada apa sebenarnya?" Tanya Jungkook dengan panik karena melihat kondisi kedua orangtuanya yang cukup membingungkan.
"Darimana saja kau, bajingan?" Tanya ayah dengan sarkas. "Cukup! Jangan seperti ini terus, kumohon.." ibu Jungkook berteriak sambil memohon. Membuat sang ayah menjauhkan tubuh dari keduanya. "Kau saja yang jelaskan. Aku sudah muak dengan anak ini!"
Jungkook menghampiri sang ibu. Menarik tubuh wanita paruh baya itu pada kursi. Keduanya duduk bersebelahan. Jungkook menatap ibu dengan matanya yang sayu.
"Bu, jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi?" Sang ibu menoleh pada Jungkook. Balas menatap Jungkook, hingga manik keduanya bersibobrok. "Harusnya ibu yang bertanya seperti itu padamu, Jung. Apa yang sebenarnya yang terjadi dengan kau dan Hani?"
Jungkook menelan ludahnya kasar. Bola matanya bergerak acak. Entah apa yang harus dia jelaskan pada sang ibu.
"Ibu dan ayah sudah mengetahui semuanya, Jung. Kenapa kau melakukan semua ini? Wanita mana? Katakan, siapa dia?"
Jungkook bergeming. Merasa dirinya sedang dihunus jutaan panah yang begitu panas.
"Hani siang tadi mengalami kecelakaan, hingga harus rela kehilangan bayi dalam kandungannya."
"Apa? Tidak! Tidak mungkin, bu. Aku harus menemuinya." Jungkook bangkit dari duduknya, tapi dengan cepat sang ibu menahan lengan Jungkook. "Jangan ganggu dia, Jung. Dia sedang istirahat. Biarkan dia tenang dulu."
Jungkook menuruti perkataan sang ibu. Dirinya kembali duduk di samping ibunya.
"Jung, kenapa kau tidak memberitahu kami jika dulu kau sudah memiliki kekasih?"
Jungkook menundukkan kepalanya. Menyesali perbuatan yang telah dilakukaannya selama ini.
"Ibu tahu semuanya, Jung. Ibu kecewa padamu dan juga Hani. Kenapa kalian harus membohongi kami semua? Apa kau tahu, karena perbuatan kalian banyak hati yang tersakiti?"
TBC
Hallo aku kembali:))
Apakah ada yang ingin mengumpat?
Ohiya gaes, jadi inituh beberapa chapter menuju ending
Aku sengaja bikin ceritanya gak terlalu panjang
Jadi jangan lupa vote dan komen yaahh
Tengkyuu for your support💜🖤💖
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost in lust [M]
Fanfiction[COMPLETED] Dalam hidupnya, baru kali ini Jungkook dihadapkan dengan pilihan yang sangat sulit. Perasaannya seolah diobrak abrik. Takdir dengan seenaknya menertawakan kehidupan seorang Jeon Jungkook.