21

1.8K 171 66
                                    

"Hani mendengar semua percakapanmu dan kekasihmu itu di kantor. Tanpa kau sadari, Hani diam-diam menyimak semua kalimat yang keluar dari mulut kalian berdua. Hingga dia kecewa dan berlari dari sana. Tubuhnya tertabrak oleh mobil hingga dia harus rela kehilangan janinnya. Anakmu, Jung!

Kenapa kau menghamili Hani jika kau tidak mencintainya, Jung. Lalu kenapa kau harus kembali lagi pada mantan kekasihmu itu setelah kau memiliki bayi didalam rahim Hani. Apa kau tidak memikirkan perasaan keduanya? Kekasihmu itu pasti terluka, apalagi Hani. Kau itu sudah dewasa, Jung. Seharusnya kau bisa memilih."

Jungkook kemudian meraih tangan ibunya. Berlutut dihadapan tubuh yang sudah tidak muda itu. "Bu.. m-maafkan aku. Aku tahu aku salah, bu. Tapi kumohon.. maafkan aku." Jungkook terisak. Napasnya tersengal. Hidungnya mulai memerah. Airmata lolos dari manik legam indah itu.

"Tidak, jangan meminta maaf pada ibu. Minta maaflah pada Hani. Dia begitu terpukul setelah mengetahui kehilangan janinnya."

"Baiklah, bu. Aku akan meminta maaf padanya."

"Tapi tidak sekarang, Jung. Jangan mengganggunya, untuk sementara ini biarkan dia sendirian."

Jungkook mengangguk. Berdiri dari posisi duduknya. Kakinya melangkah pada pintu kamar dimana Hani sedang dirawat.

Mengintip dari kaca kecil yang terdapat di pintu tersebut. Hatinya terasa nyeri ketika melihat Hani sedang bersandar pada headboard dengan tatapan kosong. Beribu penyesalan muncul di kepala Jungkook. Merasa bahwa dirinya lelaki paling bodoh di dunia.

Jungkook berniat menunggui Hani seharian penuh ini, tentunya dari luar. Menunggu di kursi sambil menundukkan kepalanya. Bergelut dengan pikirannya yang begitu kacau.

"Kau pulanglah terlebih dahulu, besok kau kembali lagi kesini. Kemasi barang-barangmu. Karena mulai besok kau akan ditugaskan di Seoul kembali." Sang ayah menghampiri Jungkook. Berbicara pada anaknya tanpa mau melihat wajahnya sedikitpun.

Tanpa banyak basa-basi, Jungkook mengangguk kemudian melangkahkan kakinya menuju pintu kamar rawat inap. "Aku pulang dulu, besok aku akan kesini lagi." Ujar Jungkook dengan lirih.

Kaki itu kemudian melangkah gontai, menjauh dari tempat dimana Hani sedang berbaring. Tidur dengan nyenyak. Karena waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

Setelah sampai di basement, Jungkook masuk kedalam mobilnya. Pikirannya berkelana. Memikirkan apa langkah selanjutnya yang harus ia ambil.

Setelah terbesit sebuah jawaban, Jungkook melajukan mobilnya ke apartemen Jisoo terlebih dahulu sebelum menuju ke apartemennya.

Memarkirkan mobil didepan gedung dengan sembarangan. Berlari menuju kamar Jisoo. Membuka pintu itu tanpa mengetuknya. Terlihat Jisoo sedang duduk diatas sofa, tangan lentiknya memainkan gelas dengan mata yang menatap kosong kearah tv.

Jungkook melangkahkan kakinya mendekat pada Jisoo, duduk disampingnya. Tapi gadis itu tidak mengalihkan pandangannya sedikitpun. Padahal dari baunya, jelas Jisoo bukan meminum alkohol. Gadis itu tidak sedang mabuk.

"Jisoo.." Jungkook mencoba mengalihkan atensi Jisoo. Tapi hasilnya nihil. Gadis itu masih setia pada tatapan kosongnya. "Jisoo.." lagi, Jungkook memanggil sang pujaan yang masih bungkam.

Kemudian lelaki Jeon itu bersimpuh dihadapan Jisoo. Tangannya menggenggam jemari Jisoo. Dingin, itulah yang dirasakan Jungkook pertama kali saat menggenggam tangan sang pujaan.

"Dengar, besok aku akan kembali ke Seoul. Tugasku disini sudah selesai. Kau ikut denganku, ya?" Mata Jungkook menatap Jisoo dengan penuh damba. Ingin memulai segalanya dari nol.

Tidak tahu apa yang ada di pikiran Jungkook. Sifat plin plan-nya benar-benar sudah mendarah daging.

"Untuk apa?" Jisoo menatap Jungkook masih dengan tatapan kosong. "Kita mulai semuanya dari nol." Jungkook mencoba mencairkan suasana.

Lost in lust [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang