Jungkook berjalan dengan tergesa kearah dapur, mencari sosok yang benar-benar ingin ditemui. Kepalanya terasa mendidih. Napasnya tidak teratur.
Hani yang menyadari kehadiran seseorang lantas membalikkan tubuhnya. Dirinya sedang mengambil sekotak susu pisang kesukaan sang suami dari dalam lemari es.
Jungkook berdiri dihadapan Hani sambil memasang wajah marah. Rahangnya mengetat, membuat Hani menelan ludahnya kasar.
"Jung—"
"Kau! Kenapa kau merahasiakan ini dariku, huh?"
"Rahasia?"
"Kenapa kau tidak bilang kalau kau sedang hamil, Hani?"
Hani total mematung, tubuhnya tidak memberikan respon apapun. Hanya diam membeku.
"Jawab aku!"
"A-aku tadinya ingin memberitahumu, Jung.. aku tidak berniat menyembunyikannya,"
"Lalu kenapa tidak kau lakukan, huh?"
Jungkook mengangkat testpack dari genggamannya lalu membanting bebda kecil itu. Tangan kekarnya mengacak rambut frustasi kemudian berteriak.
"Kenapa kau menyetujui saat ku katakan ingin bercerai secepatnya sedang kau dalam keadaan hamil?"
Nada bicara Jungkook melemah. Tubuhnya terhuyung ke arah kursi meja makan. Hani dengan sigap menghampiri Jungkook, tetapi lelaki itu menepis tangannya.
"Lepaskan aku! Aku kecewa padamu. Kau pembohong!"
"Maafkan aku, Jung.."
"Kenapa kau melakukan ini padaku?"
"Bagaimana aku bisa mengatakan hal ini padamu, Jung?" Pertanyaan yang terlontar begitu saja keluar dari mulut Hani mampu membuat Jungkook terdiam.
Hani tidak sepenuhnya salah dalam kasus ini. Jadi kenapa Jungkook harus marah besar pada sang istri, padahal Hani tidak melakukan kesalahan yang fatal. Lelaki itulah sumber kekacauan pagi ini.
"Kau dengan begitu gembiranya memberitahuku bahwa kau dan Jisoo bertemu dan akan menjalin cinta kembali. Kemudian kau bilang kau akan menceraikanku secepatnya.
Apa aku berhak mengatakan bahwa aku sedang hamil sedang kau dengan begitu gembiranya mengatakan kau akan menceraikanku dan kembali pada Jisoo?"
Hani menangis sejadi-jadinya. Tubuhnya ambruk diatas lantai marmer berwarna abu itu. Tubuhnya bergetar hebat, membuat lelaki yang ada disampingnya terkejut.
"A-aku tidak masalah dengan perceraian, Jung. Kau tidak perlu memikirkanku dan bayi ini. Aku akan—"
"Hentikan omong kosongmu! Aku tidak akan menceraikanmu selama kau mengandung anakku, Hani. Aku bukan tipe suami yang tidak bertanggung jawab."
Jungkook terlalu kecewa dengan ucapan Hani. Dirinya pergi begitu saja meninggalkan sang istri yang masih terduduk di lantai.
Pikirannya terlalu kacau, dan gadis itulah penyebabnya. Jungkook tidak mau terus menerus dikuasai emosi dan memutuskan untuk pergi darisana.
•••••••
"Ada apa, Jung?" Setelah mendapat telepon dari Jungkook, tanpa menunggu lama Jisoo langsung menghampiri lelaki Jeon itu.
Gadis mungil dengan blouse berwarna brokenwhite itu mendaratkan bokongnya diatas sofa yang ada diruangan Jungkook.
Lelaki Jeon itu bergegas menutup seluruh jendela dengan tirai yang ada di ruangannya itu. Tidak ingin karyawan lain mengetahui jika sang pujaan tengah berada di ruangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost in lust [M]
Fanfiction[COMPLETED] Dalam hidupnya, baru kali ini Jungkook dihadapkan dengan pilihan yang sangat sulit. Perasaannya seolah diobrak abrik. Takdir dengan seenaknya menertawakan kehidupan seorang Jeon Jungkook.