Jungkook berjalan sambil membawa nampan yang berisi sarapan diatasnya. Mendaratkan bokongnya disebuah kursi. Gadis di hadapannya menatap lelaki itu dengan penuh damba. Jauh di dalam hatinya, gadis itupun merindukan Jungkook. Sangat.
"Nah, ayo kita sarapan." Jungkook menyodorkan satu porsi sarapan pada gadis yang berada di hadapannya itu. "Sampai kapan kau disini, Jung?" Gadis itu bertanya tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun. "Entahlah, sepertinya sampai ada direktur utama yang baru." Jungkook menggedikkan bahunya sambil mengunyah sarapan miliknya.
Jungkook dan Jisoo saat ini sedang sarapan di salah satu restoran siap saji. "Lalu kantor yang di Seoul, siapa yang menghandle?" Jisoo mulai menyuapkan satu sendok makanan kedalam mulutnya. "Ada Pak Ahn yang menghandle sementara." Jungkook mengalihkan pandangannya dari makanan miliknya, gadis dihadapannya begitu menarik perhatiannya. Gadis yang sangat ia rindukan sampai hampir gila.
"Lalu istrimu—" belum sempat menyelesaikan pertanyaannya, Jungkook langsung memotong seakan tahu kemana arah pembicaraan Jisoo. "Hani tidak ikut, dia ada di Seoul." Membuat Jisoo bungkam dan mengangguk kecil.
"Jisoo, dengarkan aku. Aku masih mencintaimu. Aku ingin kita kembali seperti dulu. Kau tahu, aku hampir gila karena mencarimu kemana-mana. Hampir tiap hari aku mengelilingi Seoul untuk mencarimu. Aku mohon, kembalilah padaku.."
Jisoo menatap mata Jungkook. Manik hitam itu bergetar. Jisoo sangat merindukan tatapan teduh yang dulu miliknya itu. "T-tidak, Jung, kau sudah menjadi suami—"
"Aku sudah bilang berkali-kali, aku dan dia tidak saling mencintai. Kumohon.." suara Jungkook terdengar frustasi. Dia benar-benar menginginkan Jisoo kembali di sisinya.
Terlalu terobsesi dengan gadis mungil yang membuat dirinya hampir gila. Detik berikutnya Jungkook menjelaskan seluruh skenario yang dibuat olehnya dan Hani. Menjelaskan bahwa ada kontrak perjanjian diantara pernikahan mereka.
"Setelah bercerai aku akan bicara pada ayah dan ibu bahwa aku mencintaimu dan akan menikahimu." Tutup Jungkook mengakhiri kalimatnya dengan mantap.
Tapi tidak dengan Jisoo. Gadis itu terkekeh kecil, sinis. "Kau mencintaiku?" Jungkook mengangguk cepat menanggapi pertanyaan sang gadis.
"Kenapa baru sekarang kau melakukan itu? Kalau kau mencintaiku harusnya dari dulu kau mempertahankanku, Jung. Bukan malah melepasku dan memintaku kembali disaat seperti ini." Dada Jisoo memdadak nyeri, ada sakit yang dirasakan setelah berbicara seperti itu.
Jungkook menundukkan kepalanya. Bahunya bergetar hebat. "Maapkan aku.. a-aku memang b-bodoh.." suaranya pun bergetar. Merutuki kebodohan dirinya.
•••••••
Setelah beberapa hari beristirahat dan berdiam diri dirumah, Hani merasakan bosan melanda dirinya. Hingga akhirnya memutuskan untuk membeli bahan-bahan masakan dan juga beberapa obat ke apotik.
Beberapa menit yang lalu, ibu Jungkook menelepon pada Hani. Menanyakan keadaannya. Hani pun menjawab bahwa beberapa hari yang lalu dia sempat demam dan sontak membuat ibu mertuanya khawatir, lalu memutuskan untuk berkunjung ke rumah Hani.
Itulah sebabnya Hani memutuskan untuk membeli beberapa bahan masakan ke supermarket. Gadis itu melangkahkan kakinya sambil tersenyum kecil setelah melihat kalender yang menempel di dinding ruang tamu.
Hani tiba dirumah setelah selesai belanja, dan disambut oleh ibu Jungkook yang sudah menunggu. "Ibu? Sudah lama menunggu?" Tanya Hani sambil memeluk tubuh ibu mertuanya. "Tidak, aku baru saja sampai. Kau darimana? Bukankah kau baru sembuh dari sakit?" Ibu Jungkook masuk kedalam rumah setelah Hani membuka pintu utama rumah bernuansa putih itu. "Tidak, bu aku hanya demam saja. Tidak parah." Hani melangkahkan kakinya menuju dapur.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lost in lust [M]
Fanfiction[COMPLETED] Dalam hidupnya, baru kali ini Jungkook dihadapkan dengan pilihan yang sangat sulit. Perasaannya seolah diobrak abrik. Takdir dengan seenaknya menertawakan kehidupan seorang Jeon Jungkook.