Jungkook melangkahkan kakinya keluar dari lift. Menuju ke arah apartemennya. Jari-jari panjangnya menyisir rambut ke belakang. Wajahnya terlihat lelah, tapi lebih tepatnya terlihat frustasi.
Dengan tekad yang sudah bulat, malam ini Jungkook akan bicara dengan Hani. Mengenai Jisoo, mengenai hubungan keduanya, dan juga pernikahan kontrak Jungkook dan Hani.
Sebetulnya, Jungkook tidak ingin menceraikan Hani dalam waktu dekat. Jungkook ingin mematuhi kontrak yang sudah disepakati oleh suami istri tersebut, mungkin. Atau hanya karena menjaga perasaan kedua belah pihak keluarga.
Tapi apa boleh buat, Jisoo sang gadis yang dicinta menginginkan dirinya untuk segera bercerai dengan sang istri.
Jungkook benar-benar mencintai Jisoo. Tidak ingin kehilangan gadisnya untuk yang kedua kalinya.
Jungkook melonggarkan dasinya setelah masuk kedalam apartemen. Kakinya melangkah menuju kamar, mencari sesosok gadis yang ingin dia temui. Langkahnya terasa sangat berat. Jungkook mengumpulkan seluruh keberanian untuk mengatakan yang sejujurnya pada Hani.
Namun semua usaha dan niatnya lenyap begitu saja, kala melihat presensi Hani yang sedang tertidur pulas diatas ranjang. Matanya tertutup rapat dengan bibir yang sedikit terbuka. Lelaki Jeon itu terkikik melihat wajah imut sang istri.
Apakah aku bisa mengatakan semuanya padamu?
Jungkook membelai rambut Hani ketika dirinya telah berada disamping gadis yang sedang tertidur nyenyak itu. Terbesit rasa tidak tega dalam diri Jungkook. Dadanya mendadak nyeri kala mengingat siapa dia sebenarnya, apa yang akan dilakukannya pada sang istri.
Dalam hati kecil Jungkook, dia tidak ingin menyakiti Hani. Gadis yang selama ini selalu ada untuknya kala dia terpuruk, jatuh dalam lubang hitam. Tapi Jungkook juga tidak bisa menampik rasa cintanya yang begitu meledak terhadap Jisoo.
Jungkook kemudian membuang napas kasar. Berjalan menjauh dari gadis yang tidak menyadari akan keberadaan dirinya, karena tertidur lelap. Lelaki itu memutuskan untuk tidur di sofa.
Pikirannya berkecamuk. Sambil terlentang diatas sofa yang empuk, matanya bergerak acak.
Apa sebaiknya aku tidak menceraikan Hani dalam waktu dekat dan berbohong pada Jisoo?
Bilang saja pada Jisoo bahwa aku sudah menceraikannya dan tinggal menunggu surat dari pengadilan keluar?
Aku mencintai Jisoo, tapi tidak ingin kehilangan Hani.
"Akh sial!" Jungkook memekik kecil. Kepalanya hampir pecah karena memikirkan hal tersebut. Baru kali ini Jungkook digadapkan pada pilihan yang sulit.
Harusnya Jungkook tidak menyimpan perasaan apapun pada Hani, agar tidak timbul masalah seperti ini. Atau seharusnya Jungkook tidak bertemu lagi dengan Jisoo, agar dirinya tidak goyah.
Cinta memang membuat segalanya begitu rumit.
Jungkook akhirnya membenamkan wajahnya pada bantal. Mencoba memejamkan matanya agar terlelap. Berharap akan mendapat jawaban dari mimpi ketika dia tidur. Jawaban antara dua pilihan. Bertahan dengan Hani, atau meninggalkannya dan bersama dengan Jisoo.
••••••
Jungkook menggeliat kecil ketika alarm di ponselnya berbunyi. Dengan mata yang masih terpejam, lelaki itu mencari sumber suara untuk mematikan alarm yang terlalu berisik itu. Dengan kesadaran yang belum terkumpul seluruhnya, Jungkook melangkahkan kakinya kedalam kamar.
Matanya yang masih buram mencari sosok gadis yang semalam tertidur lelap diatas ranjang dengan sprei berwarna abu itu.
Tetapi sosok yang didamba tidak ada disana. Lelaki Jeon itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Berpikir bahwa mungkin saja Hani sedang di dapur untuk menyiapkan sarapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost in lust [M]
Fanfiction[COMPLETED] Dalam hidupnya, baru kali ini Jungkook dihadapkan dengan pilihan yang sangat sulit. Perasaannya seolah diobrak abrik. Takdir dengan seenaknya menertawakan kehidupan seorang Jeon Jungkook.