5

2.8K 268 22
                                    

Setelah mengetuk pintu sebanyak tiga kali, Jisoo masuk kedalam sebuah ruangan. Tepat dihadapannya, Jungkook tengah duduk santai diatas kursi kebesarannya dengan meja dan juga papan pengenal yang bertuliskan 'Direktur Utama: Jeon Jungkook' membuat Jisoo tersenyum getir.

"Ada apa memanggil saya Pak Jeon? Apakah ada yang perlu saya kerjakan?" Sarkas Jisoo dengan senyum getirnya. Mati-matian Jisoo menahan air matanya.

"Kenapa kau tidak datang ke acara pernikahanku?"

"Apakah Bapak menyuruhku datang ke ruangan hanya untuk bertanya hal konyol seperti ini?"

"Hal konyol? Kau bilang itu hal konyol?"

Jungkook bangkit dari duduknya kemudian menghampiri Jisoo yang mematung tidak jauh dari meja kerja milik Jungkook.

"Jisoo aku mencintaimu." Jungkook memegang kedua belah bahu Jisoo dan mengguncangnya kecil. Dengan sigap sang gadis menjatuhkan kedua tangan milik Jungkook dari tubuhnya.

"Maap. Tapi adakah pekerjaan yang harus saya kerjakan, Pak?" Perkataan Jungkook sama sekali tidak digubris oleh Jisoo. Menurutnya percakapan itu diluar batas wajar antara seorang karyawan dan atasannya.

"Berhenti bersikap seperti ini padaku, Jisoo.."

"Bersikap seperti apa? Menurutku ini hal yang wajar untuk seorang karyawan dan atasan." Terdapat beberapa penekanan pada setiap suku kata yang diucapkan oleh Jisoo.

"Dengarkan aku, Jisoo. Antara aku dan Hani, tidak ada cinta sedikitpun diantara kami. Aku hanya mencintaimu, tidak ada yang lain." Penuturan yang keluar dari mulut Jungkook nyaris membuat Jisoo ambruk. Kata-kata itu mampu membuat persendian Jisoo melemah. Tubuhnya seakan diserang ngilu yang bertubi-tubi.

"Mohon maap jika tidak ada pekerjaan yang dibahas, maka saya pamit Pak." Setelah membungkuk, Jisoo membalikkan tubuhnya kemudian keluar dari ruangan Jungkook.

Sesampainya diluar ruangan, gadis itu menarik napas dalam kemudian menghembuskannya kasar. Mencoba menopang tubuhnya dengan bersandar pada tembok. Mengatur napasnya yang tersengal sambil menutup mulutnya.

Tidak pernah terbayangkan jika Jungkook akan mengucapkan hal seperti tadi. Membuat dirinya semakin dilanda kegelisahan.

•••••••

Beberapa hari ini Jungkook mencoba mendekati Jisoo secara terus-menerus. Tetapi semakin sering Jungkook mendekat, semakin sering pula Jisoo menjauh. Dia tidak ingin menimbulkan isu yang negatif tentang dirinya ataupun tentang Jungkook, kendati saat ini Jungkook merupakan direktur utama yang sudah menikah dan memiliki istri.

Siang ini, Jisoo terlihat tergesa setelah mengcopy beberapa naskah yang harus diberikan pada penulis. Langkah kakinya sedikit lebar hingga kadang-kadang berlari kecil. Hingga pada belokkan, dirinya tidak sengaja menabrak seorang wanita. Terlihat asing dan tidak menggunakan tanda pengenal.

Wanita ini terlalu cantik untuk menjadi karyawan seperti dirinya. Tubuhnya lebih tinggi dari Jisoo dan juga langsing. Kulitnya putih pucat dengan bibir berwarna merah. Rambut panjang dan menjuntai dengan kaki yang jenjang. Perpaduan yang sempurna. Apakah saat ini Jisoo sedang berhadapan dengan bidadari?

"Ah maapkan aku.." ujar Jisoo merasa bersalah. Wanita itu hanya tersenyum kecil. Menampilkan giginya yang rapi dengan senyuman manis. "Tidak, aku yang salah. Aku tidak melihat ke arah jalan."

Jisoo kemudian membungkukkan tubuhnya hormat. Merasa malu dengan dirinya sendiri. "Hmm boleh aku bertanya? Ruangan direktur utama ada disebelah mana?" Pertanyaan tersebut sontak membuat Jisoo kaget setengah mati. "Ya?" Hanya itu respon yang bisa diberikan oleh Jisoo.

Lost in lust [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang