12

2.2K 213 37
                                    

Katakanlah Jungkook sudah gila. Saat ini dia sedang berada diluar sebuah kedai, hanya untuk mengamati seorang gadis. Gadis yang begitu ia rindukan. Hingga hampir membuatnya setengah gila.

Masih duduk di kursi kemudi mobil, tanpa memalingkan pandangannya dari sang dicinta. Gadis itu duduk dan minum, masih dengan ketiga lelaki yang sama dan juga seorang gadis yang begitu dikenali olehnya, Yuna.

Jisoo merasa tidak tenang, dirinya merasa seperti sedang diintai. Matanya bergerak acak, mencari sesosok manusia yang mencurigakan. Tapi dia tidak mendapatkan apapun selain orang-orang yang sibuk dengan urusan masing-masing.

"Kau kenapa?" Tanya Yuna ketika melihat sahabatnya yang terlihat tidak nyaman. "Tidak, aku hanya merasa jika ada seseorang yang sedang memperhatikanku." Perkataan Jisoo membuat ketiga lelaki yang berada dihadapannya terdiam.

Bersamaan, mereka mengedarkan pandangan pada seluruh sudut kedai. "Tidak ada yang aneh, hanya ada seorang lelaki tampan saja—" perkataan Jin sontak membuat semua orang yang ada di meja melotot, mencari tahu maksud yang diucapkan Jin barusan. "Dan itu ada dihadapan kalian semua. Akulah orangnya." Dengan cengiran khasnya dan juga mata yang mengerling, Jin mengarahkan pandangannya pada Yuna. Membuat gadis itu salah tingkah. Sedangkan yang lain hanya memutar bola mata malas, sambil memukul lengan Jin.

Setelah acara minum selesai, Yuna memutuskan untuk menginap di apartemen Jisoo. Gadis itu akan pulang hari esok, karena itu adalah hari Minggu. Yuna masih rindu dengan Jisoo, sahabatnya. Kedua gadis itu diantarkan oleh Jimin. Mendarat dengan sempurna hingga ke apartemen milik Jisoo. Jimin kemudian pamit setelah melambaikan tangannya.

Kedua sahabat itu berjalan memasuki gedung kemudian menuju ke apartemen milik Jisoo. Banyak cerita yang mereka bagikan, hingga akhirnya keduanya memutuskan untuk begadang.

"Kau sudah punya kekasih?" Tanga Jisoo pada Yuna yang sedang memakan camilan sambil menonton acara tv. Yuna menggeleng sambil terkekeh. Disusul oleh kekehan ringan dari Jisoo. Sebelum gadis mungil itu menghela napasnya.

"Yuna, kau tahu? Aku bertemu Jungkook." Ucap Jisoo dengan ragu. Yuna membolakan matanya tidak percaya. "Dimana dan kapan, Jisoo? Kenapa kau tidak bercerita padaku?" Yuna terlihat antusias. Camilan yang ada di tangannya ia simpan terlebih dahulu, seakan tidak mau ketinggalan cerita barang sedikitpun.

"Jadi begini, Yuna.." Jisoo menceritakan seluruh kejadian hari tadi dengan detail tanpa kekurangan sedikitpun. Yuna sesekali menutup mulutnya yang menganga ketika mendengar penuturan dari Jisoo.

"Ya ampun, aku tahu dia ditugaskan untuk menghandle salah satu cabang. Tapi aku tidak tahu jika dia ada di Bussan." Yuna memegang kepalanya sendiri. Mencoba memikirkan kebetulan apa yang sedang terjadi saat ini.

"Mungkin takdir sedang menertawakanku, semesta kadang mempermainkan manusia dengan seenaknya." Cerita itu ditutup dengan keluhan Jisoo sambil menghela napas kasar.

Yuna mendekatkan tubuhnya pada Jisoo, memeluk tubuh yang lebih mungil darinya itu. "Kau hanya perlu berdoa, semoga saja dia tidak menyadari keberadaanmu. Dan semoga saja direktur utama yang baru cepat hadir, sehingga Jungkook sialan itu tidak harus berlama-lama di kantormu." Jisoo mengangguk menyetujui ucapan Yuna.

••••••••

Ketika sampai dirumah, Jungkook merebahkan tubuhnya diatas sofa. Tangannya memijat pangkal hidung. Ia merasa lelah, ketika memiliki niat untuk menghampiri Jisoo tapi tidak terlaksana karena gadisnya itu selalu ditemani oleh Yuna.

Jungkook bertekad untuk menemui Jisoo dan menyalurkan seluruh kerinduannya. Perasaan itu tidak bisa dibendung lagi. Apalagi ketika dia melihat presensi Jisoo, darah dalam tubuhnya berdesir. Mengalir beberapa kali lebih cepat dari biasanya.

Lost in lust [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang