Pagi ini Jungkook terbangun di kamar Hani. Setelah semalam percakapannya yang benar-benar diluar dugaan, akhirnya mereka berdua tidur tanpa ada kejadian apapun. Hanya sebatas tidur diatas ranjang yang sama.
Jungkook merasa dirinya sudah gila dengan mengatakan akan mecoba mencintai Hani. Lelaki itu bingung dengan perasaannya sendiri. Di satu sisi dia masih belum bisa benar-benar melupakan Jisoo, tapi di sisi lain ketika bersama Hani ada sesuatu yang berbeda. Jungkook merasakan kehangatan dan kenyamanan.
Tapi Jungkook tahu, Hani bukanlah tipikal wanita yang dengan mudah bisa mencintai lelaki. Hani merupakan wanita pintar dan juga tegas. Memiliki aura yang begitu kuat. Lelaki mana yang tidak akan kagum ketika melihat sosok dirinya.
Jungkook mengedarkan pandangannya ke setiap penjuru ruangan. Mencari presensi Hani, yang semalam tidur dengannya. Sampai ketika pintu kamar mandi terbuka. Menampilkan Hani yang keluar dengan menggunakan bathrobe. Rambutnya masih basah, menampilkan kesan sexy.
Jungkook menelan ludahnya sendiri, melihat pemandangan indah di pagi hari seperti ini membuat sesuatu dibawah sana menegang sempurna. Lelaki itu berusaha menghilangkan pikiran kotornya dengan mengerjapkan matanya beberapa kali.
"Jung, kau sudah bangun?"
"Ya, aku baru bangun."
Matanya bergerak acak. Menghindari sosok Hani yang menurutnya begitu menggoda. Jungkook tidak ingin lepas kendali.
"Jung.." Hani menghampiri Jungkook yang terlihat gusar. Ia khawatir, takut jika Jungkook sakit. Maka dengan sigap tubuhnya membungkuk lalu tangannya menyentuh dahi Jungkook, guna mengecek suhu tubuh sang suami.
Jungkook terkejut dengan pergerakan tiba-tiba dari sang istri. Sehingga tanpa sengaja matanya tertuju pada bagian dada Hani yang saat ini sejajar dengan wajahnya.
"Kau tidak demam." Ulas Hani sambil membolak-balikkan telapak tangannya pada dahi Jungkook. Ia tidak tahu jika lawan bicaranya disana tidak memperhatikan ucapannya, tapi sesuatu yang lain. Sesuatu yang membuatnya tidak bisa menahan diri lagi.
"Aku tidak sakit, Hani.." Jungkook kemudian menarik tangan Hani dari dahinya. Tubuh dengan wangi peach yang menyeruak itu dia dekap ke atas pangkuannya. Sontak membuat Hani membolakan matanya. Dia terkejut bukan main.
"Jung! Apa yang kau lakukan?!" Hani berusaha berontak. Tubuhnya bergerak acak guna melepaskan dirinya dari dekapan Jungkook. "Sstt diamlah.. kalau kau terus bergerak seperti ini, milikku akan—." Hani langsung membeku mendengar penuturan Jungkook, sadar akan posisinya saat ini.
Hani masih dengan mengenakan bathrobe, tanpa menggunakan pakaian dalam. Jika tali bathrobe itu ditarik, maka tubuh indahnya akan terpampang nyata dihadapan sang suami. Belum lagi miliknya dibawah sana menggesek milik Jungkook secara tidak sengaja.
Jugkook tidak mengalihkan pandangannya dari Hani barang sedetikpun. Menatap wajah polos sang istri yang begitu menggairahkan. Perlahan wajahnya mendekat pada Hani dan mendaratkan sebuah ciuman hangat diatas bibir milik sang istri.
Jungkook mulai menghisap bibir manis Hani. Atas dan bawah. Hingga sesekali menggigit bibir itu. Tangan Hani seperti tertuntun sendiri untuk dilingkarkan di leher Jungkook. Hani berusaha mengimbangi permainan panas Jungkook. Padahal ini masih pagi hari.
Jungkook kemudian menurunkan ciumannya pada leher jengjang Hani. Mengecup dan menggigit kecil kulit putih pucat itu.
"Jungghh.." satu desahan lolos dari mulut Hani. Membuat Jungkook tersenyum senang. Hanya disentuh seperti ini saja Hani bisa mendesah, tubuhnya benar-benar sensitif. Dan Jungkook menyukai itu.
Jungkook senang jika lawan mainnya bertekuk lutut padanya, ia lebih menyukai menjadi pemain yang dominan. Selalu terbuai dengan desahan-desahan kecil yang keluar dari lawan mainnya.
Hingga akhirnya Jungkook membenamkan wajahnya pada dada Hani. Tangannya mencoba menarik sebuah tali yang begitu fatal. Pasalnya jika tali itu dibuka, maka tubuh Hani tidak akan tertutup apapun lagi. Hanya dengan satu tarikan, Jungkook berhasil membuka bathrobe milik sang istri.
Membukanya lebar, tanpa melepas dari tubuh Hani. Hanya ingin melihat pemandangan indah miliknya dan sedikit menikmatinya. Tapi kalau banyak juga tidak apa-apa.
Jungkook menatap wajah Hani yang sudah memerah. Pipinya merona. Jungkook kemudian mengangguk kecil, meminta persetujuan dari sang istri. Hani sebelumnya menolak, meminta Jungkook menyudahi hal gila yang mereka lakukan. Tapi Jungkook membungkam Hani. Jari telunjuknya menempel pada bibir merah Hani yang sudah membengkak akibat perbuatannya.
"Diam dan nikmati saja. Kita akan bermain cepat."
Detik berikutnya Jungkook mencium pucuk payudara Hani. Membuat sang empunya mendongakan kepala, menikmati sesuatu yang kenyal dan basah disana. Menggelitik pusat kenikmatannya dengan manja.Jungkook semakin mendekap tubuh Hani. Tidak ingin ada jarak sedikitpun antara mereka berdua. Ia meninggalkan beberapa jejak kepemilikan di payudara sang istri. Lidahnya sesekali menggoda puting yang sudah mengeras itu. Jungkook mengemut payudara Hani, seolah akan ada air susu yang keluar dari sana. Jungkook seperti bayi yang kehausan.
Jungkook dengan tergesa membuk kaos miliknya, masih dengan posisi memangku Hani. Matanya menatap sayu Hani. Membuat tubuh sang istri merasaka pilu yang begitu dahsyat. Rasanya seperti lemas seketika.
Kembali, Jungkook menyesap payudara sintal milik Hani. Gundukan itu terlihat besar dan pas di genggaman Jungkook. Tangan Jungkook tidak membiarkan payudara yang lain menganggur. Tangan itu bermain lincah di payudara milik Hani. Meremas dengan lembut dan teratur.
"Nghh Jung.."
"Yeah begitu, sayang. Panggil namaku."
"Jung—"
"Astaga! Kalian ini, sudah pagi masih saja bermain." Jungkook dan Hani lupa, bukan hanya mereka yang ada dirumah saat ini. Ibu Jungkook masuk ke kamar mereka tanpa mengetuk. Pintu tidak dikunci, mempermudah ibu masuk kedalam begitu saja. Dan yang ibu dapati pagi ini adalah pemandangan tidak senonoh dari pasangan suami istri yang tidak lain adalah anaknya.
Memang ibu tidak melihat apa saja yang sedang anaknya lakukan diatas ranjang sana. Ibu hanya melihat punggung Hani membelakanginya yang terbalut bathrobe, didekap erat oleh Jungkook. Posisi tubuh Hani dipangku oleh Jungkook.
Sedangkan Jungkook, hanya terlihat kepalanya sedikit menyembul dari balik tubuh Hani. Dan yang paling mengejutkan, suara desahan Hani yang menerpa telinga ibu.
"Dasar anak ini. Cepat selesaikan dan turun kebawah. Ibu sudah menyiapkan sarapan. Kau jangan sampai terlambat bekerja karena hormon berlebihmu itu, Jung!" Begitu sarkas sang ibu.
"B-baik bu.." jawab Jungkook terbata-bata. Sedangkan Hani hanya menunduk, karena ibu tidak dapat melihat wajahnya yang membelakangi.•••••••
"A-apa? Aku harus menghandle kantor lain? Kenapa harus aku?"
"Karena aku yakin padamu, nak. Kau pasti bisa mengisi kekosongan sementara sampai ada direktur utama yang baru untuk di tempatkan di kantor itu."
"Tapi bagaimana pekerjaanku di kantorku sekarang a-ayah?"
"Aku akan turun kembali dan menghandle pekerjaanmu untuk sementara."
"Baiklah, kapan aku harus pergi kesana ayah?"
"Dua hari lagi, Jung."
"Baiklah, kalau begitu aku tutup teleponnya."
Sedikit percakapan yang dilakukan oleh Jungkook dan Pak Ahn, ayah mertuanya. Tepat dua hari lagi, Jungkook harus pergi ke kantor cabang Busan. Karena direktur utama disana mengundurkan diri secara mendadak. Sehingga posisi tersebut mengalami kekosongan. Dan Jungkooklah yang dipercaya untuk menghandle sementara.
TBC
Jungkook nakal!
Siapa yg kangen Jisoo?
Apakah Jungkook dan Jisoo akan bertemu kembali?
Jangan lupa vote dan komen yah gaes
Tengkyuuu💜💜💜💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost in lust [M]
Fanfiction[COMPLETED] Dalam hidupnya, baru kali ini Jungkook dihadapkan dengan pilihan yang sangat sulit. Perasaannya seolah diobrak abrik. Takdir dengan seenaknya menertawakan kehidupan seorang Jeon Jungkook.