"Kau baik-baik saja?" Tanya pria dengan stelan serba hitam itu. Duduk di kursi kemudi sambil menatap entitas gadis mungil yang berada di sampingnya. "Aku ingin pergi dari sini secepatnya, Tae." Gadis itu menatap manik elang milik sang pria yang dibalas dengan anggukan kepala.
"Tae, terimakasih karena telah menjadi sahabat terbaikku. Kau tahu? Aku benar-benar beruntung karena memilikimu." Ujar Jisoo dengan wajah yang sendu. Taehyung kemudian menyunggingkan senyum di bibirnya. "Hey, apapun itu untuk sahabatku. Kau ingat perkataanku? Apapun pilihanmu, asalkan kau bahagia." Ujar Taehyung sambil mengelus pucuk kepala Jisoo.
"Dan satu lagi, jangan pernah melakukan hal yang bodoh lagi. Jangan mencoba bunuh diri, Jisoo. Kumohon, masih banyak pria diluar sana yang pantas memilikimu." Taehyung menatap Jisoo penuh harap. Tatapan yang teduh. Membuat sang lawan bicara terhanyut kedalam pesona Taehyung.
"Baiklah, aku tidak akan melakukan hal bodoh seperti itu lagi. Kau juga harus bahagia, Tae. Bagaimana hubunganmu dengan Taera?" Tanya Jisoo dengan hati-hati. "Ya, begitulah. Aku tidak bisa menghilangkan rasa cintaku padanya. Terlalu sulit. Aku memang gila." Taehyung mengakhiri kalimatnya dengan senyum asimetris.
"Mau minum dulu?" Tanya Jisoo sambil menatap Taehyung. Wajah lelaki itu kini terlihat sendu. Taehyung kemudian menganggukkan kepalanya, memacu mobilnya dengan kencang.
Keduanya sampai di sebuah kedai. Memesan beberapa botol soju dan juga makanan. Taehyung memiliki toleransi kadar alkohol yang sangat rendah. Tidak bisa minum terlalu banyak, sama seperti Jisoo. Dan kini lelaki Kim itu benar-benar mabuk.
Meracau tidak jelas. Membicarakan perihal hubungannya dengan sang adik, Kim Taera. Dari sanalah Jisoo tahu bahwa beban hidup seorang Kim Taehyung sama berat dengan dirinya, atau bahkan lebih berat.
Kendati kedua orangtuanya tidak mengetahui tentang kisah cinta kedua anaknya. Jika rahasia tersebut sampai terbongkar, entah apa yang akan terjadi pada kedua kakak beradik itu.
Jisoo yang masih memiliki cukup kesadaran, mau tidak mau mengambil alih kemudi setelah acara minum selesai. Menjalankan mobil dengan kecepatan rendah. Taehyung hanya tertidur di kursi yang ada di samping Jisoo. Sesekali bibir tipis itu memanggil nama Taera.
Memang tidak bisa dipungkiri, setiap orang yang sedang dimabuk asmara pasti akan dibutakan segalanya.
Jisoo berharap untuk kedepannya semua orang bisa bahagia. Baik dirinya, atau siapapun. Setiap orang berhak bahagia.
Jika mencintai Jungkook adalah sebuah kesalahan. Maka biarlah hal itu menjadi kesalahan terindah dalam hidupnya. Tidak ada yang perlu disesali. Semua yang terjadi biarlah berlalu.
Jisoo hanya tinggal menatap masa depannya. Memperbaiki dirinya, agar bisa melanjutkan hidup dengan tenang.
Atau bahkan Jisoo akan mulai mengenyampingkan masalah percintaannya. Dia akan lebih fokus pada karirnya. Lebih memprioritaskan cintanya pada diri sendiri.
Berharap pertemuannya dengan Jungkook tadi menjadi yang terakhir kalinya. Entah seberapa besar cinta yang Jisoo miliki terhadap Jungkook, tapi lelaki itu punya daya pikat tersendiri.
Seberapa kuat Jisoo mencoba melupakannya, jika lelaki itu hadir kembali di hadapan Jisoo maka pertahanannya akan runtuh seketika.
Maka dari itu, Jisoo tidak ingin bertemu lagi dengan lelaki itu.
Biarlah mereka berdua bahagia dengan jalan masing-masing. Jisoo harus membuang jauh-jauh rasa cintanya pada lelaki Jeon itu.
Suara ponsel berbunyi. Menandakan ada sebuah pesan masuk pada ponsel yang diyakini adalah milik Jisoo.
Napasnya tercekat kala menatap nama yang muncul disana. Segera gadis itu menepikan mobil yang sedang ia kemudikan. Matanya berkaca-kaca, pandangannya mendadak buram ketika membaca pesan yang tertera pada layar ponselnya.
Jeon Jungkook
Apapun yang terjadi, aku ingin dirimu bahagia. Tapi penyesalan adalah bagian dari manusia. Pada akhirnya aku hanyalah manusia biasa. Berbahagialah. Biar kuminta Tuhan untuk menuntun langkahmu. Mempertemukanmu pada seseorang yang setidaknya jauh lebih layak daripada aku.
Hingga setetes air bening mengalir begitu saja di pipi mulus Jisoo. Gadis itu memukul stir dengan kuat.
"Kau memang bodoh. Kau bodoh Jeon Jungkook!"
"Aku membencimu!"
"Aku membencimu!"
"Aku mencintaimu.."
"Kumohon berhenti jadi lelaki bodoh. Kumohon.."
Jisoo berteriak, entah pada siapa. Disana hanya ada dirinya dan juga Taehyung yang sedang tidak sadarkan diri karena mabuk.
Hingga tangisannya pecah. Jisoo tidak bisa membendung lagi sakit yang selama ini dia tahan.
Jarinya kemudian menekan tulisan 'blokir' pada nomor telepon Jungkook.
"Kurasa sudah saatnya kita tidak saling menghubungi lagi. Hanya ini satu-satunya cara agar kita tidak berhubungan lagi. Kuharap kau bisa belajar dari kesalahan masa lalumu, Jung. Tentu, kenyataan aku masih terlalu mencintaimu adalah hal yang tidak bisa kubendung. Namun ada kalanya kita harus sama-sama mengerti, bahwa melanjutkan kisah yang tak seharusnya dimulai selalu memiliki resiko yang tinggi."
Jisoo harus melupakan semua tentang Jungkook. Apapun yang menyangkut tentang lelaki Jeon itu harus ia musnahkan. Segalanya.
Dan pada kalimat terakhirnya, Jisoo harus rela mengikhlaskan Jungkook. Sekaligus berterimakasih telah menjadi singgah paling indah yang pernah dialami dalam hidup. Walaupun akhirnya menyakitkan.
END
💜💜💜💜💜💜💜💜💜
Terimakasih buat kalian yang udah mengikuti ceritaku sampai akhir
Huhu pada akhirnya aku buat sad ending
Maaf kalau misalnya ada yg kurang suka sama endingnya
Tapi menurutku ini adalah keputusan yang tepat
Bahwa laki-laki yang egois dan serakah harus diberi hukuman yang setimpal
Tidak bisa memiliki keduanya adalah ganjaran yang pas untuk seseorang yg berkarakter seperti Jeon Jungkook
Agar jadi pelajaran untuk kedepannya, bahwa perasaan itu tidak bisa dibagi menjadi dua apalagi lebih
Apalagi Jisoo, aku ga mau kalau dia melanjutkan hubungannya sama Jungkook
Karena akan menjadi beban tersendiri nantinya, karena sifat Jungkook yang seperti itu
Terimakasih buat supportnya selama ini
Love u all💜🖤💖
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost in lust [M]
Fanfiction[COMPLETED] Dalam hidupnya, baru kali ini Jungkook dihadapkan dengan pilihan yang sangat sulit. Perasaannya seolah diobrak abrik. Takdir dengan seenaknya menertawakan kehidupan seorang Jeon Jungkook.