|2|

235 34 5
                                    

Seoul 2013

Bunga sakura mulai bermekaran. Burung-burung mulai ramai berterbangan lagi di langit setelah kembali dari musim dingin, dan juga mulai banyak di gelar festival-festival.

Ya, ini adalah musim semi serta awal atau mulai nya semester pertama bagi para pelajar di Korea Selatan.

ㅡㅡㅡ

AnYang art high school, salah satu sekolah SMA favorit di Korea Selatan. Sekolahnya yang elit, gedung nya yang bagus, dan juga fasilitas nya yang lengkap dan memadai.

Tetapi, tidak semua orang bisa masuk ke sekolah itu. Hanya orang-orang yang mampu, terpilih dan beruntung lah yang bisa masuk ke sekolah tersebut.

Mampu dalam artian mereka yang mampu dalam segala hal, yaitu kaya dan ber otak pintar pasti masuk sekolah itu tanpa kesulitan.

Terpilih yang berarti mereka yang terlahir kaya namun tidak terlalu pintar pasti terpilih masuk sekolah tersebut, karena mereka bisa menggunakan uang yang mereka miliki untuk masuk ke sekolah itu walau hanya yang mereka inginkan hanyalah popularitas semata.

Dan yang terakhir beruntung. Orang yang sederhana, tidak kaya, dan tidak memiliki koneksi, sangat beruntung bila bisa masuk ke sekolah tersebut. Karena orang itu benar-benar menggunakan otak mereka untuk belajar agar bisa mendapatkan beasiswa untuk masuk ke sekolah tersebut.

Salah satu murid yang beruntung itu adalah Jung Eunso.

ㅡㅡㅡ

Bel istirahat pun berbunyi, para murid mulai meninggalkan kelas untuk sekedar ke kantin, taman, pacaran, atau bahkan yang ingin membolos sekolah.

Namun ada seorang gadis yang masih mencatat sesuatu di kelas sendirian sementara yang lain sudah sibuk dengan kegiatan nya yang santai.

ddrrrtt

Ponsel gadis itu bergetar, ia menghentikan kegiatan mencatat nya sebentar untuk melihat pesan yang masuk di ponselnya.

"Cihh." Gadis itu berdecak sehabis melihat pesan yang ada di ponsel nya itu.

Dia kemudian mulai menyimpan bukunya di kolong meja dan mengambil kotak bekal dari tas nya kemudian bergegas keluar dari kelas.

Gadis itu berjalan menyusuri koridor yang sepi dan terus berjalan ke arah sebuah tangga yang mengarah ke rooftop.

Dia kemudian membuka pintu rooftop itu dan melihat seorang namja sedang berdiri melihat pemandangan dari atas rooftop.
Dengan sebal, ia pun memanggil namja tersebut.

"Ya, Park Jimin!!" Teriak gadis itu.

Namja yang bernama Park Jimin pun itu menoleh kebelakang sambil tersenyum melihat gadis yang memanggilnya tadi.

"Aigo, kenapa kamu berteriak? Yeogie Eunso-ah!" Sahut Jimin kepada gadis yang tak lain adalah Eunso.

Eunso pun mulai berjalan kearah Jimin masih dengan raut wajah yang kesal. Jimin pun yang melihatnya hanya tersenyum.

"Ya Park Jimin ssi, kau tau? Kau telah menggangguku mencatat materi penting dari Namjoon ssaem hanya untuk membawakan bekal ini untuk mu. Kau kan kaya, kau bisa membeli makanan di kantin kenapa kau selalu meminta ku untuk memasak dan membawakan bekal untuk mu. Dan juga seharusnya kau yang mengambil bekal ini karena kau yang akan memakan nya kenapa kau menyuruhku kemari untuk membawakannya. Aishhh dasarr." Oceh Eunso panjang lebar.

Jimin duduk dan membuka kotak bekal yang dibawakan Eunso tadi.

"Makanan di kantin belum terjamin kesehatan dan kelezatan nya, lebih baik aku memakan masakan mu yang sudah terjamin dan enak. Lagipula aku sedang berhemat." Jawab Jimin sambil makan dengan lahap menanggapi semua celotehan yang di dengarnya dari Eunso tadi.

"Arayo masakan ku memang enak, tapi berhemat? Cihh." Tanggap Eunso sambil duduk disebelah Jimin.

"Wae? Memang benar aku sedang berhemat. Aku harus mengumpulkan uang untuk menikahimu dan untuk masa depan kita chagiya." Canda jimin.

"Jimin-ah, kau mau mati?"

"Chagiya kalau aku mati sekarang, kau akan menjadi perawan tua nanti. Dan kalau aku mati saat kita sudah menikah, kau akan menjadi janda. Jadi tentu saja aku tidak boleh mati."

"Ya, Jimin-ah geumanhae!" Teriak Eunso yang sudah tidak tahan dengan candaan Jimin.

Park Jimin memang tidak pernah berubah dari pertama kali mereka kenal. Dia lucu, humoris, senang menjahili Eunso, senang membuat Eunso kesal. Tetapi selalu melindungi Eunso.

"Hahahah araseo, kau tidak mau makan?"

"Aniya, aku sedang diet."

"Ya, kau mau sekurus apalagi hah? Jangan mengada-ada makanlah!" Kesal Jimin sambil menyendokan nasi ke mulut Eunso.

"Aishh." Akhirnya Eunso pun membuka mulut dan memakan nya.

Tak lama setelah mereka berdua telah menghabiskan makanannya, bel masuk pun berbunyi pertanda bahwa jam istirahat telah usai.

"Kajja kita turun." Lalu mereka pun turun bersama.

Saat mereka berjalan bersama menyusuri koridor menuju ke kelas mereka masing-masing, banyak pasang mata wanita yang melihat kearah Jimin dengan tatapan penuh ketakjuban, mengagumi, bahkan rasa ingin memiliki.

Lain hal nya dengan Jimin, para wanita itu justru menatap Eunso dengan tatapan membunuh, seolah-olah Eunso telah merebut pangeran di sekolah itu dan tidak menyadari siapa dirinya yang berani dekat dengan Jimin.

Eunso yang mengetahui hal itu hanya terus berjalan sambil menunduk tetapi lebih cepat sehingga mendahului Jimin.

Jimin yang tau kenapa Eunso seperti itu langsung menyamakan jalan nya dengan Eunso kemudian menarik tangan Eunso. Keduanya pun berhenti tepat di depan kelas Eunso.

"Kenapa kau berjalan seperti itu dan meninggalkan ku?" Tanya Jimin seakan-akan ia tidak menyadari hal tadi.

"Kau masih bertanya juga? Kau lihat mereka menatapmu seakan kau adalah seorang pangeran yang memesona. Berbeda dengan ku, para yeoja itu melihat ku seakan-akan aku telah merebut pangeran mereka dan mereka akan membunuh ku saat aku berjalan di samping mu." Oceh Eunso lagi.

"Aku rasa hari ini kau lebih banyak mengoceh daripada biasanya." Tanggapan Jimin yang membuat Eunso kesal.

"Aishh."

"Lagipula tenang saja, aku akan melindungi dan menjaga mu selagi kau masih dalam pengawasan ku. Kalaupun ada yang macam-macam denganmu, akan ku pastikan umurnya tidak akan panjang." Ucap Jimin sambil mengelus rambut Eunso.

Eunso menatap mata Jimin seakan terperangah dengan ucapan Jimin tadi.

Ini bukan pertama kalinya Jimin berbicara seperti itu, tetapi kenapa Eunso masih saja selalu terkejut saat Jimin berbicara seperti itu.

Memang benar, Jimin selalu melindungi Eunso bila ada seseorang yang macam-macam dengan nya.

Tetapi jika di perhatikan, Jimin makin terlihat manly atau yang biasa dibilang boyfriend able karena melakukan hal itu.

Eunso pun menyadarkan lamunan nya itu dan menyadarkan dirinya bahwa dia dan Jimin hanya berteman, hanya berteman, HANYA BERTEMANN.

"Nee, arayo." Jawab Eunso.

"Yasudah sana masuk kelas. Aku akan ke kelas ku juga, annyeong." Ucap Jimin sambil tersenyum menjauh dari kelas Eunso.

Eunso yang melihat Jimin mulai menjauh langsung masuk ke dalam kelas karena sebentar lagi guru akan masuk untuk melanjutkan pelajaran.

ㅡㅡㅡ

annyeong :)
otthe? masih ngebosenin ya cerita nya?
belum masuk klimaks, masih awal jadi adem-adem dulu, tapi tetep baca and enjoy ya story nya. heheh

jangan lupa vote dan komen nya ya :)
Love You chingupa💜

EuphoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang