HAPPY READING 📖
------------------------------------------------Zach berlari tergesa-gesa. Suara tangisan Selena benar-benar mengganggu. Tidak di telinganya, tapi juga di kepala. Keluar dari mobil tanpa menguncinya kembali, ia langsung beranjak ke kamar Selena, mendapati adiknya berbaring telungkup dan masih menangis.
"Hey, Sel. What's going on?" Ia mendekat lalu duduk di tepi ranjang. Ia tak bisa terus membiarkan Selena menangis. Rasanya tersiksa dan ia tidak bisa membiarkan siksaan ini terus berkembang.
Selena yang mendengar suara Zach, terkesiap dan berhambur ke tubuh Zach. Ia menangis meraung-raung di dalam tubuh itu. Elusan di rambutnya semakin memancing kesedihan. Hanya Zach yang mengerti keinginannya. Hanya Zach yang tahu kesedihannya. Ia beruntung memiliki Zach sebagai kakak. Zach bisa menjadi figur orang tua dan seorang kakak sekaligus.
"Zach ...." Isakan Selena semakin menggoreskan luka. Zach tidak menyukai ini. Sekeras mungkin ia menghentikan tangisan itu agar tidak semakin menyayat hati.
"Sst, tenanglah, Sel. Hentikan tangisanmu lalu ceritakan apa yang terjadi. Kau tahu, kan, aku tidak suka kau menangis." Berkali-kali Zach mengecup rambut Selena. Ia berusaha menghentikan tangisan itu yang tidak ada jalur menuju reda.
"Aku tidak bisa, Zach! Aku ingin ikut bersamamu agar aku tidak mendengar mereka bertengkar lagi! Aku ingin ikut ke sekolah bersamamu agar kau selalu bersamaku. Di rumah, aku selalu merasa bosan dan banyak larangan karena Mom dan Dad bekerja! Aku ingin ikut kau, Zach!" Selena mengadu. Kepalanya masih ia sembunyikan di dada Zach. "Lalu mereka akan kembali bertengkar. Aku tidak mau mendengar mereka bertengkar lagi, Zach. Aku tidak mau ...."
Rahang Zach mengetat. Sorot matanya menajam, namun elusan di rambut Selena masih melembut. Lagi-lagi mereka yang menjadi penyebab Selena menangis. Lagi-lagi mereka yang membuat kekacauan tak tentu arah ini.
"Apa yang Dad lakukan padamu? Dia melukaimu?" Selena menggeleng.
"Dad merusakkan speaker-ku! Lihat!" Selena menunjuk speaker yang telah hancur. "Aku takut Daddy marah seperti tadi, Zach." Tangisan Selena benar-benar mengorek hatinya. Bagaimana bisa ia membiarkan Selena terus menangis yang dicampur ketakutan? Ia mendengar setiap getaran yang Selena ucapkan. Pelukan di lehernya juga semakin erat.
"Kenapa dia merusak speaker-mu?" tanya Zach mulai berapi-api. Ia masih berusaha menekan emosinya agar tidak segera berteriak. Ia tahu apa alasan ayahnya melakukan itu, tapi ia tidak suka cara ayahnya membanting speaker hingga Selena menangis terisak-isak. Dalam situasi begini pasti ada kata-kata pedas yang terlontar dari mulut ayahnya.
"Karena aku membuka musik dengan volume yang besar seperti yang kau bilang waktu itu. Dia tiba-tiba masuk dan marah-marah lalu membanting speaker-nya. Aku sangat takut, Zach. Aku takut melihat wajahnya yang memerah dan marah. Ibu juga sepertinya masih berada di kamar dan mereka sepertinya kembali bertengkar hebat."
Zach mengepalkan kedua tangan. Ini tidak bisa dibiarkan. Mereka berdua sudah terlalu berlebihan. Selena menjadi korban dari kelakuan mereka dan ia tidak mau pengaruh buruk masuk ke otak Selena yang masih dalam masa perkembangan.
"Tutup telingamu. Aku harus memberikan mereka pelajaran agar tidak melakukannya berlebihan. Mereka sudah keterlaluan." Zach mengecup sekilas kening Selena dan beranjak keluar dari kamar. Dengan langkah tergesa-gesa ia memasuki kamar mereka dan masih mendapati mereka berdebat.
"Stop, Dad, Mom! Kalian sangat memalukan! Sudah berkali-kali aku bilang jangan bertengkar! Dan kau, Dad! Kau membanting speaker Selena hanya karena dia membuka volume yang terlalu besar? Kau tak bisa berpikir dia sudah tertekan dengan sikap kalian yang berlebihan? Cukup aku yang menjadi korban dan jangan Selena! Dia masih anak-anak dan butuh kasih sayang! Biarkan aku yang mengalami ini, jangan Selena! Sudah kukatakan jangan Selena yang menjadi korban!" sambar Zach di depan pintu. Emosinya semakin menggebu-gebu dan perlu dituntaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silver Lining ✅
Teen FictionPertama kali publish : 24 April 2020 [PRIVATE ACAK] . Masuk ke sekolah barunya di Igleas High School, salah satu sekolah terfavorit di New York, Amerika serikat, Kylie Minoque, gadis pendiam dan berperawakan sederhana mendapat bencana di hari pertam...