Chapter - 16. Try To Know Me?

1.2K 165 0
                                    

HAPPY READING 📖

-----------------------------------------

Zach dan Andreas tengah bersiap-siap di kamar Charlie. Mereka bertiga memang sering belakangan jika menghadiri acara. Tapi entah mengapa hari ini Charlie yang duluan dan malah ingin memberikan sendiri topeng yang telah mereka siapkan ke beberapa anak sekolah.

"Kau tidak ada niat untuk mengerjai Kylie nanti, Zach?" Andreas menyisir rambutnya agar terlihat sedikit berantakan. Pakaian yang dikenakannya juga terlihat menggoda. Kemeja bermotif plaid yang dipadukan celana denim dengan warna yang sama seperti sepatu kets. Lengannya ia gulung sekali hingga sebatas siku.

"Ah, aku malas berpikir. Mungkin nanti ide untuk mengerjai Kylie baru muncul. Lagi pula dia tidak akan datang. Perihal sampah itu pasti dia masih sakit hati dan Tory juga pasti tidak akan ikut. Mereka, kan, sama-sama cupu." Zach menyemprotkan parfum ke leher dan dalam sikunya. Tidak seperti Andreas, ia hanya memakai pakaian casual berleher v berwarna abu-abu dan celana denim hitam beserta sneakers.

"Hahaha! You're right!" Andreas mengambil anting kecil berwarna perak lalu memasangkannya ke cuping telinga kiri. Ia menggunakannya hanya satu sebagai penambah style malam ini. "Charlie sepertinya tak akan naik lagi. Dia pasti sudah sibuk mencari mangsa di bawah."

Zach tertawa dan ikut memasang sebelah anting di cuping telinga kanan. "Kalau begitu, kita juga harus bersenang-senang. Sudah lama aku tak bermain dengan para pelacur itu!"

Andreas bersiul dan ketika keduanya selesai, ia berucap, "C'mon, kita cari mangsa dan taklukan mereka malam ini!"

Kekehan Zach menjadi akhir dari perbincangan mereka. Keduanya mengambil topeng yang tergeletak khusus untuk mereka di atas meja dan mulai turun untuk mengikuti acara besar yang telah menunggu.

***

Musik DJ Martin Garrix yang diputar oleh Wilbert Tan, salah satu siswa yang ahli dalam musik, mampu membuat siapa pun yang mendengar hasil remake-nya, menggerakkan badan. Ditambahkannya bass agar semakin membuat degupan jantung semakin kencang. Tak berlebihan, hanya membuat suasana semakin keruh dengan musiknya.

Dering ponsel di saku celana Zach membuyarkan lamunannya untuk mencari sosok yang ingin ia lihat. Kalau bukan Kylie siapa lagi?

Ia mengambilnya lalu melihat nama Charlie tertera di sana.

"Ya?" jawabnya setengah berteriak. Kebisingan di sini cukup mengganggu untuk berkomunikasi.

"Kalian di mana?"

"Di dekat tangga. Kau ke sinilah."

"Oke-oke!" Charlie yang berada di pintu masuk, memberikan sebagian topeng di tangannya ke salah satu siswa yang membantu membagikan topeng. Ia tahu Zach pasti tengah mencari sosok Kylie.

Kakinya melangkah masuk mencari Zach dan Andreas. Saat matanya sudah menangkap keberadaan mereka, ia melangkah cepat dan tersenyum sumringah.

"Wah, menjadi master acara, huh?" Andreas memutar bola mata, sedangkan Zach tertawa lebar.

"Hahaha! Shut up, dude! Kau sendiri ke mana saja? Pergi mencari mangsa?"

"Jelas!" Keduanya tertawa lalu Charlie tiba-tiba merangkul Zach. "Kau mau lihat penampilan Kylie malam ini?"

"Dia datang?" Zach memundurkan sedikit wajahnya dengan alis berkerut.

Charlie menyunggikan senyum misterius lalu kepalanya tampak mencari sosok yang dibincangkan dan ....

"Itu dia!"

Zach mengikuti arah pandang jari telunjuk Charlie yang menunjuk ke salah satu stan makanan.

"Yang menggunakan dress putih bunga-bunga?" tebak Zach. Matanya terus mengamati gadis bergaun putih dengan motif bunga-bunga kecil berwarna pink dan rambut panjang yang digelombang di bagian bawah. Kalau benar itu Kylie, ia akui ia menyukai penampilannya yang begitu daripada penampilan sederhana seperti di sekolah. Rambut yang terus-menerus diikat, pakaian kaos yang entah berasal dari dunia mana, intinya sangat sederhana. Bukannya tidak suka tapi kesan feminimnya sangat kurang.

"Right! Kalau dress maroon itu Tory! See, they're coming!" Charlie begitu antusias. Apalagi masih terekam jelas di ingatannya penampilan Tory malam ini. Ia sangat tidak sabar menjalankan aksinya!

Keduanya bersitatap lalu mengangguk-anggukan kepala, mengerti dengan maksud yang tidak dijabarkan.

"Uh, kau sangat pintar! Aku bangga padamu!" Zach terkekeh sembari menepuk bahu Charlie. "Ingin menganggu mereka?"

"Ah, tidak. Kasihan. Mereka sangat cantik malam ini jadi aku tak tega mengganggu mereka!" Dengan senyum mengejek, Charlie terus menatapi Tory yang tertawa lebar bersama Kylie di stan kue-kue. Mungkin raganya berada di sini, tapi pikirannya tidak. Ia mencari cara agar Tory tidak mengenalnya dan dengan mudah ia mendekati selayaknya pria menyukai seorang gadis. Juga tidak menimbulkan kecurigaan teman-temannya. "Apa topeng ini membuatku tidak dapat dikenali?"

Zach mengangguk dan segera pergi tanpa mengatakan sepatah kata lagi. Kedua temannya ia tinggalkan. Ia ingin melihat dari dekat bagaimana penampilan Kylie. Hati kecilnya berharap bahwa apa yang diekpetasikan, sesuai dengan kenyataan. Ia menyeringai tatkala ia sudah hampir dekat dengan jarak gadis itu. Ia juga yakin kedua gadis itu tak bisa mengenalnya karena topeng yang ia kenakan menutupi bagian hidung sampai ke atas kecuali mata dan bibir. Jika memang Kylie jeli ia siapa, pasti akan tahu.

"Hey, girls!" sapanya sok akrab. Padahal dalam hati melonjak kaget ketika Kylie membalikkan badan.

"Ya?" Saat membalikkan badan, Kylie terkejut mendapati sosok ini di depannya. Untuk sementara bola matanya masih menjelajah siapa yang tengah menyapa mereka.

"Kylie, aku ingin pergi mencari kue cokelat di sana," pamit Tory tanpa mendengar tetek bengek Kylie. Dari pakaian itu, ia tahu siapa yang tengah menyapa mereka. Zach Igleas. Ia pernah melihat Zach menggunakan pakaian itu ke sekolah, namun tidak sering. Ia sengaja pergi meninggalkan Kylie berdua dengan Zach karena salah satu alasannya ia sama sekali tak mau berurusan dengan Zach. Bukan maksudnya membuat Kylie dalam masalah, ia yakin Kylie tidak akan mengenal siapa di balik topeng itu.

Kylie meratapi kepergian Tory yang mendadak. Tega sekali gadis itu meninggalkannya sendiri. Bersama pemuda ini pula.

Ia mengalihkan kembali perhatiannya pada pemuda yang tepat berada di hadapan. Matanya terus menjelajah, mencari celah siapa sosok ini. Dari bentuk bibirnya sangat tidak asing.

"Kenapa? Mencoba mengenaliku?" Alis Kylie masih mengernyit. Tak lama kemudian matanya membulat.

"Zach?"

.

.

.

TO BE CONTINUED

Silver Lining ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang