Ini cerita pertama Zoe di Teen Fiction. Semoga suka 😁 Oh, iya. Ini ceritanya udah tamat. Cuma mau direvisi dulu, yups!
HAPPY READING 📖
--------------------------------------
Jenjang akhir dari Senior High School telah dimulai. Inilah saatnya siswa-siswi memasuki jenjang lebih lanjut untuk masuk ke perkuliahan. Awal menuju dunia kerja.
Kylie Minoque, dengan rambut hitam dikuncir kuda. mulai ke sekolah baru dan ternyata tidak sesuai dengan apa yang dipikirkannya. Ia kurang menyukai sekolah ini. Entah karena apa ibunya memasukkannya ke tempat begini. Bukan karena sekolahnya tidak bagus, melainkan ia risih melihat anak-anak yang hanya di sekelilingnya bermain-main tidak jelas. Para perempuan bersolek di mana-mana, para lelaki sibuk dengan permainan entah apa namanya, ia pun tak peduli. See, sepanjang lorong sekolah, ia menemukan sesuatu yang kurang pantas dilakukan. Pendengarannya pun terasa risih karena perbincangan kotor dari berbagai mulut.
Ia menghela napas tipis. Bagaimana bisa sekolah ini menjadi sekolah terbaik? Ia rasa semua sebutan itu harus dilepas. Menurutnya sekolah ini biasa saja. Menarik karena banyak fasilitas. Kalau untuk sisi akademik, ia yakin anak-anak di sini hanya tahunya bermain.
Ia memasukkan bukunya ke loker setelah selesai pembelajaran. Demi apa, anak-anak di kelasnya tidak tahu sopan santun. Ia tahu di sini ia tidak akan memiliki teman. Semua temannya lebih banyak berada di dunia maya. Lagi pula, ia merasa tidak cocok dengan para perempuan di kelasnya. Lebih mengutamakan penampilan dibandingkan otak.
Ditutupnya pintu loker dan terkejut mendapati satu orang lelaki bersandar di samping kanan loker. Pupil matanya melebar dan tatapannya teralihkan pada dua orang di belakang lelaki itu. Alisnya menyatu, bingung dengan kedatangan tiba-tiba mereka.
"Hey, girl. Who are you?" Nada genit lelaki itu merusak pendengarannya. Ia hanya memberikan wajah datar tanpa menjawab. Sama sekali tidak memedulikan senyum menggodanya.
"Sombong, huh?" Sialan! Pria ini terlalu banyak bicara. Ia tidak suka.
"Kau tidak tahu siapa aku, Nona? Atau harus kuberitahu di telingamu agar kau menjaga sopan santunmu di depanku?" Kylie tetap tak peduli hingga gebrakan di lokernya terdengar. Ia terkejut dan menatap pemuda ini dengan alis berkerut.
"Kau kenapa?" tanya Kylie sinis. Ia tak suka dengan pria ini. Sangat. Terlalu arogan dan banyak omong. Ia yakin attitude-nya sangat buruk. Lihat saja sekarang, ia belum mengenalnya saja sudah diperlakukan begini.
"Kalau orang bertanya, kau harus jawab. Sepertinya kau harus diberi pelajaran agar tidak mendongakkan kepalamu terlalu tinggi, Nona."
"See my face," tunjuk Kylie tepat di wajahnya sendiri. "Do I look care about you? No!" Kylie pergi, sedangkan pemuda itu mengetatkan rahang. Masa bodoh dengannya. Siapa dia? Baru bertemu saja sudah sombong begitu. Seharusnya lelaki itu yang sadar siapa yang mendongakkan kepala terlalu tinggi. Cih, dasar ayam!
"Kau direndahkan oleh anak baru, Zach?" Ejekan temannya membuat ia semakin marah. Ia harus memberikan pelajaran pada gadis itu agar tidak melawannya. Ia tidak suka dilawan. Dan gadis itu menang karena sudah terlalu lancang menjatuhkan harga dirinya.
Zachary Igleas, siapa yang tidak kenal pemuda ini? Lelaki yang suka membully siapa pun tanpa pandang bulu. Pemalas, banyak tingkah, namun sialnya tampan. Playboy dan ditambah gelar fuckboy. Ia bisa memutuskan gadis mana pun yang telah menjadi kekasihnya dalam sekali kedip. Tidak ada perlawanan dan dengan mudahnya ia menjalin kasih. Koneksi di mana-mana hingga dengan mudah ia mengancam agar tidak membuat masalah dengannya.
Sekarang? Ia dipermalukan oleh anak baru yang ia kira bisa diperalat? Sial. Ia akan menginjak wajah gadis itu sampai hancur dan mempermalukannya agar gadis itu mengerti di posisi mana gadis itu berada.
"Siapa namanya?" Zach melirik sinis Charlie—temannya yang mengejeknya tadi.
"Dia tadi sekelas denganku. Kalau tidak salah namanya Kylie Minoque. I don't know well her name. Tadi aku tidur." Zach tak menanggapi dm langsung pergi diikuti kedua temannya, Charlie Brown dan Andreas Philips.
***
Di kelas, sama sekali Kylie merasa tak nyaman. Terlalu gaduh. Walaupun ia akan ke kelas yang berbeda, tetap saja ia tidak nyaman. Tadi di kelas ekonomi, muridnya sudah hampir menembus 40 orang. Sekarang? Ah, ia tidak tahu. Malas menghitung. Di kelas sejarah Amerika ini, ia hanya memperkirakan hanya 35 orang yang mengikuti dan sisanya kabur. Sayangnya, ia tidak peduli. Ia di sini hanya untuk belajar lalu mendapatkan ijazah kelulusan, kerja, dan bahagia. Selebihnya ia masa bodoh.
Ia mengambil ponsel dan memasangkan handsfree di telinganya. Sembari menunggu guru datang, lebih baik ia menyembunyikan wajahnya di antara lengan dan menikmati alunan musik yang menggema di kepala daripada mendengarkan ocehan-ocehan mereka.
Belum semenit ia menikmati musiknya, punggungnya ditepuk hingga ia harus melihat si pengganggu. Sial! Kenapa ia harus berhadapan lagi dengan sosok anak menyebalkan yang baru saja menganggunya di loker? Argh! Ia ingin meninju anak ini. Kenapa tidak bisa membuatnya tenang? Ia baru saja ke sekolah ini dan pertama kali menginjakkan kaki malah terkena masalah. Apakah hari ini hari sial?
"Di sini kau rupanya." Ia mendongak sebentar lalu menelungkupkan kepalanya kembali di antara lengan tangannya. Sumpah, ia malas berdebat hari ini. Suasana hatinya sangat buruk.
Tarikan di rambutnya sontak membuatnya terkejut. Apa-apaan ini! Ia tidak mencari masalah kenapa mereka mengganggunya?
Ia memberikan tatapan jijik untuk lelaki yang telah berani menyentuh rambutnya. Begitu kasar pula. "Apa-apaan kau, hah?!"
"Jangan bermain api denganku, Nona Minoque! Aku tidak suka apa yang kuinginkan tidak kudapatkan. Kau harus tahu itu!" Demi apa, ia sama sekali tak habis pikir dengan tingkah kekanak-kanakan pria ini. Sama sekali tak habis pikir! Kenapa tingkahnya seperti anak-anak? Sangat labil bahkan berani mengancam orang yang jelas-jelas tidak bersalah.
Ia melepaskan handsfree-nya lalu berdiri dan menatap Zach menantang. "Kau pikir kau siapa? Aku sama sekali tidak mengenalmu, tolong jangan ganggu aku!" Ia meraih tangan lelaki itu untuk melepaskan tarikan yang memang tidak kuat di rambutnya. Kalau kuat, ck! Pengecut sekali.
"Kau tidak tahu aku? Harus aku beritahu?" Senyum smirk Zach mulai tampak. Ia mendekatkan bibirnya di telinga gadis ini. "Zachary Igleas. Ingat namaku dan jangan pernah membantah apa yang kukatakan. Kau bisa saja dikeluarkan dari sini tanpa ampun. Bukan kepala terdongak yang kau lakukan, malah kepala menunduk dan penuh malu."
"Kau pengecut, Mr. Igleas! Pengecut dan tetap pengecut!" Kylie berdesis dan mendorong kuat lelaki itu. Ia terkejut karena Zach ternyata seorang anak dari pemilik sekolah ini. Tapi ia Kylie Minoque, mudah untuk mengubah ekspresi agar tidak tertarik dengan semua yang ada pada Zach.
"Kau selalu menentang apa yang kukatakan, Miss. Minoque. Serius, aku sudah berbaik hati untuk membuatmu tetap berada di surga. Namun, ternyata kau malah memilih jalur neraka. Bersiaplah menerima rasa sakitmu!" Zach melepaskan rambut halus Kylie dengan kasar. Tatapannya teralihkan pada kedua temannya. "Ayo, kita siapkan rencana untuk membuat gadis ini jera."
Kepergian mereka menyisakan kejengkelan pada Kylie. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana ia ke depannya. Tapi ia harus ingat tujuannya. Sekolah, sekolah, dan sekolah. Selagi ia masih bersikap masa bodoh, ia yakin lama-kelamaan Zach akan diam dengan sendirinya.
"Dasar gila!" umpatnya. Ia melihat sekeliling yang memerhatikan mereka. Jujur, ia sangat malu. Kelakuan anak itu memang membawa masalah di hari pertamanya. Ia duduk lalu kembali memasangkan handsfree ke telinga. Mengacuhkan beberapa tatapan dan omongan yang merujuk ke arahnya.
.
.
.
TO BE CONTINUED
KAMU SEDANG MEMBACA
Silver Lining ✅
Fiksi RemajaPertama kali publish : 24 April 2020 [PRIVATE ACAK] . Masuk ke sekolah barunya di Igleas High School, salah satu sekolah terfavorit di New York, Amerika serikat, Kylie Minoque, gadis pendiam dan berperawakan sederhana mendapat bencana di hari pertam...