Chapter - 6. Another Side of Zach

1.5K 200 14
                                    

HAPPY READING 📖

------------------------------------

Kembali ke rutinitas semula setelah pembelajaran berakhir, Kylie berjalan keluar sekolah dan menikmati angin sore. Bahkan matahari tidak lagi mengeluarkan sinarnya yang menyengat.

Ia bersenandung kecil sembari melangkahkan kaki ke toko roti. Rasanya selalu lega menikmati angin sore apalagi melihat mobil-mobil berlalu-lalang. Ia balas tersenyum saat beberapa orang menyunggingkan senyum. Beginilah ia, berbeda sifat ketika bertemu orang lain di mana pun. Berbeda di sekolah, wajah juteknya begitu tampak hingga ia tidak memiliki teman kecuali Tory.

Sampai di toko roti, Kylie melakukan aktivitasnya seperti biasa, menjadi maskot. Selesai memakai kostu, ia keluar dari ruang ganti dan toko lalu mulai mengambil brosur kemudian membagikannya ke orang-orang sembari bergoyang ria. Terutama bertemu dengan anak kecil.

***

Zach mengendarai porsche merahnya ke toko terdekat untuk membeli speaker. Ya, sesuai dengan apa yang ia katakan pada Selena. Kali ini tanpa teman-temannya. Mereka berdua tengah menyiapkan party di rumah Charlie untuk merayakan hari ketujuh dalam memulai sekolah untuk Sabtu nanti. Biasanya, setiap tahun ia pasti akan membuat party untuk satu sekolah. Tentu di salah satu rumah di antara mereka. Tahun lalu di rumahnya, dan tahun ini Charlie.

Ia juga berniat menemui sosok yang mengganggunya. Entahlah, ia merasa tidak enak tentang perihal kemarin malam.

Matanya mencari maskot Doraemon itu di toko roti langganannya dan mengerutkan dahi. Sepertinya maskot itu tidak ada. Beberapa kali ia menggunakan mata elangnya untuk menemukan sosok maskot itu, namun nihil. Helaan napas menjadi akhir dari pencarian singkatnya hari ini. Mungkin saja maskot itu sedang cuti.

Hampir memasuki porsche-nya, ia tak sengaja melihat bagaimana maskot itu membagikan brosur dan mulai berjalan ke taman. Tanpa membuang waktu, ia menutup kembali pintu mobilnya dan berjalan cepat menghampirinya sebelum ia tidak bisa mengutarakan apa yang ia mau.

Ia gugup. Entahlah, ia hanya gugup saja. Tangannya ia arahkan ke pundak maskot itu untuk menepuknya. Ia memejamkan mata beberapa detik lalu memberanikan diri memanggilnya.

"Hei."

Kylie menoleh ke asal suara yang memanggilnya bahkan ia sempat merasakan ada seseorang yang menepuk pundaknya. Seketika ia membelalakkan mata karena ia tak menyangka Zach berdiri tepat di depannya dengan raut aneh.

Terlihat Zach yang melirik ke selilingnya dan itu tak luput dari mata Kylie di balik kostumnya.

"Hm, maafkan aku. Aku sudah bersikap kasar tadi malam." What? Zach meminta maaf? Hahaha, benarkah? Pantas saja dia melirik ke sana kemari. Ternyata malu.

Tapi satu hal yang ia takjub. Bagaimana bisa manusia seperti Zach mengenal kata maaf?

"Kalau memang sikapku kurang ajar, kau boleh menghukumku. Aku tahu seharusnya aku tidak berkata sekasar itu. Bisa saja aku berkata kasar kepada orang tua atau siapa pun kau dan semakin menambah rasa bersalahku." Kylie terdiam. Tangannya begitu lemas mendengar pengakuan Zach. Sial, ada apa dengan makhluk satu ini? Brosur di tangannya pun terasa tak kuat lagi untuk dipegang. "Aku akan membantumu. Oh, iya, aku jarang melihatmu di sini. Ehm, kapan-kapan aku akan membawa adikku agar dia bermain bersamamu. Sekali lagi maafkan aku." Kylie terpana. Bagaimana bisa seorang Zach bersikap lembut? Bagaimana bisa ada yang dikeluarkan Zach begitu halus bahkan terkesan sopan? Kenapa saat di sekolah keadaannya berbeda? Kenapa? Dan satu lagi, ia terkejut karena Zach ternyata memiliki adik. Dari nada suara Zach, ia sadar bahwa Zach menyayangi adiknya.

Tak ingin berdebat, ia menganggukkan kepala.

"Serius, aku minta maaf. Kemarin aku benar-benar tidak mau diganggu. Berikan brosurmu, aku akan membantu membagikan brosur. Hitung-hitung sebagai permintaan maafku." Ia bahkan tergagap memberikan brosur itu pada Zach. Kenapa sikap Zah berubah dratis? Sialan! Bukan ia mempermasalahkan tindakan baik Zach, hanya saja ia tidak menyangka Zach bisa berkelakuan sopan. Bahkan lelaki ini jarang bersikap sopan dan sering menunjukkan kelakuan nakal. Apa Zach mengetahui bahwa ia yang berada di dalam sini?

"Aku akan membantu." Senyum manis Zach malah membuatnya terpaku. Kenapa bisa begini? Kenapa Zach berubah drastis? Oh, Tuhan! Ia penasaran!

"Sebelum itu." Zach mengulurkan tangan. "I'm Zach." Kerutan di dahi Kylie mulai muncul. Zach? Hanya Zach? Kenapa tidak gunakan nama keluarga?

Kylie membalas tanpa kata. Rasanya malas dan ia juga tidak mau identitasnya terbongkar. Akan jadi apa ia di sekolah jika Zach tahu? Bisa-bisa ia dibully habis-habisan.

"Okay, aku akan membantu membagikan brosurmu. Kau bekerja di toko roti itu?" Kylie mengangguk kaku dan meneguk ludah. Ia seperti melihat Zach dalam versi berbeda.

"Baik, selamat bekerja." Akhir dari percakapan damai mereka, Zach pergi dan mulai membagikan brosur. Ia? Malah masih berdiam diri memerhatikan bagaimana Zach membagikan benda itu sesekali pemuda itu tersenyum manis dan menunjuk toko roti sesuai yang tertera di brosur.

.

.

.

TO BE CONTINUE

Silver Lining ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang