Chapter - 17. I Just Want To Say Thank You

1.2K 156 6
                                    

HAPPY READING 📖

-----------------------------------------

Zach kembali menyeringai tanpa melepaskan topengnya. Ia akan membiarkan ini sesuai alur yang mereka mainkan. Untuk hari ini, melihat Kylie dalam penampilan berbeda, ia tidak berselera untuk mengangggunya apalagi sampai menumpahkan air ke gaun. Segala bentuk perlakuan kasar tidak selera untuk dilakukan kecuali perdebatan.

"Why? Shocked?"

Kylie mundur selangkah, namun sayangnya ia merasakan tangan Zach yang tiba-tiba menyelinap ke belakang punggungnya. Ia merasakan Zach menarik tubuhnya hingga mendekat. Sial, ia merasa canggung dengan situasi ini. Telapak tangan kiri ia letakkan di dada Zach, mengikis jarak di antara mereka agar Zach tidak sesuka hati mempersempit jarak.

"Kuakui kau sangat cantik malam ini, Miss. Minoque," bisik Zach tepat di telinga Kylie. Ia tidak akan munafik untuk memuji. Jika memang itu benar, kenapa harus menyembunyikan pengakuan?

Kylie terpaku. Kue kering yang di tangannya tak dimasukkan ke mulut. Terpikirkan untuk memakannya pun tidak. Ia tak percaya Zach akan memujinya. Bahkan tak terbesit di otaknya Zach akan melakukan hal semacam ini. Ia pikir yang dimaksud Tory mereka tak mengganggu adalah mereka tidak menampakkan diri di hadapan mereka dan menikmati acara mereka sendiri. Nyatanya, Zach berdiri di hadapannya dengan jarak begitu dekat.

"Kau tak memujiku?" Suaranya memelan. Respon Kylie yang membeku dan kaku, rasanya tak sabar untuk ia rilekskan. "Santai, Sayang. Kau seperti melihat hantu saja."

Kylie memutar bola mata dan berniat mendorong tubuh tegap itu, namun Zach telah menangkap kedua tangannya. Bahkan tangan kanan yang memegang kue kering, dikontrol Zach sampai ke depan bibir pemuda itu.

"Aku ingin tahu bagaimana rasanya kau menyuapiku." Kylie memejamkan mata sekilas. Mengumpulkan tenaga untuk menghadapi Zach yang mulai semena-mena. Belum sempat ia berbicara, Zach telah melahap habis kue kering di tangannya. "Enak. Rasanya enak. Bahkan sangat manis. Mungkin karena kau terlihat cantik malam ini."

Kue kering di tangannya sudah habis, maka ini saatnya ia beraksi. Didorongnya kuat tubuh Zach dan tatapan nyalang segera ia berikan walau ia tahu tidak akan mempan.

"Kau gila, ya? Entah setan apa yang merasukimu! Lebih baik cari gadis lain untuk kau goda, bukan aku! Sana pergi! Kau sangat menggangguku, Zach!" Bukannya menurut, Zach malah tertawa sembari menarik pergelangan tangan Kylie. "Fuck! Kau mau membawaku ke mana?"

"Diam saja. Kau terlalu banyak bicara!" Tak membiarkan Kylie memberontak dan lepas dari genggamannya, tekanan di pergelangan tangan Kylie ia tambah. Ia tidak mau mengganggunya, hanya sedikit memberi kejutan.

Kylie mengekori dari belakang. Ia tak suka dipaksa seperti ini. Sayangnya, memberontak pun sulit. Merasakan pergelangan tangannya digenggam kuat, ia mulai pasrah. Membiarkan Zach melakukan apa yang dia mau. Jika kelewat batas, ia tak segan-segan menghancurkan acara mereka. Sadis? Ya, ia tak peduli.

"Aku mengajakmu ke sini karena aku hanya ingin berterima kasih karena kau sudah hadir ke acaraku. Ya, ya memang kelakuanku pada saat itu tidak bisa dimaafkankan. Sayangnya untuk itu aku tidak menyesal. Bahkan sempat terpikir kalau kau dan teman cupumu itu tidak akan datang karena sakit hati." Pernyataan panjang Zach begitu mengejutkan. Apa ia tak salah dengar? Zach berterima kasih karena ia sudah hadir? Shit! Ia merasa dejavu. Sikap Zach mengingatkannya pada sosok berbeda di taman waktu itu. Segala pemikiran tentang Zach mulai terombang-ambing. Pertanyaan di kepalanya bahkan mulai muncul. Sebenarnya kepribadian macam apa yang menggerogoti Zach sehingga dapat berubah sesuka hatinya?

"Jangan besar kepala! Aku ke sini karena ucapan Tory. Kami memiliki harga diri untuk tidak kalian injak dan kalau aku tidak datang, aku tahu apa yang akan terjadi. Kau dan gengmu pasti akan membullyku, mengatakan aku lemah dan penakut. Satu lagi, Tory punya nama dan kau sama sekali tak punya hak menyebutnya begitu!"

"Jelas aku punya bahkan kau dan dia bisa kubeli. Sayangnya aku tidak mau!" Zach melepaskan topengnya. "Kau cukup beruntung hari ini aku tidak mood untuk mengerjaimu seperti kemarin-kemarin. Lagi pula sudah kukatakan kau sangat cantik hari ini. Mungkin itu salah satu alasan otakku tidak sampai terpikirkan untuk merencanakan sesuatu. Tapi terkhusus untuk hari ini. Di lain waktu, kau akan mendapatkan sesuatu yang lebih nikmat dibandingkan sebelum-sebelumnya. Penasaran?" Ditatapnya lekat wajah Kylie yang mulai menampakkan raut marah. Haruskah ia mengakui berkali-kali bahwa ia menyukai penampilan Kylie malam ini? Yang terlontar dari mulutnya adalah kenyataan. Bukan bualan. Maaf, ia tahu ia brengsek, tapi ia tak suka mengobral rayuan manis.

"Sudah kukatakan berkali-kali kalau kau tak punya otak, Mr. Igleas. Selain membully orang, mulutmu tahunya hanya menghina. Aku tak tahu apa yang ada ada di kepalamu sampai kau tega membully anak-anak sekolah!" Ucapan Kylie malah meledakkan tawa Zach.

"Kenapa kalau aku suka membully? Itu hakku! Kalau kau melarang, sama saja kamu membatasi hak asasi manusia. Mau kulaporkan?"

"Sudah tak punya otak, kau juga gila! Pikirkan saja kenapa di berbagai sekolah harus ada Komunitas Anti Bullying? Karena yang membully pada dasarnya tak punya akhlak! Coba gantikan posisimu menjadi mereka, baru kau bisa merasakan bagaimana tersiksanya dibully. Tolong, dipikirkan dulu apa yang mau kau lakukan, Mr. Igleas Terhormat! Sumpah, Sebenarnya aku tak ada niat untuk berdebat atau berurusan dengan orang sepertimu. Tapi nyatanya kau memang selalu memancing untuk bertengkar." Kylie juga melepaskan topengnya lalu melirik ke sekitar. Baru ia sadari jika Zach membawanya ke sekitaran kolam renang, menjauhi keramaian. Seketika ia mengantisipasi. Mundur beberapa langkah dari Zach, takut Zach akan menyeretnya dan menceburkannya ke dalam kolam.

"Kau kenapa mundur?" Mengabaikan ucapan Kylie, ia malah penasaran mengapa gadis itu menjauh. Tidak sepenuhnya mengabaikan Kylie. Ia mendengar, namun fokusnya teralihkan. Lagi pula ia tidak tahu harus menjawab apa.

Kylie menggeleng dan mengalihkan matanya dari Zach. Ia sadar sedari tadi Zach menatapnya lekat dan pikirannya mencoba menolak bahwa tatapan penuh ketertarikan itu hanya sementara. Mengenai penampilan Zach, ia akui malam ini semuanya tampak berbeda. Mulai dari fisik dan ucapan Zach. Terbesit di otaknya apakah Zach telah mendapatkan hidayah dari penampilan manisnya?

"Ingin mengatakan sesuatu lagi?" Lagi-lagi Kylie menggeleng. Memang tak ada yang ingin ia katakan lagi. Kalau otak pintar Zach bisa meresapi perkataannya, berarti hari Senin ia sudah tidak dibully lagi.

"Kalau begitu kita kembali ke ruang utama. Aku hanya ingin mengatakan itu saja walau kuperkirakan kau berharap aku tak akan mengganggumu lagi. Tapi sepertinya kau harus menelan pahit-pahit kenyataan karena aku, Zachary Igleas sama sekali tak terpengaruh dengan omong kosongmu." Digenggamnya kembali pergelangan tangan Kylie dan pergi ke ruang utama bersama.

Kylie pula tak menyangka ternyata Zach tidak terketuk sama sekali untuk menghentikan perbuatan gilanya. Ia pikir ucapannya telah membuat seorang Zach mengerti. Nyatanya Zach tetap Zach. Sosok menyebalkan yang tak punya otak saat mengganggu orang. Pembully berdarah dingin, sayangnya ia yakin memiliki banyak penggemar.

.

.

.

TO BE CONTINUED

Silver Lining ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang