Chapter - 15. Mask Party

1.1K 165 4
                                    

HAPPY READING 📖

-----------------------------------------

Keduanya menuruni mobil dan terperangah melihat pesta yang diadakan Zach and The Gang begitu meriah. Kylie yang berdiri di samping Tory, memuji bagaimana mereka bisa membuat pesta semegah ini.

"Aku tak bohong kalau mereka pintar memilih Event Organizer. Ini seperti acara Red Carpet saat Academy Awards. Bayangkan kita seperti selebriti yang akan mendapat piala Oscar." Kylie tersenyum lebar dan menggoyangkan kepala tatkala musik yang mengalun keras yang dihidupkan di luar gedung sampai terdengar dari jarak parkiran. Ia tak menyangkal bahwa ia takjub dengan hasil kerja mereka. Setidaknya ada hal positif yang ia ambil dari mereka selain gelar anak nakal.

"Hahaha! Ini juga yang membuatku ingin ke sini! Percayalah, kau tidak akan kecewa. Kalaupun kecewa karena Zach and The Gang yang menganggumu!"

"Argh! Semoga mereka masih punya otak untuk tidak membully orang di acara mereka."

"Semoga saja." Tory tertawa lalu merangkul Kylie yang masih terpana dengan dekorasi acara. "Let's enjoy their party!"

"Yeah!" Kylie ikut berteriak dan tertawa keras—tak peduli bahwa suaranya akan terdengar oleh orang yang berlalu lalang. Mereka berjalan santai sampai ke pintu masuk dan mendapati sosok laki-laki memberikan topeng kepada para siswa yang masuk.

"What? Mereka sekarang menggunakan konsep berbeda! See, pesta topeng! Aku yakin mereka tak akan mengenal kita!"

"Ya-ya-ya! Bisa saja yang memberikan topeng itu gebetanmu."

Tory menyenggol pelan bahu Kylie sembari melototkan mata. "Kau diam tentang itu bisa tidak? Nanti terdengar!"

"Hihihi! Maaf!" Kylie mengedipkan sebelah mata dan tersenyum tanpa dosa.

"Ayo masuk! Perutku sudah lapar!" Sepanjang perjalanan menuju pintu masuk, keduanya tak berhenti tertawa dan saling melemparkan lelucon. Bahkan masih tergelak sampai ke pintu masuk.

"Ehem!" Deheman itu membuyarkan lelucon mereka apalagi Tory yang tergelonjak kaget. Matanya sampai membulat penuh kemudian mendekat—mencoba mengenali siapa di balik topeng yang menutupi separuh wajahnya kecuali bibir.

"Kenapa kau lihat-lihat?" Tory memundurkan tubuhnya dan menggeleng.

"Tidak-tidak!" Ia gugup. Apa Andreas yang tengah berdehem tadi?

"Ambil ini dan pakai!" Pemuda itu memberikan topeng berwarna ungu untuk Tory dan berwarna perak untuk Kylie.

"Kau siapa?"

"Aku?" Pemuda itu mendekati Tory lalu berbisik di telinganya hingga menimbulkan sensai menggelitik. Kylie yang melihat, memutar bola mata.

"Kau tak perlu tahu."

Tory menggigit bibir dan meneguk ludah kasar. Telinganya terasa gatal karena napas pemuda ini yang menerpa cuping telinga.

"Ayo, Kylie kita pergi!" Ia menarik kasar pergelangan tangan Kylie dan ia bersumpah, wajahnya memanas. Apakah itu Andreas atau siapa? Kenapa bisa lancang begitu? Dan, jika Andreas, percayalah ini adalah sesuatu yang terbaik di hidupnya.

"Wuhu! Mulai nakah, huh?" Kylie tertawa kecil sembari menyenggol bahu Tory. Melihat pipi Tory yang memerah, ia tergoda untuk mengganggu hingga semakin memerah tak terkendali.

"Apa-apaan kau! Tidak! dia sendiri yang mendekat begitu!"

"Oh, ya? You know, aku tebak kau berharap itu Andreas."

"Ck, tidak!"

"Bohong!"

"Iya! Ups!" Tory menutup mulutnya menggunakan telapak tangan. Salah berucap. Padahal maksudnya iya, bahwa ia tidak berbohong.

"Nah, kan! Kau bohong!! Sudah kuduga kau berharap itu Andreas. Tapi sepertinya aku melihat itu memang Andreas. Lihat saja postur tubuhnya yang tinggi. Ah, iya, itu Andreas!"

"Kau jangan mengada-ngada, Kylie! Tidak mungkin itu dia!"

"Ya sudah tidak mau percaya. Kalau itu benar-benar dia, kau harus mengajaknya berdansa malam ini!" Wajah Tory semakin memerah. Ia akui ia berharap bisa berdansa bersama Andreas malam ini. Jika Andreas tidak mau, tidak apa. Ia hanya berharap sedikit bisa berdekatan dengan Andreas karena selama ini ia tidak pernah sekalipun merasakan kehadiran Andreas yang begitu manis dari dekat.

Tory menunduk malu dan melirik ke belakang, ingin mematikan bahwa sosok itu benar-benar Andreas. Dan sialnya, ketika ia melirik tepat ke manik mata sosok itu, tatapan mereka bertemu dan ia yang tak mau bertatapan terlalu lama, segera memutuskannya. Padahal baru beberapa detik.

Jantungnya berdetak berkali-kali lipat. Ia tertawa kecil dan memeluk Kylie! Argh! Kalau benar itu Andreas, ini adalah malam paling terindah dalam hidupnya.

"Kau kenapa?" Kylie mencoba melepaskan pelukan Tory yang begitu erat. Ia terkejut dan bertanya-tanya mengapa Tory tiba-tiba memeluknya. Perhatiannya pada beberapa tamu teralihkan.

Tory menggeleng kuat dan mendongakkan wajahnya, menghirup udara segar agar wajahnya tak memanas. Ia malu tertangkap basah mencari sosok itu yang bahkan ikut menatapnya.

"Aha, kurasa kau mulai gila! Tidak baik kita berada di sini lebih lama. Bisa-bisa kau menjadi sangat gila, Tory!" Tory mengangguk lucu dan mengikuti Kylie yang mulai berjalan. Untuk menoleh ke belakang pun ia sudah mau karena takut tertangkap basah lagi.

Sedangkan sosok yang tengah sibuk membagikan topeng yang menutupi bagian hidung sampai ke sekitaran mata, tersenyum geli. Harum strawberry dari Tory menjadi candunya. Haruskah ia mencuri parfum khas gadis itu agar ia terus merasakan kedekatan Tory dengannya? Ia bahkan hampir lepas kendali melihat Tory begitu cantik dalam balutan dress maroon tanpa lengan yang menampilkan lengan mulus itu. Jangan lupakan mata membulat yang melihatnya dengan tatapan bertanya. Ah, bahkan sempat ia lihat bagaimana pipi itu memerah karenanya.

Untung saja ia tak menyebutkan nama. Karena ia akan menjadikan pasangannya malam ini adalah Tory dan ia ingin menghabiskan waktu bersama gadis itu. Ya, malam ini saja dan ia harap tidak ada satupun orang yang tahu bahwa ia adalah Charlie Brown. Ia sangat berharap karena bisa saja identitasnya terbongkar. Kecuali Zach dan Andreas.

Jika berhasil, ia akan mencuri beberapa barang dari gadis itu agar bisa ia kenang. Mengingat Tory, rasanya ia ingin selalu berdekatan. Sudah lama ia menunggu gadis itu, sayangnya kesempatan tidak selalu ada dan dewa cinta tidak sedang berpihak. Kali ini ia harus berhasil. Sudah lama ia menunggu ini dan ide Zach untuk membuat konsep begini sangat menguntungkan. Ia tak mau kehilangan kesempatan.

Kali ini harus berhasil walau ia tak menghabiskan waktu bersama teman-temannya.

.

.

.

TO BE CONTINUED

Silver Lining ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang