Di pagi hari yang cerah ini koridor fakultas ekonomi sudah ramai dengan banyaknya mahasiswi yang saling berkumpul. Baik yang menempati fakultas ekonomi ataupun dari fakultas lain. Tumben? Satu kata yang ada di benakku saat ini.
Aku berjalan menghampiri Kay yang ternyata ikut rumpi cantik salah satu kerumunan itu. Tumben-tumbenan, biasanya dia tak suka ikut mengurusi hal-hal yang kurang menguntungkan di hidupnya.
Aku mendekati keberadaan Kay, lalu menepuk bahunya pelan,"Kay،" panggilku.
"Jule, ngagetin aja!" ucapnya kaget yang kemudian memperlihatkan ekspresi anehnya.
"Ngapain Kay? Tumben?" Bukan menjawab dia malah berjalan menuju kursi panjang di pinggir koridor dan duduk.
"Dia keliatan aneh, tapi emang dari sananya aneh."
"Ngapain mukanya digituin? Udah jelek. Ngga usah dijelek-jelekkin," ucapku kesal melihat ekspresi anehnya itu.
"Muka aku cantik dari lahir kali" belanya.
"Jadi nanti bakal ada dosen pengganti. Katanya dosennya ganteng." Jawabnya dengan wajah yang dibuat-buat sedih.
Dasar kayyisa ratu dramaak
"La terus apa hubungannya sama muka kamu yang jelek itu?."
Julia kalau ngomong suka lupa disaring ...
Kay menoleh. "Hina muka cantik aku lagi aku kasih kamu piring cantik, asli ngga bohong!" Ancamnya. Bukannya takut, rasanya aku ngga bisa lagi nahan tawa. Kay emang bener-bener ngga bisa liat orang ganteng. Beruntungnya ia bukan kpopers. Mungkin kalau iya dia akan galau setiap harinya.
"Yaa maaf, becanda. Lanjut, terus masalahnya apa?"
"Dasar! Masalahnya itu aku takut si dosen itu lebih ganteng dari Bang Haikal nanti kalau aku khilaf gimana?" Ucapanya kali ini berhasil membuatku tertawa. Mukannya itu loh. Hahaha.
"Kok ketawa sih," protesnya tak terima.
"Maaf-maaf, emang tuh dosen seganteng apa sih? Palingan juga gantengan abang gue."
Ttak lama aku mengatakan itu, tiba-tiba suara riuh mahasiswi memenuhi koridor. Seorang lelaki tampan berjalan melewati koridor yang membuat semua mahasiswi bertambah riuh saat tak ada sahutan dari orang itu ketika disapa. Duh, mahasiswi Unggul Jaya kenapa pada gini amat dah. Tunggu, apa tadi aku bilang? Tampan? Emm, tampan sih, banget. Bang afnan kalah kayaknya, Eh.
"Siapa tuh orang? Mau sok-sokkan jadi es boy apa? Ga cocok," tanyaku yang di balas gelengan oleh Kay.
Dering ponsel terdengar membuat Kay cepat-cepat berdiri. "Bentar ya, Jul. Aku angkat telpon dulu," izinnya padaku.
Tiba tiba saja lelaki tadi menghampiriku. Padahal saat ini aku berada di ujung lorong yang menjadi satu-satunya akses perpustakaan fakultas ekonomi. Mau ngapain dia? Minta tanda tangan kali yak? Pede amat dirimu. Apaan sih thor? Bilang aja iri huhu.
"Permisi, ruangan pak Romli sebelah mana ya?" tanya orang itu datar, dikira ngomong sama tembok apa ya? Aku melirik sedikit kearah name tag yang ada di kemejanya, kemal Syauqi .... Mungkin dia mahasiswa yang mau bimbingan kali ya?
"Ruangan Pak Romli sebelah mana?" ulangnya yang membuatku sedikit kesal, dikira Jule budek apa?.
"Eh, i-ini belok kiri ada pertigaan belok kiri," tunjukku ke arah ruangan dosen.
"Syukron," ucapnya berlalu pergi. Ngga bilang makasih gitu? Main pergi aja tuh manusia. Dikira nama aku Syukron apa? Jule cewe hey.
"Dasar orang ngga tau sopan santun. Makasih kek. Rugi tau mulut cantikku ini kasih tau ruangan Pak Romli, harusnya aku tunjukkin arah gudang belakang aja sekalian," gerutuku kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Coldest Dosen
RomanceWarning!!! Cerita ini bukan sequel, tapi spin of Julia sama dosennya yang harus menikah karena permintaan terakhir ibu dari dosennya. Kok bisa? Padahal baru kenal seminggu. Penasaran? Baca aja yu ... Peraturan membaca : •Readers wajib meninggalkan...