Track 03 : That Day

1.1K 200 118
                                    

"Sekali lagi lo salah, lo udah bikin kita ngulang lima kali loh, Yi."

Galileo berseloroh sedikit ketus, pada Ayi yang baru saja memangku kembali gitarnya yang juga sudah berkali-kali sumbang dengan nada tak masuk ke dalam harmonisasi tiga alat musik lainnya.

Iya, tiga, sebab sore itu Gian tidak turut hadir ke studio mengikuti keempat member Antares yang lain untuk berlatih.

Dan itu juga salah satu alasan mengapa studio sejak tadi terasa suram, karena Gian adalah orang pertama yang akan melerai dan selalu mencoba mencairkan suasana jika terjadi slek di antara mereka.

"Iya, iya, maaf. Gue agak nggak fokus." Ayi menyahut pelan, bisa ia tangkap raut wajah khawatir dari Wira dan Brian masing-masing di tempatnya.

"Take your time, Ay. Lo bisa istirahat dulu kalau lo mau."

Ayi mengangguk atas saran Brian, namun jemarinya tetap bergerak memutar knop tuning pada Baronㅡgitar elektrik hitam putih miliknya.

"Nggak apa-apa, yuk, lanjut?"

Leo tidak menanggapi, ia menghela napas singkat seraya kembali mengalungkan strap gitarnya. Sedikit berharap emosinya akan teredam sebentar saja demi menuntaskan acara ini.

Berhubung sang drummer tidak ada, pemberi aba-aba ketukan pertama selalu jatuh pada Brian yang mengetukkan telunjuknya di atas body bass sampai tiga kali. "One, two, three. Guitar!"

Leo menyambut aba-aba tersebut seperti sebelum-sebelumnya, tidak sulit bagi Leo untuk mengingat chord pendek dan ringan pada bagiannya. Tepat setelah empat detik berlalu bagiannya berlangsung, mata tajam Leo yang dilindungi kacamata itu cepat mengarah pada gitaris lainnya.

Menurut urutan chord yang telah mereka sepakati, setelah Leo berhasil dengan bagiannya, tanpa menunggu jeda apa pun seharusnya Ayi segera menyambung bagian kosong itu dengan beberapa nada berulang sebelum akhirnya tersambung dengan tabuhan drum Gian.

Memang, Leo tahu bagian riff yang Ayi dapatkan tidak mudah dan relatif panjang, namun bukan berarti itu tidak bisa dilakukan, Leo pun pernah mencobanya dan ia berhasil hanya dalam dua kali percobaan. Padahal juga, Minggu lalu, mereka (termasuk Ayi) sudah sukses mengeksekusi sampler instrumen ini.

Itu sebabnya Leo tidak mengerti kenapa hari ini Ayi mendadak buyar setiap kali bagiannya berlangsung. Karena Ayi, lagi-lagi, kembali mengulang kesalahannya.

"My God, hold on." Leo menghampiri salah satu amplifier yang menyala, lantas mematikan dayanya sampai suara sumbang gitar Ayi tidak lagi terdengar.

"Yi, gue nggak tahu lo kenapa dan ada masalah apa. Tapi lo bisa nggak, sih, profesional? Dikit aja?" Lanjut Leo.

Sementara Ayi menggigit bibir bawahnya sekilas sebelum akhirnya membalas tatapan tajam milik Leo. "Daritadi aja gue udah berusaha profesional semaksimal mungkin, seperti apa yang lo mau. Terus tiba-tiba lo matiin itu ampli, supaya apa? Supaya gue berhenti main?"

"Ya itu karena lo mainnya nggak bener-bener daritadi. Lo nyadar nggak, sih?"

"Gue udah bilang tadi, gue tahu. Dan gue berkali-kali ngulang juga karena gue mau berusaha benerin itu." Ayi terdiam sejenak, lalu turun dari bangkunya. "Tapi lo, maunya segalanya tuh sempurna, iya, kan?"

"Ayi, Leo, udah heh nggak lucu kalian malah berantem di sini." Brian melepas caklongan bass miliknya dan mendekati dua orang di tengah studio itu.

"Lihat dong, Bri, siapa yang ngajak berantem?" Leo tersenyum miring menantang Ayi di hadapannya. "Gue tuh cuma mau benerin salahnya dia di mana, tapi dianya malah balik nyalahin gue. Yang salah siapa?"

Soundtrack : A Miniature FinaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang