Berkali-kali pandangan gue menyisir tiap sudut gereja yang sebagian besar sudah diisi oleh keluarga terdekat masing-masing, atau sesekali pada pintu gereja yang belum tampak akan menunjukkan tanda-tanda datangnya orang yang gue tunggu.
Iya, dia. Siapa lagi.
Gue berdua sama Ayi sedari tadi hanya berdiri di sini, mengobrol tentang apa saja sambil memperhatikan lalu-lalang orang-orang di dalam gereja yang beberapa menyapa gue dan Ayi. Sampai ada saatnya Ayi memutuskan untuk menelepon Sita, mungkin menanyakan di mana ia berada karena pemberkatan seharusnya dimulai sebentar lagi tetapi Sita belum terlihat sampai detik ini.
Di saat perasaan gue sedang mau naik nggak karu-karuannya, pintu gereja di ujung sana terbuka. Nggak berbeda seperti sebelum-sebelumnya ketika orang-orang memasuki tempat ini, gue dan Ayi selalu meneliti siapa-siapa saja yang masuk itu.
Tetapi kali ini berbeda, karena memang yang masuk sekarang adalah benar-benar orang yang gue dan Ayi tunggu.
Finally, she is here.
Bertahun-tahun kenal dan pacaran sama Wina, gue tetap jarang melihat gadis itu memakai rok atau dress. Dia tipe gadis yang anti ribet, ditambah kegiatan serta lingkungan perkuliahannya nggak mendukung dia untuk jadi ribet.
Namun kali ini, dia mengenakan dress berlengan pendek berwarna beige, rambut panjang bergelombangnya yang biasa dikucir atau dicepol asal-asalan itu sekarang dibiarkan tergerai bebas. Lalu ketika dia tersenyum ke arah gue seraya berjalan mendekat, gue baru sadar kalau dia menggunakan heels dengan warna lebih mudaㅡlagi-lagi mengenakan sesuatu yang nggak biasa dia kenakan dalam kesehariannya.
"Tadi belum datang ditanyain, ini giliran aku sama Adwin datang malah pada bengong."
Gue mengerjap, suara Sita tepat di dekat gue langsung membuyarkan semua lamunan gue soal betapa cantiknya sosok itu. Oh, enggak hanya gue, Ayi juga. Terbukti kita malah refleks bertukar pandangan sebentar, sepertinya kita sama-sama pangling dengan tampilan pacar kita masing-masing.
"Gitu banget lihatnya?" Kini Wina bersuara, lagi-lagi menyadarkan kalau ini benar pacar gue. "Aneh, ya, aku pakai gaun gini-gini? Ah, nggak ngerti aku yang bagus gimana. Apa aku harus ganti duluㅡ"
"No, no. Udah gini aja." Gue memotong cepat, dilanjutkan dengan tangan gue yang meraih tangannya di bawah sana. "You're so perfectly beautiful now, please don't cover it."
Sumpah gue mendadak nggak tahu harus mengatakan apa di hadapan dia yang sedang mode sangat cantik, mungkin beberapa persen dari riasan natural miliknya (karena Wina memang jarang sekali merias wajah), atau beberapa persennya lagi dari dress lucu sebatas lutut itu, atau mungkin, memang dia sudah terlahir untuk menjadi demikian.
Mengingat hari ini dia bakal bertemu banyak orang, dan gue mau lihat dia jadi dirinya sendiri yang terbaik di hadapan mereka, gue memuji tampilannya pagi ini.
"Kenalan dulu nih sama Adwin."
Dan iya, gue cukup bersyukur karena orang pertama yang Wina temui hari ini adalah Ayi dan Sita. Dua orang yang telah lebih dari mengerti bagaimana hubungan gue dan Wina berjalan.
"Gue Ayi. Glad to finally meet you on this happy day, Adwin."
"Salam kenal juga ya, Kak. Leo cukup sering cerita soal Kak Ayi."
Lucu, deh, melihat Wina berjabat tangan sama Ayi. Wina jadi terlihat makin mungil gitu.
Walaupun dia mengenakan heels, tapi gue yakin itu heels tingginya nggak seberapa sebab tingginya masih samar-samar serata tinggi pundak gue kayak biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soundtrack : A Miniature Finale
FanfictionIni mengenai Galileo dalam cerita perjuangannya dan mengenai Adwina dalam cerita kekurangannya. Ini mengenai semesta di antara mereka yang membawa keduanya pada satu konklusi. (was) #1 - gncd #1 - eaj #3 - jae [ Soundtrack ; DAY6's special collabora...