Track 25 : Brothers

518 104 44
                                    

Tepat pukul tujuh pagi, Galileo sudah dibuat pusing dengan kabar yang baru saja masuk ke dalam ponselnya sendiri sekitar lima belas menit lalu, bunyinya kira-kira seperti ini,

"Gal, orangtuaku besok nggak datang ke pemberkatan, yaㅡ"

"WaitㅡWhat?!" Gue nyaris menjatuhkan tab di tangan gue karena tergelincir. "Why???"

"Jauh, Gal, bakal capek di jalan. Tapi nanti tetep datang ke resepsi kok."

Gue menghela napas panjang, "Jesus ... that was so close, aku kira kenapa."

"Emang kamu kira kenapa?" Wina terkekeh di ujung sana. Kurang ajar. "Lucu deh, paniknya."

"Heh."

"Makanya dengerin dulu aku ngomong."

"Ok, fine, Mbak Suster, you win."

Wina lalu betulan tertawa lebih keras lagi di ujung sana, bisa gue bayangkan matanya yang bulat itu berkerut-kerut samar.

Lihat saja nanti kalau ketemu.

Dengan itu gue jadi berpikir nanti Wina harus datang ke pemberkatan nikah Bang Al bagaimana dan dengan siapa. Kebetulan pemberkatan mereka dilakukan di Bogor, di gereja keluarga gue biasa beribadah, dan resepsi tetap diadakan di Jakarta karena mayoritas relasi atau keluarga Kak Jene dan Bang Al ada di sana.

Gue juga sudah berencana pulang hari ini, sementara Wina nggak bisa ikut karena masih ada sisa jadwal jaga sampai malam nanti. Jadi kita nggak bisa pergi ke Bogor bareng.

Makanya gue turut bingung, karena, nggak semudah itu mencari taksi online pagi-pagi buta sekali apalagi dengan tujuan jarak yang jauh.

Ah, yes. She can't drive, anyway.

"Biasanya kalau orang bengong sendirian di parkiran tuh katanya ketempelan loh, Yo."

Gue segera menjauhkan punggung dari kap mobil, lalu melihat Ayi berjalan menghampiri gue dengan tas tersampir pada bahu kirinya.

Lah, ada kuliah pagi juga tuh anak?

"What are you doing here?"

"Ya, ngampus lah. Emang gue keliatan mau ngapain?" Jawabnya, santai. Kemudian malah ikut bersandar di depan kap mobil gue.

"Lo sendiri ngapain udah nyampe malah diem di sini?"

"Dosennya lagi sarapan dulu."

"Ngaco."

"Yeh, bener anjir tadi dia shareloc lagi di warung nasi uduk." Gue menyahut sewot, seraya menunjukkan layar ponsel yang masih tersangkut di dalam grup kelas.

Suara tawa Ayi yang amit-amit kerasnya itu langsung menguar, untung lapangan parkir saat ini masih sepi, kalau enggak kayaknya sudah gue tinggalkan dia sendirian dan berpura-pura nggak mengenal dia sekalian.

Sewaktu sudah puas tertawa, dia jadi terdiam, gue juga ikut terdiam. Meski sama-sama begitu, nggak ada kata awkward di antara kita, gue yakin kita cuma lagi sibuk sama pikiran masing-masing.

Oh, iya, jadi lupa mau tanya.

"Yi, Sita datang pemberkatan nggak?"

Ayi mengangguk. "Datang, tapi Sita sendirian datangnya."

"Loh? Kenapa?"

"Pemberkatannya di Bogor, lumayan jauh, Yo. Jadi Tante Yuli sama Om Widi nggak datang. Mau bareng Kak Yasa atau Reyan aneh katanya, jadi dia pilih datang sendiri."

Soundtrack : A Miniature FinaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang